“Hidayah ibarat cahaya; ia tak menyapa kamar yang tidak dibuka jendelanya.” (Faisal Tehrani) Bus yang membawaku melaju dengan pesat, melewati jalanan yang mulai berlubang; batu-batu kecil berserakan di sepanjang jalan, debu yang berterbangan, dan air yang tergenang. “Yuk ajak warga menanam padi di tengah jalan sana,” celetuk Dona, sahabat yang duduk di sampingku sambil menunjuk ke jalanan berlubang yang digenangi air. Aku dan beberapa penumpang yang ada di bus serentak terkekeh dengan celetuknya. “Bagaimana kalo kita bikin ternak ikan saja disana,” ujar salah seorang penumpang yang ada di kursi belakangku. Kami kembali tertawa, menertawakan kondisi jalan yang ada di negeri ini. Aku sama sekali tidak bisa mengingat kapan terakhir kali jalanan ini asri. Seingatku, setiap tahun aku mudik dan selalu melewati jalan yang sama, tiap tahun pula lah aku harus menyaksikan kondisi jalanan yang jauh dari kata layak. Entahlah, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tertidur lelap, ...