“Buku
yang kubaca selalu memberi sayap-sayap baru, membawaku terbang ke taman-taman
pengetahuan paling menawan, melintasi waktu dan peristiwa, berbagi cerita
cinta, menyapa semua tokoh yang ingin kujumpai, sambil bermain di lengkung
pelangi.”
(Abdurrahman
Faiz)
Setelah dua hari rehat sejenak di
kamar, karena kondisi kesehatan saya yang akhir-akhir ini mudah lelah, hari ini
saya kembali masuk dan tentunya bertemu dengan anak-anak didik saya yang
nyerocos nanya banyak hal pas bertemu mereka. Dan saya? Hanya bisa tersenyum
manis, sambil menjabat tangan mereka dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka
penuh semangat. Meski sebenarnya sejak tadi saya sudah di depan laptop, menulis
alias curhat di blog karena sudah jarang nulis di blog.
Kalian tahu, nggak? Masa nggak tahu,
sih? Seriusan nggak tahu? #dijitakrame-rame
Selalu ada yang nyesek kalo saya
belum nulis. Di otak saya bertebaran ide-ide yang minta segera ditulis. Di otak
saya berseliweran berbagai macam curhat yang ingin saya tulis haha dasar tukang
curhat. Eh tapi beneran loh, plong banget rasanya kalo sudah nulis itu. Semacam
ada energi baru yang tiba-tiba saja memompa semangat saya selanjutnya. Jadi,
mengapa saya harus berhenti menulis? Kalo ternyata menulis itu membahagiakan
diri saya.
Saya mulai mencintai dunia tulis
menulis sejak dahulu, zaman saya masih unyu-unyu banget #kalem. Saya itu
laki-laki yang sampai hari ini masih suka bawa buku Diary kalo bepergian. Selalu
saja ada yang saya tulis di buku catatan harian yang gedenya segede wajan itu
wuahhaa. Mulai dari hal yang sepele, sampai hal yang serius pun tak luput saya
tulis.
Kadang saya tertawa geli, jika
membuka kembali diary saya dari tahun ke tahun.
“Ih, kok saya norak banget dulunya,
masa pede banget ikutan Indonesian Idol, padahal bisa nyanyi aja kagak,” begitu komentar saya
tadi malam, saat membuka kembali catatan harian saya beberapa tahun yang lalu
saat masih menjadi mahasiswa di Jakarta.
“Ya ampunnnn, aku sampe segitunya?”
Saya bergumam sendiri lagi, saat
membaca tulisan saya yang menceritakan kebiasaan unik saya yang bikin heboh
satu asrama kalo pas akhir pekan. Kalian mau tahu? Duhhh….please jangan
diketawain. Jadi, duluuuu banget, kalo pas weekend, saya suka nyanyi sendirian
di kamar, sambil menghadap camdig, kemudian direkam. Tenang, nggak saya upload
di youtubue, kok, Cuma saya koleksi sendiri aja dan tertawa saat melihat hasil
rekamannya wuahha. Barusan saya cek video-video
rekaman saya yang ternyata masih tersimpan rapih di laptop dan saya pun
tertawa, senyum-senyum sendiri di pojokan wuahaha.
Menulis dan membaca adalah dua hal
yang paling saya sukai. Saya suka menulis, saya suka membaca. Biasanya, tiap
awal tahun, saya membuat target, berapa banyak buku yang harus saya baca selama
satu tahun yang akan datang. Sok keren, ya? Haha tapi ya begitulah, saya suka
membuat target-target sendiri demi menambah wawasan bagi diri. Kasihan otak
saya kalo tidak diberi asupan pengetahuan, mentoknya gitu-gitu aja nanti.
Menulis dan membaca adalah dual hal
yang membuat saya semakin hidup. Maka saya sering bingung kalo ada rekan guru
yang bilang nggak punya waktu untuk membaca. Duh… helloooo, haha, emang sesibuk
itu kah? Hehe
Pernah suatu ketika, saat dalam
rapat, saya bilang gini,
“Saya punya banyak buku-buku yang
bisa dijadikan rujukan bagi kita para Guru, agar bisa memahami anak-anak yang
berkebutuhan khusus yang ada di sekolah kita, jadi kita tidak menganggap mereka
sebagai anak-anak yang jadi sumber masalah. Andai kita mau lebih banyak belajar
lagi, saya rasa kita akan lebih mudah dalam menghadapi mereka.”
Dan berikut jawaban yang saya terima
“Buku? Lah, nggak punya waktu untuk
membaca. Membaca buku-buku paket saja sudah bikin pusing, apalagi baca
buku-buku yang lain.”
Dan saya hanya bisa tersenyum,
kemudian membuat kesimpulan bahwa ada banyak rekan Guru yang minim sekali minat
bacanya. Bukan tidak minat, tapi minim.
Atau pernah suatu ketika, ada Guru
yang duduk di meja kerja saya, sementara saya sedang di luar. Pas pulang,
kemudian beliau nanya;
“Buku-buku tebal yang ada di meja itu
punya Ustadz?”
“Iya,” jawab saya sambil melukis
senyum.
“Tebal-tebal banget, pusing
ngelihatnya.”
Dan lagi, saya hanya bisa tersenyum.
Anyway, membaca itu nggak harus
langsung selesai sekali duduk. Nggak gitu juga, semuanya butuh proses. Kalo bukunya
tebal, ya bertahap, jangan maksain sehari harus selesai sementara ada banyak
kerjaan yang harus kita selesaikan.
Saya suka memanfaatkan waktu luang
saya dengan membaca, jadi kemana-mana saya memastikan ada buku yang saya bawa. Entah
pas nunggu bus, di dalam bus, di airport, nunggu jam tayang film (kalo lagi di
bioskop) dan lain sebagainya. Buku seolah menjadi salah satu barang wajib yang
harus ada di dekat saya.
“Buku lama adalah buku baru bagi
mereka yang belum membacanya.” (Samuel Butler)
Beberapa mahasiswa yang ada di
sekeliling saya sering aneh melihat saya yang suka berburu buku bekas haha. Iya,
saya suka berbelanja buku bekas, tapi kualitas ok. Saya tidak mau membeli buku
bajakan atau KW atau apalah namanya. Saya memastikan buku yang saya beli adalah
asli dari penerbitnya, meskipun bekas. Karena itu adalah karya, dan saya ingin
menghargai mereka yang sudah menghasilkan karya dalam bentuk buku.
Saya suka browsing, mencari yang
jualan buku-buku bekas, dan itu sangat menyenangkan bagi saya. Saat buku-buku
itu sampai ke tangan saya, saya bersorak gembira luar biasa, seperti ketemu
jodoh #modus. Haha
Eh tapi beneran loh, dan sampai hari
ini Alhamdulillah saya nggak pernah tertipu meski sering berbelanja buku online
bekas. Buku-buku yang dijual masih terawat dengan baik, meski second. Untuk ukuran
saya yang berpenghasilan seadanya, tentu buku-buku baru masuk dalam kategori
mahal, walaupun sebenarnya setiap bulan saya sudah punya jatah khusus untuk
membeli buku-buku yang juga baru. Nggak cuma buku second yang saya beli, tak
jarang pula saya membeli buku baru.
Untuk buku baru, saya lebih suka
berbelanja online, karena biasanya dapat diskon. Saya langsung beli dalam
jumlah yang banyak, jadi bisa dapat diskon banyak. Ongkos kirim juga nggak
sampai bikin kantong saya jebol, toh saya juga sudah dapat diskon, jadi saya
masih tetap untung. Akhir-akhir ini saya jarang beli buku di Gramedia, dan toko
buku lainnya. Lebih sering kelayapan di dunia maya dan beli buku online.
Saya tentu semangat banget menularkan
hobi baca saya ini kepada anak-anak yang ada di sekeliling saya. Saya persilahkan
mereka meminjam buku-buku bacaan saya, dengan syarat harus dikembaliin dong
haha. Ingat, harus dibalikin tuh buku. Nggak jarang juga mahasiswa-mahasiwa
yang ada di sekeliling saya ikut numpang baca di kamar, atau pinjam buku. Saya senang
dong kalo mereka mau membaca.
Sekarang, saya sedang membaca
buku-buku karya Torey
Hayden, dia adalah seorang Bachelor of
Art bidang Kimia Fisika di Whitman College, Walla Walla, Washington. Ketertarikannya kepada dunia anak-anak berkebutuhan
khusus mengantarkan wanita bernama lengkap Victoria Lynn Hayden ini untuk
mengambil gelar master di bidang pendidikan khusus. Torey, begitulah panggilan
akrabnya, juga sempat meneruskan pendidikannya di tingkat doctoral, namun tidak
diselesaikannya.
Saya memang
memiliki ketertarikan sendiri terhadap anak-anak berkebutuhan khusus ini, dan
itu membuat saya harus membaca berbagai macam buku yang berkaitan dengan
anak-anak berkebutuhan khusus. Semakin banyak membaca, saya semakin mengerti
akan mereka dan itu sangat membantu saya kala berhadapan dengan mereka.
Setelah membaca
beberapa karya Torey Hayden, maka tak heran, jika banyak dari orang tua,
pendidik anak berkebutuhan khusus, maupun psikolog yang menjadikan buku-buku
yang lahir darinya sebagai rujukan. Buku-buku karya Torey ini begitu luar
biasa. Saya suka dan langsung menyerbu karya-karyanya yang pernah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia.
Saat ini,
ada kurang lebih 20 puluh buku yang baru saja saya siapkan, yang Insya Allah
akan diselesaikan dalam jangka waktu dua bulan ke depan. Ada bahagia, saat
membacai lembar demi lembar, memahami, dan bisa menyampaikan apa yang saya
dapat kepada orang lain dari buku-buku yang saya baca. Ada bahagia yang
menyeruak tiap kali berhasil menyelesaikan target bacaan dan mengambil manfaat
dari bacaan-bacaan yang ada.
You
should read ,,
saya sudah mulai sejak dulu rajin membaca, kamu?
Great article.
ReplyDeleteLook into my site :: seo ()