Sesaat setelah seminar nasional
5 November 2014
Rasanya, baru saja beberapa hari yang
lalu tahun ini saya lalui, sekarang sudah hampir sampai pada ujung perjalanan
di tahun ini. Begitulah kehidupan, kadang kita lupa bahwa semakin lama, semakin
mendekatkan kita pada sebuah akhir, ya, perjalanan ini akan sampai pada titik
akhir. Siapapun, dimanapun, dan sejauh apapun perjalanan yang telah ia lakukan,
semua akan memiliki akhir.
Berbicara tentang rutinitas, hari ini
saya mencoba untuk berdamai dengan kacaunya jadwal kuliah. Saya mencoba untuk
menebar senyum meski sebenarnya saya kecewa. Sejak pagi saya sudah bersiap
diri, pergi ke kampus pusat karena menurut informasi di grouf WA, perkuliahan
hari ini akan dilakukan di kampus satu. Setelah sampai kampus satu, informasi
yang berbeda saya dapat dari seorang teman, kuliah jam pertama di kampus Pasca
sarjana, sedangkan kuliah jam kedua di kampus pusat. Itu artinya saya harus
kembali ke kampus pasca sarjana. Setelah sampai di kampus pasca sarjana, kuliah
canceled mendadak, dan jam kuliah kedua dimajukan dan itu di kampus
satu, itu artinya saya kudu ke kampus satu.
Saya mencoba untuk berdamai dengan
rutinitas baru menjadi seorang mahasiswa yang ternyata sibuknya melebihi yang
saya bayangkan, dan saya sedang mencoba untuk berdamai dengan semua itu. Bukankah
ini adalah bagian dari sebuah konsekuensi atas pilihan yang saya ambil? Dua pekan
terakhir adalah hari-hari yang sangat sibuk, nyaris setiap hari saya
menghabiskan waktu di perpustakaan. Dari senin sampai minggu. Jadwal kuliah
lumayan kacau karena ada beberapa dosen yang sedang menjalankan tugas untuk
pergi ke luar negeri. Kegiatan selain kuliah adalah membaca sekian banyak literatur
nyaris dari pagi sampai sore, sampai timbul sebuah ucapan lelucon dari petugas
perpustakaan.
“Rayyan, you should be a security in
this library, because you always come early.”
And then I said to him
“You should do my paper, coz you
always here everytime I come.”
Dan mereka juga tahu, bahwa saya
menggunakan ruang research no 24 untuk penulisan tugas-tugas kuliah yang
cukup menyita waktu. Selain hari kuliah, saya sering menjadi pengunjung pertama
di perpustakaan pasca sarjana, dan kadang menjadi pengunjung terakhir yang
keluar di perpustakaan pusat. Kadang, saking seriusnya mengerjakan tugas, saya
sampai lupa bahwa perpustakaan sudah waktunya tutup, bel tanda perpustakaan
tutup pun tidak terdengar di telinga, ya, saya sampai sedemikian serius melahap
berbagai macam literatur yang sekarang sudah mulai saya sukai.
Saya menyadari, saat awal, ada
semacam “tekanan” yang tidak mudah untuk saya lalui, semakin hari, saya semakin
damai dengan rutinitas yang ada, dan semakin menikmati proses belajar yang
demikian. Walaupun demikian, saya tetap berusaha meluangkan waktu untuk
berinteraksi dengan teman-teman yang lain, meski termasuk jarang. Akhir-akhir
ini tumpukan berbagai macam buku dan jurnal menjadi teman sepenuhnya, saya
hanya istirahat saat jam shalat, bahkan kadang sampai lupa.
“you should take a rest, rayyan, you
need that, you can’t spend all your time in the library. Your body need times
to rest, your brain need times to think other thing, and you need to
communicate with other students, not just doing your assignment.” Komentar teman. Saya cuma senyum. Benar
yang dia katakan. Dalam dua pekan terakhir, saya menulis nyaris hampir dua
ratus halaman. Saya rasa ini bisa dijadikan buku jika saya serius mendalami.
Saya mensyukuri semua ini, dan saya
tahu bahwa saya butuh istirahat. Sabtu dan Minggu, jika memang memungkinkan,
saya memilih untuk pergi bersama teman-teman, meski kebanyakan saya tetap
berada di perpustakaan pasca sarjana yang selalu buka setiap hari. Saya merasakan
sebuah kenyamanan saat berada di perpustakaan. Bagi saya pribadi, perpustakaan
adalah sebuah tempat yang asik untuk membincangi ilmu-ilmu yang terdapat di
dalam buku-buku yang tersedia. Petugas perpustakaan sudah tahu betul ruangan
mana yang saya pakai untuk menulis, dan jam berapa saya keluar dari
perpustakaan.
Suatu ketika, saya baru selesai
mengerjakan tugas tafsir tematik yang mengharuskan saya membaca kurang lebih
dua belas kitab tafsir. Setelah selesai, saya bertemu teman di pintu masuk
perpustakaan.
“Mengapa temanmu tidak sesibuk kamu?”
tanyanya.
“May be because they are smarter than
me,” jawab saya iseng dan dia tertawa.
Sahabatku, beginilah kehidupan, ada
masa dimana kita harus berhenti sejenak, mengeja jarak, menarik nafas
dalam-dalam, menyiapkan persiapan sedemikian baik untuk melanjutkan perjalanan
selanjutnya. Ada masa dimana kita harus mengambil rehat sejenak dari rutinitas,
karena tubuh memerlukan waktu untuk istirahat, untuk selanjutnya lebih maksimal
dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
“Jangan lupa olahraga yang cukup,
meski kesibukanmu tinggi,” pesan Ibu akhir pekan kemarin. Ah iya, bahkan akhir-akhir
ini saya sudah jarang menghubungi Ayah dan Ibu. Pernah beberapa kali Ayah
menelpon, tapi HP ada di dalam tas, saya niatkan akan menelpon setelah selesai
di perpustakaan, namun lebih sering lupa, karena kalo sudah di kamar, biasanya
saya tidur. Jam tidur saya sekarang lebih awal dari biasanya. Jam 8 malam saya
sudah tidur, jam 3.30 pagi bangun, persiapan subuh ke masjid.
Disinilah pentingnya manajemen waktu,
dan yang paling penting adalah kepuasan diri dalam menikmati sebuah rutinitas. Jika
jenuh, hentikan sejenak, ambil jarak, tenangkan pikiran, kemudian baru melanjutkan.
Karena dalam kondisi yang tidak fit, kita tidak bisa berpikir dengan
baik. Maka perlu adanya pembagian kapan kita harus terus belajar, kapan kita
harus istirahat, kapan harus bergaul dengan teman-teman. Karena kita adalah
makhluk sosial yang butuh berinteraksi satu sama lain.
Di asrama, ada banyak anggapan bahwa
saya adalah mahasiswa dari Malaysia, dan seperti yang saya tulis sebelumnya,
nama saya lebih dikenal dengan nama “Rayyan.”
“They think you are a student from
abroad.” Ucap seorang teman.
“May be because I always speak English
and Arabic and the way I speak like Malaysian.” Jawab saya sambil menghabiskan menu
makan siang.
Renat paham betul dengan rutinitas
saya. Kadang, saat betul-betul lelah dan saya tidak kuat jika harus pulang,
saya memilih untuk istirahat di kamarnya hingga malam, setelah tenaga kembali
pulih, baru saya pulang.
Bismillah, saya percaya selalu ada
hasil dari sebuah usaha. That’s why I love my routine and I believe when you
do something for love, you will get love. Selamat menjalani rutinitas.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan