Skip to main content

Bali, The Island of Beauty 4


26 Desember 2013

Hutan Mangrove

Setelah tiga hari sebelumnya menjelajah Bali secara full day tour, hari ini saya menjelajah lebih santai, ditemani oleh Hadi, yang merupakan teman kuliah dulu (berasa tua banget saya). Dia yang menghantarkan saya ke Hutan Mangrove yang dibudidayakan oleh dinas setempat. Hutan Mangrove ini cukup menawan, sajian mangrove yang hijau bisa kita nikmati dengan berjalan di atas jalan panggung yang sengaja didesain bagi pengunjung hutan mangrove. Sajian alam yang indah, hembusan angin yang menyejukkan bisa saya nikmati dengan baik. Namun sangat disayangkan, sampah masih saja menjadi pengganggu indahnya hutan mangrove ini.

Untuk bisa masuk kesini, kita hanya membayar 5 ribu rupiah saja. Murah banget, kan? pemandangan elok bisa kita nikmati di sepanjang jalan yang ada di dalam hutan mangrove. setelah puas mengeksplorasi hutan mangrove, saya melanjutkan perjalanan ke Pantai Sanur yang tenang.

Pantai Sanur

Saya duduk di pinggir pantai, menikmati deru ombak yang bernyanyi riang di bawah terik matahari yang tidak terlalu panas. Saya mengambil posisi di bawah pohon-pohon yang ada di bibir pantai, santai. Saya memang tidak ingin terburu-buru dengan perjalanan hari ini, saya ingin bermalas-malasan di pantai ini hingga puas. Sambil membaca buku, sesekali saya melihat lalu lalang turis lokal maupun mancanegara yang sedang menikmati keindahan pantai yang cukup terkenal dengan keindahan sunrise-nya. Pantai inilah yang membuat sekian banyak orang rela bangun pagi, menuju sanur demi melihat keindahan matahari terbit. Tapi saya belum bisa menikmati keindahan itu.

Setelah cukup puas dengan keindahan pantai sanur, saya pulang ke rumah teman untuk mengambil pakaian dan kembali lagi ke penginapan. Setelah istirahat, tidur sejenak, saya langsung mengganti pakaian dengan pakaian santai, menuju Pantai Kuta yang terkenal dengan keindahan sunset-nya yang menakjubkan. Bahkan, konon Pantai Kuta memiliki sunset terindah.



Saya bermalas-malasan di bibir pantai, menjentikkan jari-jari di atas pasir, sambil menikmati hembusan angin yang sejuk. Matahari mulai perlahan kembali ke peraduannya, pengunjung semakin banyak yang berdatangan. Pantai ini adalah pantai sejuta umat yang menjadi salah satu pantai yang wajib dikunjungi jika berkesempatan ke Bali. Padahal, pantai kuta dipenuhi oleh tumpukan sampah yang tak pernah habis. Meski demikian, pengunjung tetap saja penuh. dan saya adalah salah satu pengunjung pantai ini di kala senja. Hampir setiap senja saya disini, dan tidak pernah bosan.

27-28 Desember 2013

Setelah empat hari sebelumnya sangat sibuk, saya ingin menghabiskan dua hari terakhir di Bali dengan bersantai ria di penginapan, mandi pantai, jalan-jalan di pusat perbelanjaan, nonton di Mall, berburu oleh-oleh, atau hanya sekadar berbagi cerita dengan teman-teman dari berbagai macam negara yang kebetulan menemani di hari-hari terakhir di Bali; ada Sa’id dari Dubai, Queen dari Francis, Joey dari Australia, dan beberapa orang lainnya.

Meski kami berasal dari negara yang berbeda, tapi kami semua tetap kompak. Mereka dengan setia mengajari saya bagaimana cara surfing, meski akhirnya saya harus menahan sakit karena dihantam oleh papan surfing yang berukuran lebih besar dari badan saya. Tapi tidak mengapa, saya menikmati detik demi deti masa liburan ini dengan bahagia.

Jika malam tiba, biasanya teman-teman pada sibuk dengan gemerlap dunia malam di Legian, sedangkan saya hanya di penginapan, kadang mandi di kolam renang, kadang mandi di pantai kuta meski dengan cahaya yang temaram. Saya bahagia melakukan itu semua.

Pada akhirnya, perjalanan demi perjalanan yang akhir-akhir ini semakin saya cintai, mengajarkan saya akan banyak hal. Travelling menjadikan saya seseorang yang lebih baik lagi; lebih aktif dalam berbicara, lebih percaya diri, lebih bisa hidup sederhana, lebih bisa mengatur diri sendiri dengan baik, lebih banyak teman, dan masih banyak lagi hal-hal baik yang saya dapatkan dari sebuah perjalanan. Kata Sa’id, jalan-jalan itu membuat kamu semakin tampan, dan kami pun terkekeh bersama-sama di senja yang semakin gelap.

Jika saya membandingkan saya yang sekarang dengan saya yang dulu, ada banyak sekali perbedaan. Sekarang saya dengan mudahnya pergi kemana saja meski saya belum mengenal siapa pun di tempat yang akan saya tuju. Saya lebih berani, saya lebih mengenal budaya suatu daerah, saya lebih banyak tahu tentang aneka ragam manusia yang menjadi penghuni alam raya ini. Perjalanan demi perjalanan mengajarkan saya akan kedewasaan diri. Saya lebih terbuka, saya lebih pandai dalam menilai sesuatu, dan saya semakin cinta pada-Nya, yang telah menciptakan alam raya nan indah ini.

Dua orang sahabat saya, Anssi dan Jonash akan segera kembali ke Finland. Saat sudah berada di Malaysia, Jonash Said “if I had more time here, I would come back to Indonesia again.” Selamat kembali sahabatku, semoga pertemuan demi pertemuan akan tetap ada, meski jarak yang cukup jauh di antara kita. Saya bahagia bisa mengenal kalian sejak beberapa bulan yang lalu.

Jika ada yang bertanya, mengapa kamu mau membuang-buang waktu hanya untuk sebuah perjalanan? Maka saya tidak akan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang panjang lebar.

“Mulailah perjalananmu, dan rasakan betapa banyak pelajaran hidup yang bisa engkau dapatkan dalam sebuah perjalanan.”

Jadi, mengapa tidak mencoba sendiri?
Mari berpetualang.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...