Foto di atas reruntuhan desa kuno di Puncak Jabal Akhdar-Oman
Covid-19, seolah
menjadi buah bibir yang tak kunjung habis untuk dibicarakan akhir-akhir ini. Menyebarnya
wabah ini ke seluruh penjuru dunia menjadikannya topic hangat yang terus
diberitakan di segala macam media. Setiap orang seolah-olah berlomba untuk memberikan
info paling update terkait Covid-19. Sedangkan saya, sudah beberapa hari ini memilih
untuk tidak banyak membaca terkait hal ini selain pada sumber-sumber yang sudah
jelas valid dan itu menenangkan, tidak seperti berbagai tulisan yang beredar di
social media yang kadang menimbulkan kekhawatiran berlebih.
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari adanya wabah ini. Salah satu
pelajaran besar yang bisa saya dapatkan adalah bagaimana kita bisa menerima
akan sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana kita dengan penuh keikhlasan. Sejak
Covid-19 ini menyebar, saya memilih untuk mundur perlahan-lahan, membatalkan beberapa
rencana perjalanan saya; Penerbangan ke Bengkulu, Kuala Lumpur, Qatar, Turkey dan
Mesir adalah beberapa penerbangan yang akhirnya saya batalkan. Beberapa penginapan
saya di Turkey juga ikut saya batalkan. Paket Tour di Doha-Qatar ikut saya
batalkan. Ada penerbangan yang berhasil refund, ada juga yang sampai
hari ini masih proses refund dan belum disetujui. Jangan tanya berapa
kerugiannya, pasti rugi, namun saya meyakini bahwa setiap hal yang terjadi akan
terasa lebih menenangkan ketika kita yakini bahwa ‘Allah adalah sebaik-baik
perencana’.
Tahapan-tahapan seseorang dalam menerima sesuatu itu berbeda-beda; ada yang
ikhlas melepaskan, ikhlas menerima, ikhlas untuk move on ke tahapan
selanjutnya, namun tidak sedikit juga yang menggerutu, merasa Allah tidak adil,
merasa diabaikan, merasa hancur dan rasa yang lain yang mungkin meruntuhkan
segala rasa baik yang ada. Semakin cepat seseorang bisa menerima dengan keihklasan
akan satu hal yang diluar dari rencananya, semakin cepat dia akan merasakan
ketenangan. Disinilah diperlukan melatih diri untuk menjadi orang yang sedikit
demi sedikit ikhlas dalam menerima sesuatu. Ikhlas, artinya mendapatkan ketenangan.
Bukankah itu yang kita cari? Menjalani hidup dengan tenang, tentram, yang
melahirkan kebahagiaan.
Tugas kita sebagai manusia adalah membuat rencana terbaik, namun jangan
lupa bahwa ada Allah yang menentukan segala sesuatu. Bisa jadi, sesuatu yang
baik menurut kita, ternyata tidak baik bagi Allah. Pun demikian, bisa jadi
sesuatu yang kita anggap tidak baik, ternyata terbaik menurut Allah bagi kita. Hal
ini senada dengan apa yang Allah nyatakan di dalam Al Quran:
Ùˆَعَسىٰ Ø£َÙ† تَكرَهوا Ø´َيئًا
ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø®َيرٌ Ù„َÙƒُÙ… ۖ Ùˆَعَسىٰ Ø£َÙ† تُØِبّوا Ø´َيئًا ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø´َرٌّ Ù„َÙƒُÙ… ۗ ÙˆَاللَّÙ‡ُ
ÙŠَعلَÙ…ُ ÙˆَØ£َنتُÙ… لا تَعلَمونَ
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Untuk semua yang sedang berjuang,
mengatur ulang perjalanan, membatalkan berbagai rencana besar dalam hidup, dan rencana-rencana
lain yang ikut berubah karena kondisi ini, tetaplah bersabar, tetaplah yakin
bahwa Allah lah yang kuasa terhadap segala sesuatu. Maka tetaplah dengan keyakinan
ini, insya Allah ridha Allah yang akan kita raih.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan