Skip to main content

Senyum Hannan


Hannan Hunafa (yang nyandang kamera)

Ia berjalan perlahan memasuki gerbang sekolah, menyambut tangan-tangan kami selaku gurunya. Ucapan salam yang ia ucapkan diiringi dengan senyumnya yang khas. Saya hafal dengan baik bagaimana dia tersenyum. Senyum yang selalu ia berikan pada siapa pun. Saya menikmati pemandangan ini, menikmati senyumnya yang menghiasi pagi meski kadang mendung menjelma.

            Kadang, aku sengaja mengajaknya untuk bercerita banyak hal. Tentang dia dan cita-cita yang dulu pernah ia rajut selagi masih kecil, tentang dia dan penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan masih banyak lagi pembicaraan-pembicaraan yang pernah kami lakukan. Senyum tulus itu tidak pernah hilang dari wajahnya meski penyakit yang ia derita kerap kali datang di saat yang tidak tepat.

Hannan, begitu aku memanggilnya. Dia anak kedua dari 2 bersaudara. Dia memiliki seorang kakak. Makanan kesukaannya adalah telor dadar. Minuman favoritnya adalah air putih. Itu saja. Dia tidak terlalu memilih dalam hal makanan. Selagi itu baik dan halal, maka akan disantapnya dengan lahap.

Nama lengkapnya adalah Hannan Hunafa, sekarang dia sudah di kelas 8 Asy Syaja’ah. Entah sudah yang keberapa kalinya dia tidak mengikuti pelajaran saya. Kerap kali badannya lemah, tidak mampu untuk bertahan menerima pelajaran yang ada. Tiap kali melihat dia lemah, biasanya saya akan bilang.

“Mas Hannan istirahat di UKS aja, ya.”

Dia memang lebih sering di ruang UKS dibandingkan mengikuti pembelajaran dengan saya. Lagi-lagi, sakit yang ia derita lah yang menjadi penyebab ketidakhadirannya di kelas. Tak jarang pula dia tidak berangkat sekolah karena kondisinya sedang tidak stabil. Ada rasa kasihan yang sering datang tiap kali melihat senyumnya. Ada semangat yang terus membuncah dalam dada tiap kali melihatnya lemah tak berdaya, semangat untuk terus menuntunnya meski harus tertatih. Doa-doa sering kupanjatkan pada Yang Mahakuasa agar dia diberi kesembuhan.

Hannan, dia adalah murid saya yang paling suka bermain dengan komputer. Dia bisaa berdiam diri di depan layar komputernya, mencoba program ini dan itu, berselancar di dunia maya dan masih banyak lagi yang dia lakukan.

Saya sempat bertanya akan sakit yang di deritanya, dari pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan padanya, saya akhirnya tahu bahwa dia menderita penyakit diabetes. Dia sudah menderita diabetes sejak masih berumur 8 tahun. Tepatnya sejak ia masih duduk di kelas 3 Sekolah Dasar. Dan hingga hari ini, ia masih mencoba untuk bertahan, melawan penyakit yang hari demi hari terus menggerogoti tubuhnya yang mungil.

Dia tidaklah setinggi Ade Rai, dia juga tidak segemuk Ade Namnung, dialah Hannanku, muridku yang senyumnya selalu kunanti. Dia mengajarkanku bagaimana terus bersyukur di tengah penyakit yang dideritanya. Dia mengajarkanku untuk menerima takdir Tuhan dengan tulus. Karena ia percaya, Tuhan tidak akan mencoba umat-Nya diluar dari kemampuan umat.

Kadang, saat gula darahnya sedang tinggi, maka pusing akan menghampirinya, membuatnya terbaring lemah tak berdaya di ruang UKS. Ibunya dengan setia menemaninya saat kondisinya sedang kurang baik. Ibunya dengan sabar membawakan obat-obatan ke sekolah demi Hannan. Orangtuanya begitu menyayanginya. Jika gula darahnya sedang rendah, biasanya dia akan lemas, tidak bersemangat menantang hari. Namun, senyumnya tetap ada. Ah senyum itu.

Hannanku, tetaplah dengan senyummu, Nak. Tunjukkan pada dunia bahwa engkau bisa menyinari dunia dengan seukir senyum yang selalu menghiasi wajahmu. Tersenyumlah, meski kadang cobaan hidup yang begitu berat. Tersenyumlah meski kadang air mata harus ikut berurai bersama dengan senyumnya. Percayalah, Allah sangat menyayangi Nak Hannan.

Itulah Hannanku, laki-laki yang dengan penuh ketegaran menjalani hari-harinya bersama dengan diabetes yang dideritanya. Dialah Hannanku, murid yang selalu kurindukan kehadirannya. Dialah Hannanku, yang mengajarkanku banyak hal tentang hidup. Selamat berjuang meraih mimpi, Nak. Doa akan selalu saya panjatkan pada Tuhan, agar kasih-Nya tetap hadir dalam relung hatimu. 

Comments

Post a Comment

Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...