This is a Timelapse of the aurora borealis in Karasjok in the northern part of Norway
Selamat malam, izin melarikan diri sejenak dari tumpukan
tugas kuliah yang aduh membuat saya semangat makan dan tidur. Menjelang Isya saya
baru pulang dari kampus *umpetin tugas ke kolong meja*. Jadi begini, sebenarnya
obrolan tentang hal yang mau saya tulis ini beneran udah sering banget jadi
perbincangan kalo pas travelling atau sekadar obrolan sehari-hari kemudian
nyangkut di permasalahan ini. Saya sering banget mendengar teman-teman yang
komentarnya begini,
Kamu nggak usah tanya dia udah kemana aja, ya, karena
saya tahu kalo dia juga belum banyak keliling di Negeri sendiri. Jadi ya gitu,
deh. Ibaratnya, dia mau bilang kalo semangka itu jauh lebih enak ketimbang
jeruk, sementara dia sendiri belum pernah makan jeruk, lah piye? *analogi
ngawur*.
Travelling itu bukan hanya sekadar kemana kamu pergi,
sudah pernah kesana, sudah pernah melakukan ini-itu, akan tetapi lebih dari
pada itu, Jeng. Ada banyak keindahan yang hanya akan kamu temukan di Indonesia
saja, pun demikian, ada banyak hal yang hanya akan kamu temukan di luar negeri.
Emang kamu bisa menemukan Pyramid di Jember? Atau kamu mau mindahin Ka’bah ke
Pasuruan, gitu? Ya ndak bisa, toh?
Travelling ke luar negeri bukan berarti seseorang lebih
mencintai negeri luar ketimbang negeri sendiri. Travelling itu bukan hanya
sekadar kamu pose keren di tempat-tempat yang kamu kunjungi, tapi lebih dari
itu. Misal kamu jalan-jalan ke Swiss, kamu akan merasakan betapa kerennya
transfortasi yang mereka miliki, kamu akan melihat bagaimana mereka menjamin
kehidupan penduduknya dengan memberikan jaminan sosial, Rumah Sakit nggak usah
bayar, kemudian mereka memiliki jam kerja yang mereka batasi hanya sampai pada
pukul 5 sore. Sangat manusiawi sekali, bukan? Hal-hal seperti yang ini yang
kadang dilupakan seseorang saat travelling, tidak berusaha untuk berinteraksi
dengan penduduk lokal, share satu sama lain, kemudian pelajaran baik yang
didapat di negeri orang bisa dibawa ke negeri sendiri, diterapkan.
Atau mungkin kamu berkesempatan berkunjung ke France,
sebagai negara yang terkenal dengan negara yang sangat individualistik. Atau
mungkin saja suatu saat kamu berkesempatan berkunjung ke Denmark yang terkenal
sebagai negara yang cukup nyaman untuk dijadikan tempat tinggal, bahkan angka
korupsinya super rendah, berbeda blas dengan negara kita yang korupsinya dari
ujung ke ujung ada. Hal-hal begini sebenarnya yang menjadi pelajaran berharga
ketika kamu berkunjung ke suatu negara.
Ketika berkunjung ke suatu negara, jangan cuma sekadar
haha hihi huhu dengan selfie berlatar landmark negara tersebut, lakukan hal
yang lebih, jalin komunikasi, pelajari secara singkat bagaimana kehidupan
disana, dengan demikian kita belajar banyak hal. Salah betul kalo kamu
berkeyakinan bahwa travelling hanya sekadar sebagai bahan cerita bahwa kamu
sudah pernah kesana, pernah berfoto keren di berbagai macam tempat, lebih dari
itu, banyak pelajaran penting ketika bisa travelling ke berbagai macam negara. Ibarat
makanan, ketika bisa menikmati beraneka ragam masakan, kamu baru akan mengerti
makanan mana yang cocok di lidah kamu. Kamu nggak mungkin bisa bilang bahwa
makanan India itu nggak enak, sementara kamu sendiri nggak pernah makan masakan
India. Ketika di negeri sendiri kamu mungkin dengan mudahnya
menemukan aneka bumbu masak dengan harga yang nggak terlalu mahal, sementara di
luar, kamu akan menyadari betapa tidak mudah menemukan makanan yang cocok
dengan lidah Indonesiamu.
Coba pergi ke China, negara yang 90% penduduknya
menganggap diri mereka atheis tapi justru maju pesat? Kita bisa banyak belajar
hal-hal positif dari mereka, bukan? Meski 90% penduduknya menyatakan diri
mereka Atheis, tapi mereka tetap mempertahankan tradisi religius yang mendalam.
Atau mungkin ketika di luar negeri kamu akan menemukan betapa bahagianya hidup
di negara yang sebagian besar penduduknya muslim, kamu bisa beribadah dengan
baik, tanpa harus khawatir dengan aturan pemerintah seperti negara-negara yang
anti dengan Islam. Makin bersyukur, toh? Menambah keimanan, toh?
