6 September 2014
Hari ini adalah orientasi program
studi mahasiswa baru Pascasarjana. Sedari pagi saya sudah excited banget untuk hari ini. Maklum, secara sudah tiga tahun
lamanya saya mempersiapkan ini semua, menjalani proses yang tidak mudah. Sudah seminggu
saya berada di Batu, merasakan dinginnya yang luar biasa. Suhu di pagi hari
bisa sampai di bawah 20’ C dan saya masih nekad mandi menjelang subuh. Mungkin karena
sudah kebiasaan saya yang sejak dulu rajin mandi sebelum subuh, jadinya masih
penyesuaian dengan cuaca yang cukup berbeda.
Masyarakat di Indonesia beberapa
waktu lalu cukup resah dengan adanya tulisan di spanduk orientasi mahasiswa
baru di UIN Surabaya. Ada tulisan “Tuhan Membusuk” yang kemudian tersebar luas.
Saya tidak menemukan hal-hal aneh saat orientasi di sini, di program sarjana
pun saya tidak menemukan hal-hal aneh.
Semangat di awal-awal study memang
luar biasa, semoga tetap semangat hingga proses study ini selesai, dan bisa
mengabdikan diri untuk mendidik generasi muslim agar bisa menjadi lebih baik
lagi. Saya bertemu dengan berbagai macam orang dan tentunya dengan kepribadian
yang berbeda. Ada yang dari pesantren, masih mempertahankan kebiasaan memakai
kopiah hitam saat ke kampus. Ada yang bicaranya bikin ketawa lepas dengan gaya
bicara yang lucu. Sampai saat ini, saya masih sering ketawa (dalam hati) saat
mendengar orang Madura bicara di depan umum. Gaya bicara orang Madura itu lucu
dan tegas. Ada teman yang kerjaannya jadi pelawak setiap hari, yang berhasil
membuat kegaduhan dengan tingkahnya yang lucu.
Hidup di daerah yang memang baru dan
saya belum banyak mengenal banyak orang memang perlu penyesuaian. Namun satu
hal yang saya yakini, ketika niat kita baik, Allah akan memberikan
kemudahan-kemudahan bagi kita mewujudkannya, asal kita mau berusaha dan berdoa.
Bukankah Allah itu Mahakaya? Kepadanyalah kita memohon, bukan?
Ada banyak teman-teman yang dalam
satu minggu terakhir menjadi dekat satu sama lain. Ada yang dari Medan, Riau,
Jambi, Lampung, Aceh, Bengkulu, Kalimantan, Sulawesi, Jatim, Jateng, Libia,
Rusia, Malaysia, Thailand dan lain sebagainya. Saya dan teman-teman satu kosan
komitmen untuk berbicara dengan Bahasa Arab dan Inggris, meski Bahasa Inggris yang
paling sering saya gunakan, guna menunjang kemampuan berbahasa di kampus.
Saat pembukaan orientasi, Pak Rektor
sudah menekankan sejak awal, bahwa lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
harus mampu bersaing, salah satunya adalah dengan menguasa bahasa
Internasional. Beliau sudah memulai, dengan berbicara Bahasa Inggris pada
mahasiswa, dan itu cukup memberi suntikan semangat baru bagi kami untuk
berbincang dengan Bahasa Aran dan Inggris. Maka tidak aneh, jika mendengar
teman-teman yang berbincang satu sama lain dengan Bahasa Arab dan Inggris. Ah,
saya jadi makin semangat.
Suasana di UIN Malang memang cukup
kondusif, dengan fasilitas yang baik. Perpustakaan yang menyediakan sekian
banyak literatur, ruang belajar yang nyaman, tenaga pengajar yang kompeten, dan
juga lingkungan yang seperti pesantren.
Pak Rektor memberi wejangan yang
menginspirasi, Pak Direktur Pascasarjana juga memberikan gambaran jelas
bagaimana menempuh pendidikan pascasarjana di UIN Malang. Saya melihat
pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh Pak Muhaimin selaku Direktur,
menekankan pada islamisasi ilmu pengetahuan, seperti pemikiran Syek Muhammad
Naquib Al Attas yang baru saja saya baca beberapa waktu yang lalu.
