Skip to main content

Pantai Suwuk dan Goa Jatijajar


Pantai Suwuk terletak di desa Suwuk, kecamatan Puring, kabupaten Kebumen. Untuk menuju ke lokasi pantai, banyak jalur alternatif yang dapat digunakan. Jika anda dari arah Gombong maka dibutuhkan waktu sekitar 45 menit, namun jika anda berasal dari arah kota Kebumen maka dibutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk menuju Petanahan dan setengah jam berikutnya menuju Pantai Suwuk. 

Bagi anda yang berasal dari arah timur yang kebetulan sedang melintasi jalan selatan-selatan atau jalan Daendels dari arah Yogyakarta dapat langsung lurus menuju ke Pantai Suwuk Wisata di Pantai Suwuk ini pada dasarnya tidak berbeda dengan wisata-wisata pantai di Kebumen. Pemandangan pegunungan kapur yang elok memanjang dari utara sampai selatan, dan berbatasan langsung dengan pegunungan dan Pantai Karangbolong. Untuk lebih memanjakan mata anda, alangkah lebih baiknya anda menyewa seekor kuda untuk menyisir eloknya Pantai Suwuk ini. Usai lelah dan puas menikmati pantai, hal menarik lainnya adalah kita dapat menikmati suasana santai dengan beberapa sajian makanan khas yang ada di warung-warung sepanjang pantai. Anda dapat menikmati pecel dan lontong, es kelapa hijau, jangan lupa pula peyek ubur-uburnya dan berbagai jenis peyek lainnya. 
  Baiklah, saya tidak akan panjang lebar menjelaskan tentang pantai suwuk, ya. Yang diatas juga hasil nyomot dari lapak sebelah, karena saya malas menuliskannya wuahah. Saya sih mencoba untuk menikmati suasana yang tersaji di pantai suwuk, meski sebenarnya lagi malas dengan pantai (karena pas liburan terakhir kemarin puas pergi ke pantai-pantai yang ada di Bali yang jumlahnya itu bikin stress kalo mau dikunjungi semuanya haha).

Berhubung kali ini adalah agenda jalan-jalan bareng keluarga besar Guru-guru Al Irsyad Purwokerto, jadinya saya kebanyakan kabur dari rombongan karena (ehm, elus dada), saya malas ditanyain dengan pertanyaan sacral itu haha “KAPAN NIKAH?” iya, biasanya dalam momen seperti ini yang BUJANGAN jadi bulan-bulanan yang udah berkeluarga, kan kasihan kalo lagi sensi ditanyaian dengan pertanyaan maut yang kadang menusuk ke hati, nimbus ke jantung dan memanaskan otak (ini mulai lebay) wuaha. Saya sih seringnya cuek dengan pertanyaan itu, kadang malah jadi bahan ketawaan, seolah tanpa beban. Tapi ya namanya manusiawi lah, ya, kadang juga kesel, kenapa musti nanyain itu mulu? Ah, abaikan. Mari lanjutkan ke cerita jalan-jalan hari ini #kalem
  Setelah berhasil melarikan diri dari rombongan, layaknya orang sedang liburan, saya leyeh-leyeh di bibir pantai, jeprat sana jepret sini, kemudian duduk di warung-warung kecil yang ada di pinggir pantai, memesan minuman pelepas dahaga sekaligus mengisi perut yang sudah mulai teriak meminta asupan gizi. Saya mencoba menikmati bukit-bukit yang ada di hadapan saya, menatap dengan cermat beberapa perahu yang sedang lalu lalang menghantarkan pengunjung yang ingin menyeberang ke Pantai Karangbolong, sedangkan saya enggan untuk ikut naik  perahu karena trauma pas di Bali kemarin. Jadi waktu di Bali saya bela-belain tuh bangun jam 3 pagi, dari Kuta langsung ke Lovina beach demi bertemu dengan lumba-lumba. Saya berhasil ketemu sih, tapi melalui proses yang super dag dig dug pas naik perahu menuju ke tengah lautan. Gemetaran pokoknya, padahal masih pagi dan saya sudah penuh keringat. Ah ini aib ariannnn, ngapain diceritain disini.
  Setelah puas menikmati pemandangan yang disajikan oleh Pantau Suwuk, saya kembali ke Bus dan kami pun melanjutkan perjalanan selanjutnya, yaitu ke Goa Jatijajar. Awalnya, saya kira bakalan masuk ke dalam GOA yang gelap gulita kayak waktu di Bandung, dimana saya harus membawa senter untuk bisa melihat di dalam kegelapan goa. Tapi ternyata perkiraan saya salah total. Saat sampai di pintu masuk Goa Jatijajar, saya masih harus menapaki jalanan yang dipenuhi sesak oleh pengunjung, kemudian harus menaiki anak tangga yang rada banyak. Ya cukuplah menambah keringat dan bau badan semakin sedap. Kasihan yang di samping kiri kanan saya, saya merasa bau badan saya sudah ehm keren hahaha.