Jadi, kalo kamu masih bilang “Ih, ngapain ke luar negeri,
Indonesia jauh lebih keren.” Saya mulai berpikiran bahwa kamu termasuk orang
yang sangat close minded, seolah di luar sana kamu tidak akan menemukan kebahagian,
seolah di luar sana kamu hanya akan menemukan tumpukan batu koral acak adut,
atau seolah di luar sana kamu hanya akan menemukan tumpukan sampah yang baunya
menyengat. Belum tentu juga, kan? Cobalah bepergian ke negara yang belum pernah
kamu kunjungi, rasakan, pelajari dengan baik bagaimana kehidupan masyarakat,
bagaimana tata kota mereka, dan lain sebagainya yang akan memberimu wawasan
baru. Atau kamu bisa menjadi duta wisata bagi Indonesia sambil travelling,
memperkenalkan keindahan Indonesia pada dunia, bahwa Indonesia memiliki
pulau-pulau yang cantik menawan, keren, toh?
Ketika travelling di negeri sendiri mungkin kita nggak
usah pusing dengan bahasa penduduk setempat, karena kita bisa menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, meski di belahan Indonesia sana
banyak juga yang tidak mengerti bahasa Indonesia. Sekarang bandingkan ketika
travelling ke negara yang menuntut kita untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa
asing, disanalah letak kesadaran betapa pentingnya bahasa sebagai alat
komunikasi. Coba saja ke Thailand, bakalan susah menemukan orang yang bisa
berbahasa Inggris, atau ke Jepang dimana mereka menuntut turis untuk bisa berkomunikasi
dengan bahasa mereka, berbeda dengan di Indonesia, begitu banyak orang yang
bisa berbahasa Inggris, sehingga turis bisa berkomunikasi dengan baik melalui
bahasa Inggris. Coba juga ke Rusia, susah juga menemukan orang yang bisa
berbahasa Inggris, kemudian kamu hanya bisa bengong ketika mereka berbicara
bahasa Rusia. Piye, mudeng orak?
Jadi, nggak ada salahnya travelling ke berbagai negara,
karena ketika seseorang menjelajah dunia, dia akan menemukan banyak pelajaran
kehidupan, bahwa dunia memiliki keindahan yang beraneka ragam. Perjalanan demi
perjalanan yang dilalui harusnya semakin membuat seseorang menjadi pribadi yang
lebih baik, karena mengambil pelajaran dari berbagai macam tempat yang
dikunjungi. Ada banyak nilai luhur yang bisa dijadikan oleh-oleh dalam suatu
perjalanan, bukan? Jadi nggak usah ragu, siapkan dirimu untuk menjelajah.
By the way, saya juga belum banyak menjelajah haha, jadi
mari bersama siapkan diri menjadi petualang.
Emang bener sih bro...
ReplyDeleteTapi budgetnya yang nggak ada...
Mending masih jelajah di sekitaran sini dulu. Lebih murah dan waktu persiapan juga nggak lama...
Jadi kapan ke malang? Ahhaha
Deletengapain keluar negri? toh Indonesia juga belum dikelilingi semua
ReplyDeletejadi kudu keliling Indonesia dulu baru ke luar negeri? ya monggo
DeleteMasih mikir klo liburan keluar kota, yang dket aja blum semuanya bisa di datangin :D
ReplyDeleteBener banget, setuju 100%.. travelling bukan sekedar menyelami keindahan tapi belajar banyak hal termasuk kearifan lokal... kita bisa bilang makanan A tentu setelah membandingkan dengan makanan B, C, D.. kalo belum coba lain bilang A paling enak itu namanya asal ngotot hahaha.. btw aku belum bisa ke luar negeri :((
ReplyDeletehaha santai, belum ke luar negeri bukan aib, kok. semoga bisa segera, ya
DeleteKapan yah bisa liburan keliling Indonesia
ReplyDeletekapan-kapan
DeleteDunia dota pun indah hehehe
ReplyDeletehahahaha
Deletekeliling indonesia aja belum bisa apalagi keluar negri ^_^ dunia itu indah :D
ReplyDeleteyuk kabur
DeleteSetujuuu... malesin banget kalau ada yang nanya begitu. Maunya mah semua-semua dijelajahin yak, andai duit itu tidak terbatas =P
ReplyDeletesemoga bisa, ya.
DeleteAku udah kemana mana di luar negri, eropa terutama, bukan karna banyak duit tp karena dapet beasiswa! tapi ke Sumatra aja malah blom pernah, apalagi keliling nusantara, piye jal
ReplyDeletehahaha keren, Mbak. jadi kapan ngajak saya jalan-jalan? :p
DeleteKapan aja asal udah nyampe inggris nanti kuajak muter2 :D
DeleteHaha siapp
Delete