Skip to main content

Kesadaran Beragama

 
Seseorang yang terlahir sebagai seorang muslim tidak bisa menjadi jaminan bahwa dia akan memiliki kesadaran beragama yang baik. Seseorang yang memiliki pemahaman agama yang mapan bukan berarti dia adalah orang yang memiliki kesadaran beragama. Sekadar lahir sebagai seorang muslim saja tidak lah cukup jika tidak diiringi dengan belajar tentang agama yang kita yakini. Sekadar paham saja tidaklah cukup jika tidak disertai dengan pengamalan akan ilmu yang kita miliki. Sederhananya begini, sekadar tahu tata cara shalat yang baik dan benar saja tidaklah cukup, jika tidak disertai dengan mendirikan shalat dengan baik dan benar. Sekadar tahu halal dan haram saja tidaklah cukup, jika tidak disertai dengan pengamalan untuk menjauhi yang haram dan melakukan sesuatu yang halal.

Saat ini, kita bisa menyaksikan ada banyak orang yang memiliki ilmu Agama yang baik, tapi hanya sekadar paham agama, tapi tidak memiliki kesadaran beragama yang baik. Inilah sebenarnya yang menjadi masalah besar di zaman sekarang. Coba saksikan generasi muda muslim saat ini, bukan karena mereka tidak tahu bahwa perintah shalat adalah wajib, bukan mereka tidak tahu bacaan shalat yang baik dan benar, kebanyakan dari mereka sebenarnya tahu akan kewajiban shalat dan bagaimana bacaan shalat yang baik dan benar, akan tetapi kesadaran beragama yang belum dimiliki oleh kebanyakan generasi muda muslim.

Sama halnya dengan kewajiban berhijab, kebanyakan dari muslimah paham akan kewajiban untuk menutut aurat dengan baik, akan tetapi kesadaran untuk mentaati perintah Sang Pencipta masih dikalahkan oleh berbagai macam alasan yang berhasil membentengi keinginan untuk segera menutup aurat.

Begitu juga dengan kewajiban mempelajari Al Quran. Pemuda dan Al Quran saat ini bagai kutub utara dan selatan, berjauhan. Coba lihat berapa banyak generasi muda yang khusyu membaca ayat-ayat Allah selepas shalat, yang ada hanyalah generasi muda yang sibuk dengan gadget, mengecek pesan singat yang masuk, BBM, dan berbagai macam jejaring sosial yang semakin membuat jauh akan nilai ibadah yang sesungguhnya. Al Quran sudah tidak lagi menarik hati pemuda untuk mempelajarinya, gadget jauh lebih menarik bagi generasi muda, sehingga lama waktu antara membuka jejaring sosial tidak sebanding dengan waktu yang digunakan untuk mempelajari Al Quran yang menjadi pedoman hidup umat muslim. Beginilah realita yang terjadi saat ini, meski memang masih ada yang bersungguh-sungguh mempelajari Al Quran.

Untuk bisa membangun kesadaran beragama harus dimulai dari diri sendiri, karena motivasi terbesar sebenarnya ada pada diri kita masing-masing. Orang lain, buku, Guru, dan lain sebagainya hanyalah pembantu kita menumbuhkan motivasi yang ada pada diri. Memiliki kesadaran beragama butuh proses yang tidak sebentar, perlu waktu seumur hidup untuk konsisten mentaati aturan-aturan yang ada di dalam Agama.

Memiliki kesadaran beragama berarti memiliki kesadaran untuk menunaikan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Memiliki kesadaran beragama berarti siap menjadi hamba Allah yang baik.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesadaran seseorang dalam beragama. Baik yang internal maupun eksternal.

            Faktor Internal, Menurut fitrahnya, manusia adalah makhluk beragama atau memilki potensi beragama, mempunyai keimann kepada Tuhan. Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada yang berjalan secara alamiah dan ada yang mendapat bimbingan dari agama sehingga fitrahnya itu berkembang secara benar sesuai tuntunan agama.

          Faktor Eksternal, Perkembangan kesadaran beragama akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang memberikan bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang memungkinkan kesadaran beragama itu berkembang dengan baik. Faktor lingkungan tersebut antara lain:

Lingkungan keluarga

Keluarga mempunyai peran sebagai pusat latihan atau pembelajaran untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai agama dan kemampuan dalam mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari

Lingkungan sekolah

Dalam mengembangkan kesadaran beragama, peranan sekolah sangat penting, peranan ini terkait dengan pengembangan pemahaman, pembiasaan mengimplementasikan ajaran-ajaran agama, serta sikap apresiatif terhadap ajaran atau hukum-hukum agama.

Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat ini maksudnya adalah hubungan atau interaksi sosial dan sosiokultular yang potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah atau kesadaran beragama seseorang.



Agama bukanlah hanya sekadar pelengkap identitas diri, tapi lebih dari itu, Agama adalah keyakinan yang tertanam di dalam hati dan diwujudkan dalam perilaku kehidupan. Agama bukanlah hanya sekadar ucapan bahwa “Aku adalah seorang Muslim”, tapi lebih dari, Agama adalah kesiapan kita menjadi hamba yang memiliki kesadaran untuk menjalankan aturan-aturan yang terwujud dalam tatanan beragama.

Seorang muslim haruslah bangga akan agamanya, bangga dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah SWT dan disertai dengan kesadaran untuk menjadikannya sebagai panduan dalam menjalani kehidupan. Aturan dalam beragama tidak cukup hanya sekadar tertulis dalam lembaran-lembaran saja. Kesadaran beragama harus mewujud dalam tiap embusan nafas yang kita hirup, dalam derap langkah yang kita jalani, dan dalam tiap detak jantung yang akan berhenti kala waktunya telah tiba.

Kesadaran beragama harus utuh, tidak setengah-setengah. Adanya kesadaran beragama akan mewujudkan tatanan sosial yang rukun, damai dan harmonis. Kesadaran beragama tidak hanya sekadar memperbaiki hubungan antara makhluk dengan Sang Pencipta, tapi juga memperbaiki hubungan antara sesama. Kesadaran beragama berarti menjalani semua perintah Allah SWT yang disertai dengan tulus dalam rangka mencari keridhaan-Nya, bukan demi pujian makhluk.

Oleh karena itu, mari terus mendekatkan diri pada Allah SWT, semoga kita semua menjadi hamba yang Ia cintai, yang selalu berusaha untuk mentaati semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangannya.

Wallahu a’lam


Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...