Skip to main content

Jogja #Day4



Di siang hari keempat saya tidak pergi kemana-mana karena nungguin teman yang dari Jakarta. Dan ternyata mereka berdua telat sampai Jogjanya, seharusnya mereka sampai Jogja pagi, dan ternyata menjelang ashar mereka baru sampai Jogja. Itu telatnya super keterlaluan ya. hehe

Setelah ashar, saya menuju Malioboro, menuju museum “Vredeburg”. Karena masih sore, saya sempatkan keliling menuju “Keraton”, “Taman Sari”, “Alun-alun”, “Masjid Gede” dan kembali lagi ke lokasi “Festival Kesenian Yogyakarta”.

Setelah maghrib, saya ditemani Steven melihat penampilan berbagai macam kesenian Jogja. Saya dan Steven duduk manis di depan panggung utama dari awal acara sampai pukul 9 malam. Si Steven yang duduk di samping saya juga tampak menikmati semua kesenian yang tampil di panggung. Meski sebenarnya saya dan Steven juga sama-sama antara ada dan tiada karena nggak ngerti apa yang diomongin oleh mereka yang ada di panggung. Mereka pakai bahasa Jawa (halus mungkin, entahlah saya sama sekali nggak paham). Saya dan Steven hanya menikmati keragaman seni yang ada, kalo penonton tertawa, saya dan Steven ikut tertawa, kalo hening ya kami pun ikut hening haha J
 Dia mulai kumat di depan panggung #FKY

Selain menikmati semua kesenian yang ada, saya tentu tidak akan lupa untuk mengabadikan semua kesenian itu dari balik lensa kamera yang saya bawa. Bahkan beberapa penampilan sempat saya rekam, meski tangan saya capek megangin kamera sewaktu ngerekam penampilan-penampilan mereka di panggung.

Setelah puku 21.00, si Steven ngajak berbelanja sebelum yang jualan mulai tutup. Maklum, malam ini adalah malam terakhir Steven liburan di Indonesia, sebelumnya dia sudah ke Bali terlebih dahulu, baru kemudian ke Jogja. Dan esok hari dia sudah harus kembali ke Germany. Sebenarnya dia masih belum mau balik ke negara asalnya, dia masih ingin berlama-lama di Indonesia. Dia masih ingin pergi ke Danau Toba, dan kota-kota lain di Indonesia. Tapi pekerjaan membuat dia harus segera balik ke Germany.

Karena besok Steven sudah harus balik ke Germany, jadi dia mau menghabiskan uangnya yang masih berupa rupiah. Dalam hati saya bergumam,

“Mendingan kasih ke saya aja” haha.
Jadinya saya ikut aja kemana Steven melangkah #bahasa apa ini. Belanja berbagai macam pernak-pernik khas Jogja, barang-barang antik, kaos dan lain-lain. Ada yang istimewa dari kegiatan belanja malam itu, waktu saya dan Steven sedang memilih kaos lukis, kami sama sekali nggak tahu kalo ternyata designer-nya malah sibuk bikin sketsa wajah kami berdua. Setelah selesai milih kaos mana yang mau dibeli, designernya langsung ngasihin selembar kertas putih yang ada sketsa wajah saya dan Steven haha #keren
Si Steven kembali kumat, dia jingkrak-jingkrak nggak jelas saat ngelihat sketsa wajah itu. Mulai deh foto-foto bareng pun dimulai saat tahu ada sketsa wajah itu. Si designernya juga minta foto bareng saya dan Steven haha J
Setelah selesai narsis-narsisan, kami melanjutkan berbelanja ke tempat penjualan barang-barang antik. Yang namanya antik itu biasanya mahal kan? Dan kalo mahal biasanya saya ndak mau beli #hening.

Si Steven kembali kumat untuk kesekian kalinya saat melihat Koran tempo dulu, kalo nggak salah Koran tahun 1982. Dia sibuk memilih Koran-koran itu, kemudian membeli beberapa lembar meski dia sama sekali nggak bisa Bahasa Indonesia. Aneh. Dan tahukah anda harga Koran itu berapa???? Harganya macam-macam, semakin tua umur korannya, maka semakin mahal harganya. Koran yang dibeli Steven kalo nggak salah harganya 100.000, berghhh mahal jendralll, ada juga yang harga 20.000,

Saya kira uang Steven udah habis, ternyata masihhh.. jadinya kegiatan berbelanja pun terus berlanjut sampai uangnya benar-benar habis. Dia hanya menyisakan uang untuk bayar hotel, dan untuk ongkos taxi ke airport besok. Gilaaa ni orang. Mendingan kasihkan ke saya saja, kan cepet habisnya tuh duit. Lol
Kami juga sempat menjajal makanan yang ada di sekitar Malioboro, meski akhirnya saya sakit perut dan si Steven harus beli permen untuk menghilangkan bau mulut karena ternyata di makanan yang kami makan itu ada “pete” haha. Dia juga hampir muntah #kasihan. Padahal yang kami pesan itu; nasi telor, ikan tri, terong, dan kopi. Ternyata ikan tri itu ada campuran “pete” dan baru sadar waktu udah masuk ke mulut.
 expresi wajah habis makan pete lol

Setelah puas berbelanja, kemudian menikmati berbagai macam sajian kuliner yang ada di sepanjang Malioboro, kami balik ke penginapan Steven yang tidak jauh dari lokasi festival. Kami naik becak kurang lebih 10 menit. Sesampai di hotelnya saya sedikit bantu-bantu dia packing (lebih banyak bengong sih sayanya karena nahan sakit perut), dan setelah merasa semua sudah selesai, sudah ngobrol ngalor ngidul nggak jelas, cerita berbagai macam kejadian unik dalam hidup tuh orang dan lain sebagainya, saya memutuskan untuk kembali ke tempat saya nginap.

Selesai sudah kegiatan malam ini. Saya kembali ke masjid tempat saya nginep, kemudian langsung istirahat karena besoknya Steven minta ditemani ke airport.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...