Berdasarkan hasil nanya dengan Mbah Google, Goa Jatijajar adalah sebuah tempat wisata berupa goa alam yang terletak di desa Jatijajar , Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen . Goa ini terbentuk dari batu kapur, mempunyai panjang dari pintu masuk ke pintu keluar sepanjang 250 meter. Lebar rata-rata 15 meter dan tinggi rata-rata 12 meter. Sedangkan ketebalan langit-langit rata-rata 10 meter, dan ketingian dari permukaan laut 50 meter.

Konon, Goa ini ditemukan oleh seorang petani yang memiliki tanah di atas Goa tersebut yang Bernama "Jayamenawi". Pada suatu ketika Jayamenawi sedang mengambil rumput, kemudian jatuh kesebuah lobang, ternyata lobang itu adalah sebuah lobang ventilasi yang ada di langit-langit Goa. Lobang ini mempunyai garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24 meter. Pada mulanya pintu-pintu Goa masih tertutup oleh tanah. Maka setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang, ketemulah pintu Goa yang sekarang untuk masuk. Karena di muka pintu Goa ada 2 pohon jati yang besar tumbuh sejajar, maka goa tersebut diberi nama Goa Jatijajar. Ini sih baru menurut satu versi, konon masih ada cerita versi lain yang rada malas saya tuliskan disini. Kalian bisa langsung Tanya Mbah Google saja, ya. Jangan malas baca #dijitak.

            Goa ini keren menurut saya, ternyata di dalamnya sudah dibuatkan jalan khusus untuk dilewati pengunjung, dari pintu masuk sampai ke pintu keluar, dan lengkap dengan penerangan yang menambah keren suasana di dalam Goa. Jadi kamu nggak perlu bawa senter, apalagi lampu tembak untuk menikmati apa yang disajikan di dalamnya. Ada banyak patung-patung di dalam Goa, dan payahnya saya lupa untuk membaca satu demi satu informasi yang tertulis di patung-patung tersebut, karena banyaknya pengunjung yang masuk ke dalam Goa. Jadi kudu jalan terus, kalo berhenti sedikit, bisa dipastikan akan terjadi macet panjang di dalam Goa, halah, kirain di Jakarta doing yang macet, di dalam Goa juga bisa macet. Jadinya saya hanya bisa motret secara kilat dan sedikit tentunya. Aihh saya jadi kurang bisa narsis banyak di dalam Goa haha.

            Ada ulah saya yang akhirnya berhasil memecah kesunyian Goa (tolong jangan tertawa dulu). Kalian tahu lagu Sherina yang judulnya “Gregetan”? nggak tahu? Duhhh… kamu kemana aja? Entah dari mana saya dapat ide tiba-tiba bernyanyi dan mengubah lirik lagu tersebut menjadi “Keringetan jadi keringetan apa yang harus kulakukan” dan tawa pun membahana di dalam Goa, saya hanya bisa tersenyum dan sok sibuk motret haha. Baru sadar kalo ini di dalam Goa, jadi suara kita mantul, padahal saya nyanyinya pelan loh #alesan.

            Setelah puas, saya dan rombongan pun memutuskan untuk mengakhiri jalan-jalan hari ini. Hujan membungkus semesta, saat kami dalam perjalanan pulang menuju Purwokerto. Menjelang maghrib, saya sudah sampai kamar dan siap menghadap Allah SWT dalam shalat maghrib.
Selamat berlibur.


Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...