Kalo
di sekolah, di kelas yang saya ampu, setiap bulannya akan ada 1 buah buku yang
saya berikan ke satu anak yang bisa menjawab kuis dari saya. Kuisnya bisa
berbentuk hafalan surat pendek dalam Al-Qur’an, melanjutkan ayat yang saya baca
(juz 30), dan lain-lain. Biasanya, saya meminta mereka membaca salah satu surat
yang ada di dalam juz 30 (an-Naba - an-Nas).
Saya
suka melihat murid-murid yang suka membaca. Membaca tidak mesti harus di
perpustakaan sekolah, saya membuat gerakan gemar membaca di kelas, saya dan
murid-murid membuat perpustakaan mini di kelas. Setiap anak membawa 1 buah buku
setiap bulannya, buku-buku itulah yang akan dibaca oleh murid. Jadi, mereka
tidak harus keluar dari kelas untuk membaca buku. Setelah satu bulan, buku-buku
itu akan diganti dengan buku-buku yang baru. Dengan demikian, murid bisa
membaca buku yang berbeda. Di kelas yang saya ampu ada 37 siswa. Jadi, setiap
bulannya akan ada 37 buku baru yang siap untuk dibaca. Saya juga menambah
koleksi bacaan di kelas dengan buku-buku yang saya miliki.
Anak-anak
sempat bilang,
“Kami
baru kali ini mempunyai seorang guru yang gemar membaca dan menulis cerita.”
Dahiku
berkerut mendengar ucapan murid,
“Yakin?”
“Iya,
ada guru yang suka membaca, tapi tidak suka menulis cerita”
Saya
bisa melihat itu, di sekolah sepertinya memang saya yang paling suka menulis
cerita pendek, atau bahkan menulis novel. Dan saya ingin anak-anak juga suka
menulis, mereka bisa menulis apa saja, bisa berbentuk cerita pendek, artikel,
atau bahkan novel. Saya memberikan contoh kepada murid agar rajin menulis
dengan menjadi kontributor di majalah “Adzkia Indonesia”. Setiap bulan, ada
satu cerpen saya yang dimuat di majalah itu. Meski masih majalah lokal, tapi
setidaknya saya sudah mencoba untuk menularkan semangat menulis pada anak-anak.
Saya
masih ingat saat saya meletakkan buku kumpulan cerita “Air Mata Cinta Hanisah”
di perpustakaan atas permintaan pihak perpustakaan. Anak-anak begitu semangat
membaca buku itu, bahkan buku yang saya pesan melalui “Nulisbuku.com” langsung
habis hari itu juga. Iya, mereka membeli semua buku itu. Bahkan proofread-nya
juga dibeli. Saya tidak pernah memaksa mereka untuk membeli buku itu. Sebagian besar
mereka tahu tentang buku “Air Mata Cinta Hanisah” melalui twitter.
Beberapa
guru sempat kaget melihat ada karya saya di perpustakaan. Karena memang banyak
yang tidak tahu bahwa saya suka menulis J.
Awalnya,
saya menulis diam-diam. Saya tidak pernah membiarkan murid membaca
tulisan-tulisan saya. Saya juga tidak pernah memberitahu rekan sesama guru
tentang kegemaran saya dalam dunia tulis menulis. Saya takut tulisan-tulisan
itu tidak sesuai dengan mereka. Tapi, keraguan itu hilang saat tahu bahwa
banyak di antara mereka yang menyukai cerpen-cerpen saya yang dimuat di majalah
sekolah, dan juga blog.
Jum’at
yang lalu, saya memberikan voucher belanja buku 100.000, ke salah satu murid
yang berhasil menjawab kuis dari saya. Saya mengajaknya membeli buku ke “Gramedia”,
dan saya bisa melihat betapa bahagianya dia saat saya ajak membeli buku. Saya ingin
mengajarkan pada mereka bahwa mereka harus suka membaca.
Sekarang,
saya hanya ingin melihat murid-murid saya suka membaca. Dengan membaca, mereka
bisa mengetahui banyak hal. Dari pada mereka menghabiskan waktu di depam komputer
dengan bermain games hingga lupa waktu. Kecanduan ‘game’ sedang meracuni
anak-anak. Saya tidak melarang mereka bermain game, silahkan bermain asal tidak
berlebihan.
So,
mari membaca, dan mari terus berkarya. J
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan