Sudah 3 Minggu saya itu bikin susah
orang lain, kemana-mana harus diantarin, harus dijemput, bahkan tidur pun harus
ditemani untuk jangka waktu beberapa waktu, karena kadang saya bangun di tengah
malam dan merasakan nyeri di bagian luka bekas operasi, kadang susah bangun
sendiri, harus dibantu.
Sebenarnya, saya bisa saja pergi
kemana-mana sendiri dengan motor, tapi nyali saya ciut karena pernah sekali
saya pakai motor dalam kondisi luka operasi di bagian perut belum kering dan
itu berhasil membuat saya sedikit trauma, karena konsentrasi saya terpecah,
antara mengemudikan motor dan menahan sakit karena gesekan celana terhadap luka
bekas operasi yang ada di bagian bawah perut sebelah kanan.
Sejak saat itu, selama hampir 3
Minggu kemarin, saya selalu diantar jemput, karena tidak berani mengendarai
sepeda motor sendiri. Cemen, memang, tapi mau gimana lagi, saya tidak punya
keberanian untuk melakukan semuanya sendiri. Saya tidak pernah mau bikin repot
orang untuk antar jemput saya, tapi kali ini situasinya berbeda.
Saya sangat berterimakasih kepada
siapa saja yang selama ini sudah dengan setia mengorbankan banyak waktu untuk
menjaga saya, bahkan setia mengantar saya setiap pagi ke sekolah, dan tidak
lupa menjemput saya di sore hari. Saya sangat menghargai itu, dan saya sangat
berterimakasih atas semua pengorbanan kalian. Saya sama sekali tidak bermaksud
menjadikan kalian budak, yang harus patuh dengan apa yang saya inginkan, sama
sekali tidak. Tapi keadaanlah yang membuat saya seperti ini. Toh dulu saya
tidak pernah mau bikin repot kalian, bukan? Hehe
Tadi malam, dalam sujud panjang saya
di hadapan Allah SWT., saya menangis, mengadu pada-Nya, agar saya segera diberi
kekuatan dan keberanian untuk kembali menjadi diri saya yang mandiri seperti
tiga pekan sebelumnya, dimana saya bisa melakukan sebagian besar kegiatan saya
sendiri. Saya membulatkan tekad, bahwa hari ini, saya harus berangkat sendiri,
tanpa perlu diantar jemput. Saya memberanikan diri untuk menatap sepeda motor
yang sudah hampir satu bulan tidak saya tunggangi. Ada sedikit takut yang
kemudian menghantui saya, tapi saya harus berani, bukan?
Saya duduk di atas motor, kemudian
menarik nafas dalam-dalam, berdoa, semoga semuanya baik-baik saja. Sedikit
lebay, kah? Iya, anggap aja ini lebay, tapi saya memang dihantui oleh berbagai
macam pemikiran yang aneh tiap kali naik sepeda motor. Tapi, saya percaya,
bahwa saya bisa dan Alhamdulillah semuanya bisa berjalan dengan baik, meski
saya sangat pelan mengendarai sepeda motor butut saya ini.
1,5 tahun yang lalu, saya pernah
trauma mengendarai sepeda motor, setiap kali naik sepeda motor, saya selalu
berhalusinasi di hadapan saya ada orang-orang yang berlumuran darah dan itu
berhasil membuat saya berhenti dan segera memindahkan sepeda motor saya ke
pinggir. Iya, saya pernah setrauma itu. Bermula dari saya menyaksikan langsung
orang yang tabrakan, semuanya selalu teringat dan itu berlangsung dalam waktu
yang cukup lama. Hampir 7 bulan lamanya saya mengalami trauma itu. Tapi saya
tidak bikin repot orang lain kala itu, karena saya sengaja membeli sepeda dan
selama 7 bulan itu saya selalu pergi menggunakan sepeda, pelan dan dengan
sangat hati-hati dan saya selalu memilih jalan pinggir, bahkan bisa dibilang
sangat pinggir. Kadang saya memilih naik ke trotoar, karena takut dengan
kendaraan yang lalu lalang.
Tapi, kali ini beda. Saya tidak
diizinkan naik sepeda, karena takut apa yang baru saja saya alami kembali
berulang, dan itu artinya saya harus diantar jemput kemana-kemana, dan itu
tentu bikin repot orang lain, bukan? Meski saya selalu percaya ada banyak orang
baik di sekitar saya yang siap membantu saya. Tapi, sampai kapan? Bukankah
mereka juga mempunyai kegiatan lain?
Terimakasih, Tuhan, karena sudah
mengirimi saya orang-orang baik yang dengan tulus membantu saya kala saya tidak
bisa mandiri berpergian, saya sangat menghargai apa yang mereka lakukan. Saya
sangat respect pada mereka semua. Terimakasih
Maaf, andai selama kurang lebih 3
Minggu belakangan saya selalu membuat kalian repot. Semoga kebaikan selalu
menyertai kalian dan semoga Allah SWT. menempatkan kalian di sisi-Nya yang Ia
Ridhai segala langkah perjalanan kalian. Semoga semua urusan kalian diberi
kemudahan karena kalian sudah memberi saya kemudahan dalam menjalani semua
aktifitas saya belakangan ini. Saya tidak perlu khawatir, karena nyatanya
kalian selalu ada untuk saya, menemani saya dan membantu saya melakukan banyak
hal.
Dulu, saat saya trauma untuk yang
pertama kalinya, saya sempat konsultasi dengan seorang psikolog dan saya diberi
wejangan yang akhirnya membuat saya semakin bisa mengontrol pikiran saya, dan
yang paling saya utamakan adalah bersujud di hadapan-Nya, memohon agar semua
bisa kembali menjadi lebih baik lagi. Saya memperbaiki ikatan hati saya dengan
Tuhan, dan dengan demikian saya bisa merasakan ketenangan dalam menjalani
semuanya.
Dan pagi ini, saat anak-anak sedang
sibuk bersiap diri melaksanakan rutinitas di hari Jumat, saya berusaha
menuliskan ungkapan ini, sebagai rasa terimakasih saya kepada siapapun yang
selama ini sudah menjaga saya dengan baik.
Terimakasih kepada Tuhan yang sudah
menjaga hati saya agar tetap mencintai-Nya
Terimakasih kepada seluruh Tim Dokter
yang begitu baik dan memberi saya pelayanan terbaik kala saya berada di rumah
sakit.
Terimakasih kepada anak-anak binaan
saya di Pesantren Mahasiswa Mafaza
Terimakasih khususnya kepada Jaenal
Aripin yang paling sering saya repotkan
Terimakasih kepada semua rekan Guru
yang juga dengan tulus mengerti saya
Terimakasih kepada anak-anak didik
saya yang rela berkorban banyak demi saya, rela turun ke lantai satu saat
pembelajaran yang semestinya di lakukan di lantai 4, karena saya masih belum
berani naik turun tangga dengan ketinggian yang demikian.
Terimakasih kepada para security dan
rekan TU yang juga sudah banyak berkorban demi saya, antar jemput saya ketika
ada tugas di luar sekolah sementara saya tidak mungkin meminta anak-anak Pesma
mengantar saya.
Terimakasih kepada para wali murid
yang sudah meluangkan waktu untuk menemui saya di Rumah Sakit
Terimakasih kepada siapapun, yang
tidak mungkin bisa saya sebutkan satu persatu dalam tulisan ini.
Akhirnya, semoga kita semua menjadi
hamba Allah yang selalu taat akan-Nya, yang selalu percaya bahwa seberat apapun
cobaan yang kita alami, Tuhan harus selalu ada di hati kita. Tidak boleh ada
sedikiti pun keraguan akan kuasa-Nya, karena kita terlalu kerdil untuk bisa
memahami betapa indah kuasa-Nya.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan