Skip to main content

Etika Melihat Wanita Yang Dilamar



Saya mencoba mengingat kembali, ketika saya akhirnya memberanikan diri melamar seorang wanita yang sebenarnya sudah lama saya kenal dari jauh. Saya katakan dari jauh, karena tidak pernah ada komunikasi di antara kami. Setelah 1,5 tahun saya mencoba untuk menahan diri karena saat itu belum berani untuk maju melamarnya, akhirnya saya memberanikan diri untuk datang menemui kedua orangtuanya dan menyatakan keinginan saya untuk melamar putri mereka.
Saya masih ingat dengan baik cucuran keringat yang membasahi wajah, kemudian membuat baju yang saya pakai menjadi lembab. Saya masih ingat dengan baik betapa nervous sangat menyiksa saya saat itu, yang nyaris merusak semua kata-kata yang sudah saya siapkan sejak jauh-jauh hari. Saya masih ingat bagaimana sikap saya ketika tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan dari wali wanita yang saya lamar. Tapi, meski awalnya rada berat dan penuh perasaan tidak percaya diri, lamaran saya akhirnya diterima. Setelah lamaran diterima, kemudian diaturlah pertemuan dengan wanita yang saya lamar, dan itu merupakan pertemuan saya yang pertama kali secara langsung dan terencana.
Sebagai seorang muslim, saya tentu tidak ingin proses pertemuan dengan wanita yang saya lamar melenceng dari ajaran Islam yang selama ini saya anut, saya ingin semuanya tetap sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam syariat. Sesuatu  yang dimulai dengan jalan yang diridhai, diharapkan akan melahirkan kehidupan yang penuh damai dalam lindunganNya. Saya ingin jalan yang saya tempuh tidak lari dari jalan yang Allah ridhai. Maka diaturlah pertemuan sesuai syariat Islam.
Di dalam Islam, laki-laki dibolehkan melihat wanita yang dilamarnya. Demikian pula sebaliknya, agar masing-masing dapat mengetahui secara pasti dan jelas permasalahan yang berkenaan dengan memilih pasangan hidup. Hal ini cukup penting, sebagai bagian dari saling mengenal satu sama lain, sehingga ketika membuat keputusan akan melanjutkan ke jenjang yang selanjutnya, sudah melalui proses yang cukup matang, agar tidak menyesal di kemudian hari. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw. riwayat Muslim dari Mughirah bin Syu’bah:

“Pandanglah ia (wanita yang dilamar). Sebab, hal itu akan membawa kekekalan (bagi kecintaan) kalian berdua.”

Muslim dan Nasa’I meriwayatkan: Seorang laki-laki telah datang kepada Nabi saw. kemudian memberitahukan kepada beliau bahwa ia akan mengawini seorang wanita dari kaum Anshar. Maka Rasulullah saw bertanya, “Apakah engkau telah melihatnya?” Laki-laki itu menjawab, “Belum.” Beliau bersabda, “Lihatlah ia! Sebab, di dalam mata kaum Anshar itu terdapat sesuatu (ada yang matanya kecil).”
Akan tetapi dalam praktiknya ada beberapa etika penting yang perlu diketahui oleh pemuda yang akan melihat wanita yang dilamarnya. Tidak sembarangan, karena ini bagian dari memuliakan wanita yang dipilihnya.

Pertama, Setelah bertekad mengawini seorang wanita, lelaki pelamar hanya dibolehkan melihat wajah dan kedua telapak tangan wanita yang dilamarnya itu.

Kedua, Melihat boleh dilakukan berkali-kali jika dirasakan perlu, sehingga gambaran yang benar-benar akan melekat di dalam ingatan.

Ketiga, Kedua calon pasangan boleh bercakap-cakap.

Keempat, Tidak diperbolehkan menjabat tangan wanita yang dilamar. Sebab, sebelum dilangsungkan akad nikah, wanita itu adalah wanita lain (bukan muhrim).

Kelima, Kedua calon pasangan tidak dibolehkan bertemu, kecuali ditemani seorang muhrim wanita yang dilamar. Sebab, Islam mengharamkan berdua-duaan dengan wanita lain. Asy-Syaikhan meriwayatkan dari Rasulullah saw:

“Ketahuilah, janganlah sekali-kali seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita (lain), dan janganlah sekali-kali seorang wanita berpergian kecuali ditemani muhrimnya.”

Kalo kita perhatikan kehidupan masyarakat luas saat ini, kita sering menemukan pelamar bercampur dengan wanita yang dilamarnya tanpa batas dan kendali, dengan dalih untuk saling mengenali karakter masing-masing. Mereka mengabaikan etika yang seharusnya dipatuhi dalam rangka menjaga kehormatan diri. Padahal, melamar adalah salah satu proses yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan. Ketika etika-etika melamar disesuaikan dengan aturan syariat, Insha Allah akan diberi kemudahan menapaki langkah selanjutnya.
Itulah beberapa etika yang perlu kamu perhatikan jika bermaksud ingin melamar wanita pujaan hati. Jangan abaikan aturan agama tentang hal ini. Menaati etika-etika yang sudah ada merupakan bagian dari mencari ridha Allah SWT.
Selamat melamar.


Comments

  1. Barakallah.

    Semoga lancar menuju hari H. Dan menuju sakinah mawaddah wa rahmah :)

    Di blog saya masih banyak lagi bahan pembelajaran ttg pernikahan di label "Indahnya Menikah" *sekalian promo blog :)*. Saya mengatakannya "bahan pembelajaran" karena ya memang kita terus belajar. Sampai tahap ini pun saya rerus belajar untuk dapat lebih baik lagi. Saya juga melihat mereka yang sudah sepuh dan berhenti belajar, mesti sering ribut rumah tangganya.

    Eh jadi panjang lebar begini, ya hehehe.

    Pokoknya ikut bahagia, deh ....

    ReplyDelete
  2. kapan ya gue dilamar kayak gitu....
    weh curhat
    -.-

    semoga semuanya berjalan dengan baik.
    Selamat menempuh hidup baru :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga disegerakan, ya. sering-sering curhat disini nggak dilarang, kok, haha

      Delete
  3. Asik asik.. Bisa jadi pedoman nih buat ngelamar juga :D

    ReplyDelete
  4. Wah masyaa Allah bgeet....
    Semoga ilmu ttg etika ini banyak yg memahaminya termasuk seseorang yg masih anonim di deary saya tp udah tertulis di lauhulmahfuz... eaa hhehe

    ReplyDelete
  5. Semoga segera berlanjut ke pernikahan ya, dan pernikahan yang membawa kepada keluarga samara. Harus terus diperjuangkan, karena keluarga samara adalah perjuangan seumur hidup. Duh, jadi ceramah. Maafin :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...