Di Kabupaten
Kaur-Bengkulu, terdapat beraneka macam ragam tempat wisata, mulai yang berupa
pantai, air terjun, benteng, maupun seni dan budaya. Kali ini, kita akan
melanjutkan perbincangan kita tentang tempat wisata di Kabupaten Kaur. Sebelumnya
saya sudah pernah menulis tentang wisata Pantai Waihawang yang terkenal dengan
Legenda Batu Jungnya yang menawan dan Pantai Linau yang cantiknya ngalahin
Syahrini hehe. Nah, kali ini kita akan melanjutkan perjalanan ke Danau Kembar. Siap
mendengar cerita asal mula danau Kembar?
Danau Kembar
terletak di Desa Suku Tige, Kecamatan Maje-Kabupaten Kaur. Jika kalian beranjak
dari Pantai Waihawang, paling hanya memakan waktu 15 menit dengan menggunakan
sepeda motor. Danau Kembar berada tidak jauh dari jalan raya, paling hanya
berjarak 200 Meter. Danau Kembar sudah menjadi tempat yang sering dikunjungi
sejak beberapa tahun terakhir. Danau ini juga tercatat sebagai danau yang
memiliki sejarah yang berkaitan dengan Zaman penjajahan Inggris yang sempat
menguasai wilayah ini pada zaman penjajahan dahulu. Pada saat itu, wilayah
Waihawang berada di bawah kekuasaan Pangeran Cungkai, namun kemudian Inggris
berhasil menduduki wilayah tersebut, makanya dibuatlah tempat pemandian untuk Ratu
dan sekarang menjadi dua buah danau yang berukuran kurang lebih 100 meter untuk
masing-masing danaunya.
Menurut penduduk
setempat, meski awalnya hanya berupa dua buah kolam pemandian, lama kelamaan
kolam itu semakin melebar dan sekarang diberi nama Danau Kembar karena
posisinya yang bersisian satu sama lain. Danau ini terletak persis di sisi
pantai, hanya berbatasan dengan pohon cemara yang rimbun yang sengaja ditanam
di pinggiran pantai. Pohon cemara ini menambah kecantikan tempat wisata ini. Selain
bisa melihat danau kembar, menikmati hijaunya pohon cemara yang menjulang,
sekaligus bisa bermain di pantai. Sekali mendayung dua pulau terlampaui, bukan?
*maksa*
Saat ini,
Danau Kembar memang masih belum maksimal pengelolaannya, jalanan menuju kesana
masih belum terlalu mulus. Meski demikian, tidak sedikit wisatawan yang
berdatangan ke danau ini. Daya tarik kisah sejarah dihiasi dengan pohon cemara
yang rimbun dan pantai nan cantik merupakan daya tarik bagi para pengunjung. Banyak
pengunjung yang membeli ikan di Pantai Linau, kemudian pergi ke Danau ini untuk
membuat sajian ikan bakar kemudian dinikmati di bawah pohon cemara yang rindang
bersisian dengan danau.
Selain menjadi
tempat wisata, danau ini juga dijadikan tempat untuk budi daya ikan. Jika beruntung,
kalian bisa mendapati penduduk yang sedang panen ikan dan kalian bisa membeli
ikan tawar yang masih segar untuk dijadikan santapan yang menggugah selera. Kalian
bisa mengolah di rumah atau bisa langsung mengolahnya menjadi ikan bakar di
tepi danau. Yang pasti kalian harus membawa sendiri perlengkapan untuk membakar
ikannya, ya, jangan sampai merusak tempat wisata. Menarik bukan?
Jika ingin
ke Danau ini, saya sarankan jangan terlalu sore, karena ketika malam sudah
mulai datang, maka yang ada hanya gelap gulita dan temaram rembulan. Belum ada
pencahayaan yang dipasang di sekitar danau. Danau masih begitu alami, tanpa
banyak sentuhan lainnya. Kedua danau yang ada masih tetap terhampar apa adanya.
Meski demikian, danau ini sudah terkenal seantero daerah Kaur. Tempat-tempat
wisata di Kaur memang ramai dikunjungi pada saat hari Raya Idul Fitri, baik domestik
maupun mancanegara.
Jadi, jika
kamu sedang berada di Kaur, jangan lewatkan untuk berkunjung ke Danau Kembar
ini, ya, ajak orang-orang terkasih untuk berkunjung kesini dan menikmati betapa
Tuhan Mahabaik, menciptakan aneka ragam keindahan di dunia ini. Anyway, kalian
juga bisa mampir ke rumah saya, loh. Sampai jumpa di lain waktu, ciao.
indah nih banyak pohon-pohon, adem buat bersantai menghilangkan kepenatan
ReplyDeleteini danau kembar cuma sebuah nama apa emang kembar danaunya??
ReplyDeletedi tulisan sudah dijelaskan
DeleteDanau kembar, dekat jalan raya, dan dekat pantai (laut) pula. Sepertinya yang begini jarang ya. Mudah-mudahan pengelolaannya bisa lebih baik.
ReplyDeleteDanau kembar, dekat jalan raya, dan dekat pantai (laut) pula. Sepertinya yang begini jarang ya. Mudah-mudahan pengelolaannya bisa lebih baik.
ReplyDeleteamin
Delete