Saya berusaha mengingat kembali apa
yang sudah saya tulis di blog ini selama kurun waktu satu tahun terakhir,
kemudian saya tertegun dengan tulisan saya yang berjudul “Dear Faris”, sebuah
tulisan yang saya tujukan untuk salah satu murid saya yang sempat saya jadikan
dalam sebuah buku yang berjudul “Dear Faris - Catatan Inspirasi Si Pahlwan
Kecil”. Bagi saya, tulisan-tulisan saya tentang Faris adalah tulisan-tulisan
yang sangat menyentuh hati saya. Saya kadang menulisnya sambil menangis,
melihat bagaimana dia berjuang sedemikian kuat dan tegar dalam menghadapi
cobaan hidup yang tentu saja tidak mudah untuk ukuran anak seusianya kala itu.
Faris, dia baru saja masuk di SMP dan saya adalah wali kelasnya. Kebersamaan
saya dengannya menyisakan kisah yang sampai hari ini tetap saya ingat, meski
saya sudah tidak lagi menjadi gurunya di sekolah karena harus melanjutkan study
master saya di Malang.
Dear Faris adalah sebuah persembahan
cinta saya untuk Faris, semacam catatan perjuangannya saat menerima kenyataan
bahwa ia kehilangan Ayah saat kecelakaan terjadi, sekaligus kehilangan
kemampuannya untuk berjalan, bahkan hingga hari ini, Faris masih belum bisa
kembali berjalan normal seperti sebelumnya. Namun, Faris selalu berusaha untuk
tegar menjalani semua cobaan yang ada. Kalian tahu sudah berapa kali Faris
menjalani operasi sampai hari ini? Dalam satu tahun terakhir, Faris sudah
menjalani 3 kali operasi demi sebuah kesembuhan. Itulah mengapa, bagi saya,
sosok Faris begitu menginspirasi saya untuk menuliskan kisahnya dan berbagi
kepada orang-orang di luar sana, bahwa kita bisa belajar banyak hal dari sosok
Faris.
Kadang, manusia hanya bisa mengeluh
dan merasa bahwa dia adalah orang paling susah di dunia ini dengan sekian
banyak permasalahan yang ada. Saya masih ingat dengan baik, ketika hari pertama
Faris menyadari bahwa sang Ayah telah tiada, dia hanya berucap sambil menjabat
tangan saya, “Jangan sedih, Ustadz, ini lebih baik bagi Bapak, kasihan melihat
bapak.” Dan saya hanya bisa berpaling dari wajahnya sambil mengusap air mata.
Kebersamaan saya menemani Faris sejak
awal sampai akhirnya dia bisa kembali ke sekolah adalah kebersamaan yang
menjadikan kami dekat satu sama lain. Sebagai seorang Guru, saya merasa
memiliki kewajiban untuk tetap menjaga semangatnya dalam berjuang menjalani
cobaan hidup.
Beberapa hari yang lalu, Faris baru
menjalani operasi yang ketiga kalinya di Bandung, karena ternyata terjadi
pengeroposan tulang kakinya sehingga harus dioperasi ulang kemudian dikasih
semen obat. Faris menelpon saya, bercerita bagaimana dia menjalani hari-harinya
di rumah sakit untuk yang kesekian kalinya. Saya selalu bilang ke dia, “Kalo
Faris butuh teman bicara, sms aja Ustadz, nanti Ustadz telepon”, dan Faris pun
melakukan itu. Jika dia butuh teman berbincang, dia sms dan saya telepon.
Bagi saya, dia adalah sosok malaikat
kecil yang diberi Tuhan kesabaran yang luar biasa. Bagaimana tidak, dua bulan
yang akan datang dia akan menjalani operasinya yang keempat kalinya dan dia
dengan sabarnya menjalaninya. Kita bisa mengambil banyak pelajaran dari
sosoknya. Semoga Allah selalu memberinya kesabaran bersama orang-orang yang
selalu mencintainya sepenuh hati. Salam cinta untukmu, Nak, dari Gurumu, Arian
Sahidi
Ngomongin tentang tulang, saya jadi ngilu, mengingat saya dulu pernah patah tulang. :D
ReplyDeleteSemoga Faris tetap sabar menghadapi penyakitnya :)
amin, ya, rabb.
Deletesalut buat Fariz, salut juga buat gurunya. di masa kini, sulit mencari orang yang masih mau peduli secara hati, bukan hanya sekedari menjalankan kewajiban, tapi benar-benar peduli, seperti yang anda tunjukkan pada Fariz. kepedulian itu, walau kecil, yakinlah, pasti akan sangat bernilai bagi seorang Fariz. saya masih ingat, hanya satu kalimat 'yakinkah kamu masih hidup esok hari?' dari seorang teman yang peduli, membuat saya memutar haluan pandangn hidup saya.alhamdulillah, itu semua membuat saya lebih kuat. sekarng ini, orang sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri, jadi susah mendapatkan orang yang masih memberikan ruang dihatinya untuk menerima beban orang lain. semoga sukses buat Fariz, dan juga anda. salam kenal kembali ya
ReplyDeleteamin. pun demikian dengan mbak rebellina, semoga diberi kesehatan selalu.
Deletesemoga Faris sehat selalu, dilimpahi kasih sayang dari orangtua dan gurunya seperti mas Arian ini aamiin :)
ReplyDeletesubhaanallaah... perjuangan faris yg luar biasa,belajar utk mnjadi pribadi yg sabar dan kuat bisa dri siapa saja ya ustadz,salam kenal... smg sukses GA'y :)
ReplyDeleteamin. terimakasih
ReplyDeleteSaya datang dan sudah membaca “Self Reflection” di blog ini
ReplyDeleteTerima kasih telah berkenan untuk ikut lomba saya ya
Semoga sukses
Salam saya
#111
terimakasih :)
Delete