Setelah dzuhur, kami masuk ke
masing-masing jurusan, membahas lebih rinci bagaimana pendidikan di
masing-masing program. Saya mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam, kami
masuk di ruangan yang sangat representatif untuk belajar. Semangat dari masing-masing
begitu terasa di ruangan kami.
Setiap orang pasti memiliki banyak
mimpi, karena tidak tidak ada yang berhak melarang kita untuk bermimpi. Meski demikian,
tidak semua orang memperjuangkan impian-impiannya. Maka bersyukurlah, jika kamu
termasuk orang yang berusaha memperjuangkan impian-impianmu, karena engkau
termasuk orang-orang yang berada di jalan menuju pantai harapan.
Dalam menggapai impian ini, tentu
saja banyak cobaan yang Allah siapkan untuk menguatkan kita, namun percayalah,
Allah selalu ada untuk kita jadikan tempat untuk memohon. Seberat apapun
perjuangan dalam mewujudkan apa yang kita impikan, tetaplah berada di jalan
yang Allah ridhai, karena ketika Allah meridhai, maka disanalah letak bahagia
yang sesungguhnya, hidup dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Saya sempat berbincang dengan seorang
teman yang baru berumur 24 tahun tapi sedang mengambil program doktor,
sedangkan saya berusia 25 tahun, tapi baru mengambil program Magister.
“Sebenarnya, saya sudah jenuh
belajar, mau istirahat dulu, kerja, biar lebih fresh belajarnya. Tapi orangtua
yang selalu mendorong untuk terus melanjutkan study hingga lulus.”
“Ya bagus itu, selama orangtua memang
siap untuk membiayai, kenapa tidak?” ujar saya sambil melihat anak-anak yang
sedang bermain di depan.
“Saya nggak boleh kerja yang
berat-berat, takut mengganggu kuliah. Sampai hari ini saya masih hidup dengan
biaya dari orangtua. Setiap bulan orangtua mengirimi saya uang. Padahal, kuliah
nggak setiap hari, bosen juga kalo begini terus.”
“Ambil positifnya saja,” jawab saya
sekedarnya, karena tidak ingin terbawa lebih jauh dengan sikap orangtuanya.
Saya teringat dengan bagaimana Bapk
dan Ibu berusaha menyekolahkan saya. Dulu, adik saya yang perempuan rela
berhenti satu tahun terlebih dahulu, menunggu saya selesai kuliah, baru
kemudian dia melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Setelah saya lulus,
adik saya mulai kuliah, dan saya berhenti selama 3 tahun untuk membiayai
kuliahnya. Sekarang dia sudah semester tujuh, dan saya kembali ke bangku
kuliah. Saya selalu bilang ke adik,
“Bapak dan Ibu berjuang, Kakak
Berjuang, dan Adik pun berjuang. Allah mempunyai kejutan-kejutan untuk kita. Tetaplah
belajar, mewujudkan impian-impian Bapak dan Ibu, melihat anak-anaknya sekolah
tinggi, meski dengan keadaan yang biasa-biasa saja.”
Saat ini, kondisi ekonomi orang tua
saya memang sedang berada di bawah, namun Bapak dan Ibu tetap meyakinkan pada
kami agar tetap melanjutkan study. Adik saya kuliah sambil bekerja. Saya kuliah
Magister dengan tabungan yang saya kumpulkan selam 3 tahun terakhir, baik dari
gaji, royalti penjualan buku, dan lain sebagainya.
Saya memang sudah bertekad sejak dulu,
setelah wisuda, saya harus bisa mandiri, membantu biaya sekolah adik-adik, dan
membantu bapak dan ibu sebisa mungkin. Kami memang bukan lahir dari keluarga
yang kaya raya, tapi satu hal yang selalu membuat saya kuat dalam mewujudkan
impian-impian saya, yaitu doa dari Bapak dan Ibu.
Kata Ibu,
“Melihat kalian bisa mengenyam
pendidikan lebih baik dari Bapak dan Ibu adalah kebahagiaan hidup.”
Maka saya pun mengajarkan pada
adik-adik untuk tidak menyerah dalam mewujudkan impian. Untuk bisa melangkah
hingga ribuan langkah, tentu saja dimulai dari langkah pertama. Maka ketika
melangkah, niatkan dalam rangka mencari ridha Allah SWT. Insha Allah ilmu yang
kita dapat akan barokah. Amin.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan