Skip to main content

Menikah Muda


Berbicara tentang fenomena menikah muda rasanya sudah bukan hal baru lagi, ada sekian banyak artikel bahkan buku yang menjelaskan tentang keutamaan menikah di usia muda, bahkan ada buku-buku yang terkesan mengompori kaula muda yang masih bertahan dengan kesendirian mereka agar segera menikah. Tidak sedikit yang akhirnya memilih untuk segera menikah setelah mendengar tausiah dari seorang Ustadz tentang keutamaan menikah, tidak sedikit juga yang segera mencari pasangan hidup setelah membaca buku yang isinya tentang hal-hal yang berkaitan dengan menikah muda.
Bagaimana dengan saya? Mengapa di usia yang sudah seperempat abad ini saya masih bertahan dengan kesendirian? Bukankah sudah seharusnya saya menikah di usia yang sekarang?
Bagi saya pribadi, saya tidak pernah mempermasalahkan seseorang menikah di usia berapa pun. Saya percaya masing-masing orang memiliki target hidup dan rencana tersendiri di dalam hidup mereka, maka saya tidak suka mempertanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan hal yang demikian. Karena bagi orang-orang tertentu, pertanyaan demikian tidaklah perlu untuk diajukan kepada mereka, bahkan bagi orang tertentu, pertanyaan “kapan menikah?” dan semisalnya adalah pertanyaan sensitif yang seharusnya cukup dipertanyakan di dalam hati saja.
Saya punya teman yang kerjaannya komentar sana-sini, dan kebanyakan komentarnya tidak positif tentang saya, misal saat saya memutuskan untuk melanjutkan S2, atau tentang status saya yang sampai hari ini masih single, semua menarik baginya untuk dikomentari. Bagi saya, pertanyaan seputar demikian adalah hal biasa, namun bisa menjadi luar biasa ketika pertanyaan yang sama diulang oleh orang yang sama. Mungkin dia lupa atau tidak menyadari bahwa dia adalah orang kesekian yang menanyakan pertanyaan yang semisal, mungkin yang keseribu kalinya.
Melihat fenomena menikah di usia muda yang sedang marak di Indonesia, saya lebih baik memandang ini sebagai sebuah fenomena yang positif yang berarti semakin meningkatnya kesadaran masyarakat kita untuk menyatukan hati dalam bahtera rumah tangga. Pengaruh buku-buku yang membicarakan tentang tidak bolehnya pacaran di masyarakat juga ikut andil dalam mewujudkan fenomena menikah muda ini.
Di sisi lain, ada semacam kekhawatiran bagi saya pribadi, melihat semakin tingginya angka perceraian yang terjadi di tanah air, seolah pernikahan adalah sebuah permainan antara kata “Suka” dan “Tidak Suka”, ketika diawali dengan “Suka” kemudian munculnya perasaan “Tidak Suka” dan sedemikian mudahnya mengucapkan kata “Cerai”. Saya paham, ada sekian banyak alasan yang memicu terjadinya perceraian di masyarakat kita. Saya tidak ingin berkomentar lebih jauh, namun yang perlu dikaji adalah penyebab meningkatnya angka perceraian pernikahan yang dilakukan di usia muda.
Menikah muda bukan berarti tidak memiliki persiapan, bukan? Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Setidaknya bagi seorang laki, dia memiliki kesiapan menjadi seorang pemimpin di dalam keluarga. Pun demikian bagi seorang perempuan, setidaknya dia memiliki keinginan kuat untuk menjalani bahtera rumah tangga dalam rangka menuju keridhaan Allah SWT.
Menikah muda adalah sebuah proses menuju kebahagian lebih awal. Silahkan menikah lebih awal, di usia yang masih muda, asal benar-benar paham kemana arah biduk rumah tangga akan dikayuh. Jangan sampai hanya karena ikut-ikutan fenomena yang lagi marak di masyarakat, atau hanya sekadar pelarian agar tidak lagi dijejali oleh sebuah pertanyaan sakral “Kapan Menikah?” saja.
Percayalah, Allah akan menemukan kita dengan pasangan hidup kita dengan orang di waktu yang memang sudah Ia gariskan kepada kita. Tugas kita adalah berusaha menggapai semua itu, menjalani semua prosesnya sesuai dengan kehendak Ilahi. Jangan berkecil hati ketika jodoh tak kunjung datang, mungkin saja Allah masih memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri lebih lama lagi, sementara seseorang di belahan lain pun sedang melakukan hal yang sama dan akan dipertemukan di saat keduanya sudah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Menikah muda bukan hanya sekadar melepas status “single” menjadi “married”, akan tetapi timbulnya semangat menjalan kehidupan rumah tangga sebagai bagian dari ketaatan kepada hukum-hukum Allah di muka bumi. Persiapkan diri lebih awal untuk menyambut pasangan hidup yang dijanjikan oleh Allah untuk kita.
Bagi yang sudah berusia 30 ke atas dan sampai hari ini belum menikah juga, saya yakin bukan karena tidak mau, tapi karena memang belum dipertemukan dengan jodoh yang Tuhan janjikan, jangan berkecil hati, tetaplah berusaha menjadi lebih baik, abaikan cibiran masyarakat, tetaplah berjalan di jalan yang Allah ridhai. Allah tidak pernah ingkar dengan janji-Nya, bahwa wanita yang taat berhak mendapatkan pasangan hidup yang taat, begitu juga dengan laki-laki yang taat, ia berhak mendapatkan pasangan hidup yang taat pada Allah SWT. Percayai dan berusahalah mewujudkan semua itu.
Pada hakikatnya tidak ada orang yang ingin mendapatkan pasangan yang tidak baik, semua tentu ingin mendapatkan pasangan yang baik. Permasalahannya adalah, banyak orang yang menginginkan pasangan yang baik, tapi tidak berusaha memantaskan diri untuk mendapatkan pasangan yang baik. Ingin berpasangan dengan seseorang yang shalih/shalihah tapi ia sendiri tidak berusaha untuk mencapai tingkatan itu. Itu omong kosong.
Silahkan menikah muda, tapi jangan lukai hati mereka yang belum menikah meski usia mereka sudah jauh di atas kalian. Cukup doakan saja mereka bisa segera menjatuhkan hati pada hati pilihan mereka. Silahkan menikah di usia yang terbilang muda, tapi jangan kau cemooh mereka yang masih bertahan dengan kesendirian mereka, mereka mempunyai hak untuk menjalani prosesnya sesuai dengan keinginan mereka. Percayalah, Tuhan tidak pernah tidur, Ia selalu melihat bagaimana hamba-Nya berusaha menggapai semua impian di dalam hidup hamba-Nya. Maka jangan kalian lukai dengan pertanyaan semisal yang sebenarnya sudah tidak perlu kalian pertanyakan lagi. Cukup simpan pertanyaan-pertanyaan kalian itu di dalam hati, pilah dan pilih mana yang memang perlu dipertanyakan dan mana yang cukup disimpan di hati saja.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...