Sebagai tukang jalan
amatir, saya kadang mendapatkan berbagai komentar dari teman-teman, baik ketika
bertemu langsung ataupun via daring.
dan komentar-komentar lain, yang intinya adalah membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan saya.
Padahal isi dompet saya biasa saja :) banyakan kosongnya dari pada berisi 😁. Maklum, bukan anak Sultan 🥰
Pernah nggak sih kalian merasa hal yang sama? Seolah merasa bahwa hidup orang lain lebih fun, lebih seru, lebih bahagia? Pokoknya serba lebih aja dibandingkan kita. Apalagi di zaman social media sekarang ini. 😢 Kalo tidak pintar-pintar memilah informasi apa yang mau dikonsumsi, kita akan selalu merasa insecure sama diri sendiri.
Padahal, bisa jadi hidup yang kita jalani adalah kehidupan yang didambakan oleh orang lain. Bisa jadi kemudahan kita dalam berinteraksi dengan orang, kemudahan kita dalam mewujudkan impian-impian kita adalah sebuah impian yang orang lain dambakan.
Nyatanya memang kita tidak akan pernah puas menjalani hidup jika terus mengukur standar bahagia kita dengan standar bahagia orang lain. Selalu dan akan selalu tidak bahagia jika tidak pernah ada syukur dan tidak menyadari bahwa setiap orang memiliki standar sendiri dalam bahagia, setiap orang memiliki liku perjuangan sendiri, setiap orang akan menghadapi aneka gelombang tersendiri.
Pun demikian dengan prioritas dalam hidup, setiap orang memiliki skala prioritas berbeda; ada yang memilih untuk tidak memiliki barang-barang branded, asal bisa pergi travelling around the world, ada yang lebih suka di rumah saja, tidak suka bertemu banyak orang, nyaman dengan kehidupannya di rumah. Ada yang prioritasnya adalah menyekolahkan adik-adiknya, sehingga menunda untuk memiliki rumah sendiri, masih memilih untuk ngontrak. Ada yang prioritasnya adalah pendidikan, sehingga menahan diri untuk menikah agar lebih fokus dengan study lanjut. Nggak apa-apa, yang penting harus sadar bahwa setiap pilihan kita ada konsekuensinya.
Kadang kita melihat seseorang yang seolah hidupnya bahagia, padahal bisa jadi dia pintar menyembunyikan kesedihan yang sebenarnya sedang ia alami.
Bisa jadi kita melihat seseorang yang seolah begitu memprihatinkan kehidupannya, tapi ternyata dia menjalani kehidupannya dengan penuh kebahagiaan dan merasa cukup dengan apa yang dia miliki.
Bisa jadi kita merasa kasihan kepada pasangan yang telah lama menikah namun belum mendapatkan keturunan, seolah hidup mereka tidak bahagia tanpa si buah hati, padahal sebenarnya mereka menjadikan moment itu untuk terus menguatkan cinta sesama, apalagi dengan Rabb, Tuhan semesta alam.
Kadang kita iri melihat si A yang bisa pergi menjelajah berbagai belahan dunia dengan mudah, padahal di balik semua itu dia memperjuangkan mimpi-mimpinya untuk bisa ke luar negeri dengan menabung sejak lama.
Demikianlah kehidupan.
Maka, menjalani hidup
dengan penuh rasa syukur adalah kunci bahagia dalam hidup. Syukur artinya kita
menikmati kehidupan ini sesuai dengan arahan Sang Pencipta, bukan mengikuti
hawa nafsu kita yang melenakan.
Bersyukur dan menikmati setiap moment dalam hidup dimana pun dan dengan siapapun itu adalah sebuah keharusan. Selamat menjalani hidup penuh bahagia dengan jalan masing-masing, ya. J
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan