Skip to main content

Faiz

Malam semakin gelap, hujan rintik-rintik membasahi bumi, pemuda itu masih duduk di bagian pojok masjid memegang Kitab suci yang berisikan firman-firmanNya, sementara anak muda lain sedang asik bermain gitar, bernyanyi, seolah-olah tidak mendengar kumandang adzan yang dikumandangkan begitu merdu oleh seorang ‘muadzin’ yang menyeru mereka untuk lekas ke masjid dan melaksanakan shalat maghrib berjama’ah. Iya terus membaca ayat demi ayatNya dengan khusu’, sesekali ia terlihat menghapus air matanya yang jatuh ketika membaca ayat-ayat yang bermaknakan tentang ‘adzab, kemudian dia tersenyum ketika membaca ayat-ayat yang menceritakan balasan bagi orang-orang yang beramal sholih. Lantunan ayat suci yang ia baca terdengar sampai ke rumah tetangga, membuat anak-anak muda yang sedang bermain gitar dan bernyanyi merasa tertanggu.

“Mas, kalo mau ngaji jangan keras-keras lah, ucap salah seorang pemuda dari depan masjid”.

Mendengar teguran itu, pemuda yang ada di masjid mengucapkan maaf dan langsung melanjutkan berbicara dengan Allah Tuhannya, ia melanjutkan bercengkerama dengan TuhanNya melalui ayat demi ayat yang ada di dalam al Qur’an. Ia pernah membaca dalam sebuah buku : Orang yang membaca Al Qur’an sama halnya dia sedang berbicara dengan Allah” 

sebagaimana hadits Nabi yang artinya: 

Barang siapa ingin bercakap-cakap dengan Allah maka hendaklah membaca Al Qur’an”.

Tidak terasa, waktu shalat isya sudah tiba, seorang muadzin kembali mengumandangkan adzan untuk menyeru umat muslim shalat isya berjama’ah di masjid. Adzan berkumandang, pemuda-pemuda yang sedang bermain gitar dan bernyanyi tidak berhenti ketika adzan berkumandang, suara adzan beradu dengan suara gitar dan nyanyian-nyanyian mereka. Hingga adzan selesai, gitar itu terus dimainkan dan terus diiringi dengan nyanyian-nyanyian. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka.

Pemuda yang di dalam masjid tidak merasa terganggu dengan kebisingan itu, ia melaksanakan shalat ‘Qobliyah’ isya dua raka’at, kemudian melanjutkan membaca al Qur’an, dia memang sudah terbiasa membaca KalamNya sehabis maghrib hingga waktu isya tiba. Sudah hampir lima belas menit ia membaca ayat demi ayat sambil menunggu ‘iqamat’ dan jama’ah lain datang ke masjid. Satu persatu jama’ah berdatangan, dan sebagian besar mereka adalah orang-orang tua yang sudah uzur, yang sudah tua runta, dan beberapa anak kecil. Tidak terlihat adanya pemuda-pemuda yang datang ke masjid. Bathin pemuda yang ada di dalam masjid bergumam.

‘Ya Rabbi, di manakah pemuda-pemuda ?’

Shalat isya diimami oleh seorang bapak yang sudah sangat tua, ia membaca surat ‘al Fatihah’ sambil batuk-batuk, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat ‘al Ikhlas’. Setelah berdzikir dan berdo’a secara berjama’ah, seorang bapak menghampiri pemuda tadi dan bertanya.

‘Mas warga baru di kampung sini?’
‘Bukan Pak, saya kebetulan sedang lewat, saya berasal dari kampung sebelah’
‘Dengan Mas siapa?’
‘Nama saya Faiz Pak’
‘Saya tinggal dulu ya Nak’

Sudah beberapa hari ini Faiz membawa sepeda motornya untuk berkeliling ke kampung-kampung sebelah, sengaja mampir dan shalat berjama’ah di masjid-masjid yang ada di kampung-kampung tersebut. Acap kali ia menangis saat melihat kenyataan para Imam yang bacaan al Qur’annya masih jauh dari standar bacaan yang baik, kadang bathinnya bergejolak melihat kenyataan sepinya masjid dari jama’ah, sepinya masjid dari pemuda-pemuda, masjid seolah-olah hanya untuk orang-orang yang sudah lanjut usia.

“Zaman sudah berubah kah? Sehingga masjid sudah tidak menarik lagi bagi pemuda-pemuda Islam?”

Tidak sedikit ia pernah melihat masjid yang digembok, dan ketika waktu shalat tiba, tidak satu pun jama’ah yang datang ke masjid, masjid tidak ubahnya hanya menjadi bangunan tua, dipenuhi kotoran-kotoran kambing. Kenyataan itu berbeda dengan kenangannya sewaktu masih kecil. Dulu. waktu ia masih kecil, setiap ba’da ‘Ashar’, pemuda-pemudi berjalan menyandang Kitab suci menuju langgar-langgar, setiap hari mereka belajar membaca al Qur’an, kegiatan itu dilakukan hingga maghrib menjelang, mereka shalat berjama’ah di masjid atau langgar-langgar, kegiatan belajar membaca al Qur’an akan dilanjutkan setelah shalat maghrib. Ada yang membaca al Qur’an di masjid, ada juga yang membacanya di rumah masing-masing di terangi sebuah lampu minyak.

Ia rindu akan masa-masa itu, dimana bacaan al Qur’an bukanlah bacaan yang asing, setiap hari suara senandung ayat demi ayat itu selalu terdengar dari rumah ke rumah.

‘Surga merindukan pemuda yang hatinya terpaut dengan masjid’

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...