Sore itu, saat semua orang menyibukkan diri dengan hasil jaring ikan yang mereka pasang di lautan, mereka melepaskan satu persatu ikan-ikan yang terjebak di jaring, seorang pemudi duduk santai di ujung perahu kecil yang sudah rapuh yang terletak di pinggir pantai, kakinya berayun-ayun, jilbab ungu yang ia kenakan serasi dengan warna perahu yang juga berwarna ungu. Ia sedang membaca sebuah buku “Taman Orang Jatuh Cinta dan Tamasya Orang Yang Terbakar Rindu” yang merupakan terjemahan dari kitab “ Raudhatul Muhibbin wan Nuzhatul Musytaqin ” karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Dia membaca lembar demi lembar buku itu, ia berhenti lama pada bait-bait syair yang meneduhkan hatinya, sekaligus menggambarkan isi hatinya saat ini. Aku tidak mengerti mengapa cinta harus dicaci Entah mata yang telah buta atau hati yang telah mati Mengapa harus aku caci hati yang tidak melihat? Tapi, jika kucerca mata, justru hati yang berdosa Mata dan hati membuatku terbagi Ya Rabbi, berilah perlindungan untuk mata dan ...