“Aku mencintaimu,” ucapku dalam diam. Aku selalu mencintai semua tentangmu; renyah tawamu saat berada di hadapanku, senyum manismu yang selalu membuatku ingin selalu berada di dekatmu, perhatianmu yang tak pernah lelah mengingatkanku untuk terus mengawali hari dengan senyuman. Aku mencintaimu dulu, sekarang, dan nanti. Aku mencintaimu meski engkau tidak pernah tahu bahwa hatiku sering berteriak memintamu untuk membalas cintaku. Aku mencintaimu meski rasaku kadang kaku saat menyebutmu sebagai cintaku. Aku mencintaimu, meski hanya dalam diamku. Wahai hati yang sedang dilanda cinta, mengapa engkau selalu menyebut namanya dalam diam? Tak bisakah engkau membantuku berucap, mengatakan apa yang sebenarnya ada di dalam lubuk hatiku yang paling dalam? Bahwa aku mencintainya sejak lama dan tak akan pernah berhenti mencintai. “Hana, kok ngelamun?” Fajar duduk bersila di hadapanku, layaknya sedang berhadapan dengan seorang raja, menunggu petuah dari sang raja. Aku tersenyum menatap ma...