Launching buku Catatan Hati Sang Guru
28
Februari 2015
Akhir-akhir
ini pertanyaan ini sering diajukan pada saya, dan berhubung saya tidak punya
pekerjaan tetap, tentu saja saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Bagi saya,
pertanyaan semacam ini adalah pertanyaan yang seharusnya tidak perlu menjadi
pertanyaan penting yang harus diajukan dalam perbincangan keseharian. Untuk mereka
yang memang sudah menjadi teman dekat mungkin saja saya tidak keberatan
menjawab terus terang tentang ini, namun bagi mereka yang hanya sekadar kenal
biasa saja, kemudian menyinggung pertanyaan how much do you earn? Saya kadang
lebih suka tersenyum dan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban sesederhana
mungkin.
Hidup saya
saat ini hanya mengandalkan uang tabungan yang berhasil saya simpan selama
kurang lebih tiga tahun bekerja menjadi guru dan royalti buku-buku yang saya
terbitkan secara indie. Tentu saja yang paling besar mengisi tabungan saya
adalah uang dari hasil penjualan buku-buku yang saya terbitkan dan saya rasa
itu cukup untuk biaya hidup saya saat ini. Dan tentu saja kalian tahu, hidup
hanya mengandalkan tabungan dan tanpa melakukan apa-apa agar bisa menjaga
tabungan itu tetap terisi bukanlah pilihan tepat. Lama-kelamaan tentu saja akan
habis. Kadang, melihat saya melancong kemana-mana, teman-teman rekan guru
tempat saya bekerja dulu sering berkomentar, “Uang ente nggak habis-habis, ya,”
dan saya hanya tersenyum. Karena nyatanya saya melancong dengan biaya murah,
terbantu dengan share cost bersama teman perjalanan, menginap di rumah
teman yang kadang sekalian nyediain transportasi dan lain-lain.
Memang banyak
perbedaan antara saya yang dulu dengan saya sekarang, jika dulu setiap bulan
sudah ada penghasilan tetap, sekarang menjadi tidak tetap, namun ada keyakinan
yang luar biasa besar pada diri saya saat ini, bahwa dalam hal kebaikan, dalam
hal menuntut ilmu, saya yakin bahwa Tuhan tidak akan menelantarkan saya begitu
saja, karena tujuan saya mulia. Yang penting adalah saya mau bekerja keras
membiayai kuliah saya saat ini. Dan sampai hari ini, saya masih meyakini itu. Kata
Ibu, “Banyak orang yang takut melangkah karena tidak yakin dengan janji Allah,
bahwa Ia akan memberi kita rizki dari arah yang tidak kita sangka-sangka,” dan
saya tahu itu, bahkan itu tertulis di dalam Al Qur’an. Sekarang pertanyaannya
adalah apakah kamu mau meyakini itu juga?
Sekarang,
kerjaan saya memang tidak ada yang tetap, kadang saya menjadi penerjemah
sekelompok orang-orang asing yang ingin berkeliling Malang, kadang saya menjadi
pengajar mahasiswa asing, kadang saya mengajar bahasa Indonesia untuk mahasiswa
asing, kadang saya membantu teman-teman yang sedang mengerjakan tugas akhir
karena saya suka bergelut dengan literatur dan rela berlama-lama di ruang research,
kadang saya ngerjain tugas teman-teman yang super sibuk, dan sejauh ini saya
merasa cukup dengan rizki yang Tuhan berikan, saya masih bisa jalan-jalan di
tengah-tengah waktu study saya, saya masih bisa sesekali makan bareng
teman di tempat yang menurut kantong mahasiswa seperti saya ini termasuk mahal,
saya masih bisa mengirimi adik saya uang, masih bisa sesekali mengirimi Ibu
uang meski tidak serutin dulu ketika saya masih bekerja tetap. Saya merasa
cukup dengan rizki yang Tuhan berikan, saya bersyukur dengan semua itu.
Orangtua
saya memang sama sekali tidak pernah mengirimi saya uang sejak saya lulus
kuliah S1 sampai hari ini. Saya tidak pernah meminta uang kepada mereka, itu
sudah menjadi prinsip saya. Justru saya akan sangat merasa sedih sekali, jika
Ayah, Ibu, dan adik-adik saya butuh uang dan saya tidak bisa mengirimi mereka. Dalam
hal ini kadang saya merasa sangat sedih. Saya rela berlari-lari di tengah hujan
menuju Bank terdekat untuk transfer jika ternyata mobile banking saya
tidak bekerja dengan baik, saya rela kabur dari kelas ketika Ayah dan Ibu
meminta saya mengirimi uang. Saya selalu berusaha sebisa mungkin mengirimi
mereka, karena hanya itulah yang bisa saya lakukan sekarang ini. Meski tidak
seberapa, tapi saya merasa bahagia, bisa membantu sedikit keuangan keluarga.
Jadi,
jangan pernah malu jika penghasilanmu perbulan lebih rendah ketimbang
teman-temanmu, jangan nggak percaya diri, selagi kamu melakukan sesuatu yang
halal, Insha Allah berkah. Yang terpenting adalah kita percaya bahwa Tuhan
tidak akan membiarkan kita begitu saja, selalu ada jalan yang Tuhan berikan
kepada kita dalam menyelesaikan permasalahan kita. Ingat, rizki bukan hanya
sekadar uang saja, kesehatan, keluarga, orang-orang terdekat di sekeliling kita
adalah bagian dari rizki itu sendiri. Syukuri dan berusahalah sebaik mungkin. Jika
ingin hasil yang lebih, tentu saja usahanya harus lebih, bukan? Rizki kita
tentu saja berbanding lurus dengan seberapa serius kita meraih rizki yang Tuhan
tebar di muka bumi ini. Jadi jangan pernah meragukan kuasa Tuhan.
Saat ini,
percaya diri saya mulai meningkat, saya tidak malu berjualan, saya tidak malu
melakukan sesuatu yang memang baik meski orang lain beranggapan bahwa
seharusnya mahasiswa S2 tidak melakukannya, karena dianggap tidak sesuai dengan
gelar sarjana yang sudah saya pegang, hey, sejak kapan gelar kesarjanaan
memberi batasan pekerjaan mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak? Sesempit
itukah pola pikirmu? Come on, guys, grow up! Selagi itu baik, kenapa harus
malu? Toh kita tidak melakukan hal yang melanggar perintah Tuhan. Kadang banyak
orang yang gengsi melakukan sesuatu karena merasa tidak cocok dengan gelar yang
sudah ia sandang, malu, takut ketahuan teman-temannya, dan masih banyak lagi
alasan yang lain.
Sini, saya
kasih tahu, Allah itu tidak pernah tidur, Ia selalu mengawasi semua yang
terbetik di hati kita, dan sebenarnya kamu sudah tahu tentang itu, kan? Jadi,
lakukan semuanya sebaik mungkin, Insha Allah rizki akan datang. Tolong agama
Allah, dan Allah pun akan menolong kita. Jangan ragu.
Setiap ciptaan-Nya pasti dapat jatah rejeki, besar kecil itulah bagaimana kita mensyukurinya.
ReplyDeleteiya, semoga kita menjadi hamba yang selalu bersyukur :)
DeleteNyokap gw selalu berpesan jangan perna malu dengan pekerjaan kita, meskipun itu remeh temeh, yang penting itu halal dan mendapat ridho dari Allah
ReplyDeletesemoga kita bisa selalu meraih rizki yang halal, ya :)
DeleteIndeed it's complicated to leave something's settled for the new unpredictable world.
ReplyDeleteyupz
Delete