Skip to main content

Pindah Apartemen (baca: Kos)


10 Oktober 2014
Balada anak kos, sejak awal saya memang sengaja belum ambil untuk satu tahun di tempat kosan saya sebelumnya, karena ingin merasakan selama satu bulan terlebih dahulu, baru kemudian kalo betah akan saya perpanjang untuk satu tahun. Setelah satu bulan, saya cukup nyaman sebenarnya di kosan yang lama, namun tidak adanya cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar saya cukup membuat saya kelimpungan karena kamar jadinya lembab dan selalu harus menghidupkan lampu meskipun siang hari. Ini tidak baik untuk kesehatan saya *sok cari alasan.* selain itu, motor saya kasihan banget, setiap hari harus mengalami penderitaan sedemikian rupa setiap mau masuk ataupun mau keluar dari kosan, ada aja yang lecet, emang sayanya aja, sih, yang nggak ahli dalam bidang ini haha. *makin mencari alasan*
Akhirnya, akhir bulan September, saya memutuskan untuk berhenti ngekos disana dan menitipkan barang-barang saya di kamar teman di lantai dua, sedangkan saya memilih untuk tidur di masjid kampus, kebetulan di sebelah kamar takmir ada kamar yang dilengkapi dengan beberapa kasur, konon katanya untuk tamu *anggap saja saya sebagai tamu disana*. Selama dua hari saya tidur disana, karena masih belum mendapatkan kosan yang baru.
Kemarin, setelah mencari dengan penuh seksama dan penuh perjuangan, *lebay*, akhirnya saya dapat kosan di dekat kampus juga, cukup nyaman dan kerennya lagi teman-teman disini kompak banget. Baru sehari saya stay di kosan yang baru, saya sudah cekikikan dengan berbagai macam lelucon dari teman-teman. Seperti tadi pagi, saat teman-teman cerita bahasa arab sehari-hari di gontor yang berhasil membuat saya sakit perut karena kelucuan mereka mempraktikkan berbagai kalimat yang menjadi ciri khas gontor yang sebenarnya tidak ada di dalam bahasa Arab.
Kembali ke cerita kosan baru, di kosan yang baru ini kompak masak bareng, biar lebih hemat. Nah disinilah pengalaman baru lagi saya dapatkan, setelah sekian abad nggak bersentuhan dengan alat masak *makin lebay* tadi pagi saya kebagian mengiris tomat dan cabe serta masak nasi. And you know what? Saya masih belum bisa masak nasi *tissue mana tissue* *hikz*, udah segede gini saya masih belum tahu berapa banyak air yang harus dimasukkan setiap kali mau masak nasi. Bahkan, mengiris bawang dan cabe pun masih harus banyak tanya, fiuh. Rasanya seperti ditampar-tampar, ya, jadi ingat emak yang setiap hari masak di dapur. Susah ternyata, bro. justru ini jadi keseruan di kosan yang baru, yang tidak saya dapatkan di kosan yang lama.
Karena sedari awal saya sudah komitmen akan banyak berbicara Arab maupun Inggris, rasanya di kosan yang baru saya lebih punya teman untuk melatih kemampuan berbahasa, dan saya bisa dengan bebas bertanya berbagai macam hal kepada mereka yang tentu saja lebih bagus kemampuan bahasa arab mereka, jadilah saya tukang tanya berbagai macam hal. Setiap kali tidak tahu bahasa arab, maka ada teman yang siap mengajarkan. Intinya saling support satu sama lain.
Selain itu, yang paling saya dambakan adalah kesadaran beragama teman-teman di kosan yang baru ini cukup baik. Setiap shalat selalu rame-rame ke mushala dekat kosan, habis maghrib ngaji, habis subuh juga pada ngaji, beda banget di kosan saya yang lama, duh, subuh udah kayak kuburan deh disana. Biasanya saya sendiri yang duduk di ruang tamu, sambil mengaji, dan menunggu teman-teman yang lain bangun. Sebenarnya ini menjadi ladang dakwah, sih, ya, tapi saya malah memilih untuk kabur haha.
Kosan yang baru memang lebih kecil, tapi lebih nyaman karena kasurnya nggak gede kayak kamar kosan yang lama. Jadi terasa lebih leluasa bergerak. Ditambah lingkungan yang merupakan mahasiswa-mahasiswa UIN baik S2 maupun S3 cukup membuat betah, bisa saling belajar, saling membantu satu sama lain.
Sebenarnya saya mau tinggal di asarama S1, tapi nggak ada tempat untuk mahasiswa pasca sarjana, jadilah kudu sabar menunggu asrama pasca sarjana selesai dibangun. Sekarang cuma bisa menjadi penyusup di kamarnya Renat kalo pas lagi di asrama.
Ah cukup sampai disini cerita tentang kosan saya yang baru ini.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...