“Ibuuuuuu” Aku tersentak, terbangun dari tidur. Kepalaku terasa nyeri seperti ada luka. Kedua kaki dan tanganku dipenuhi perban yang sudah memerah karena bekas darah. Kugerakkan kedua kakiku, namun aku tidak bisa merasakan gerakan kakiku. Kucoba untuk menggerakkan kedua tanganku, namun kedua tanganku hanya diam menetap. Kucoba untuk memiringkan badanku, namun hanya bagian kepalaku yang mampu untuk bergerak, menoleh ke arah kiri dan kanan. Aku panik, aku berteriak sekuat tenaga memanggil ibu. Aku mencari-cari sosok itu, namun aku tidak bisa menemukan sosok ibu di dalam ruangan yang sekarang menjadi tempatku terbaring. Hanya ada beberapa kotak obat-obatan yang membuatku mual ingin muntah. Aku masih berteriak memanggil ibu, namun ibu tak kunjung datang menghampiriku. Seorang suster masuk ke ruanganku, mungkin karena mendengar teriakanku yang memenuhi seluruh penjuru ruangan. “Ada yang bisa saya bantu, Mas?” tanya suster berbasa-basi. Aku mengacuhkan suster yang tersenyum ...