Skip to main content

Bali, The Island of Beauty 1


Mengapa judul tulisan ini sama dengan salah satu buku yang membahas tentang tempat-tempat menarik di Bali? Karena buku itulah yang sudah memberikan saya gambaran Pulau Dewata yang sejak sekian lama ingin saya kunjungi. Meski sebenarnya sudah pernah menginjakkan kaki ke Pulau yang tersohor ke seluruh dunia ini, namun tidak sempat mengeksplor Bali dengan sempurna.
            Sejak beberapa bulan yang lalu, saya memang sudah merencanakan dengan baik perjalanan kali ini. Tiket sudah saya pesan sejak tiga bulan sebelum keberangkatan, penginapan sudah siap sejak sebulan sebelumnya, dan begitu juga rencana perjalanan selama disana sudah jelas dalam rencana perjalanan saya. Dan akhirnya, saya pun berangkat seorang diri ke Bali, dengan menumpang pesawat air asia, terimakasih karena sudah memberi saya tiket promo J

21 Desember 2013
Perjalanan saya dimulai pada malam ini, pukul setengah dua belas malam saya berangkat naek kereta ke Jogjakarta, sampai di Jogja kurang lebih setengah tiga pagi. Saya sempat tidur di mushalla Adi Sucipto International Airport. Bandar Udara ini cukup kecil untuk ukuran sebuah Bandar Udara yang cukup sibuk dengan penerbangan domestik maupun internasional.

22 Desember 2013
Setelah tidur seenaknya di mushalla, saya pun ikut shalat subuh berjamaah dengan yang lainnya, kemudian melanjutkan persemedian (baca; tidur) saya di pojok mushalla yang sepi dan cukup membuat saya lelap dalam tidur. Saat bangun dari tidur, perut saya sudah keroncongan, saya pun langsung makan di KFC yang ada disono, cukup menguras dompet. Backpacker macam apa ini? makannya aja di tempat mahal. hikz.

Setelah menunggu, penerbangan saya pun tiba, dengan penuh semangat perjuangan, saya pun check in, dan langsung menunggu di ruang tunggu beberapa saat sebelum akhirnya pesawat kami siap untuk mengudara. Setelah dirasa semuanya siap, kami pun mengudara, dan seperti biasa, saya langsung tidur. Pas bangun, semua orang sudah siap-siap turun, saya sendiri yang masih molor. Kebiasaan buruk saya memang seperti ini, gampang banget tidur.

Saya langsung buru-buru turun dari pesawat, kemudian langsung menuju tempat pengambilan bagasi. fiuhhh, backpacker macam apa ini? Moso jalan-jalan bawa koper gede? haha. Saya baru sadar ternyata backpack saya yang besar sudah robek saat menjelang keberangkatan ke Jogja, jadilah alternatifnya membawa koper segede gajah ini ke Bali. Meski demikian, saya tetap membawa backpack kok #alesan.

Setelah menunggu sekian lama, sampai semua barang sudah diangkut oleh pemiliknya masing-masing, saya masih bengong sendirian, menatap ke depan dan tidak menemukan koper saya yang segede gajah itu. Fiuh,,, lari kemana itu koper?? Saya beringsut sedikit ke depan, kemudian melihat koper saya terjatuh di lantai bagian dalam, pantesan aja ditunggu bertahun-tahun nggak keluar juga tuh koper, dia malah tidur seenaknya aja di lantai. Saya langsung loncat, kemudian membawa koper itu penuh semangat sebel, hikz.

Seorang teman dari Grouf Backpacker Indonesia sudah menunggu saya di Ngurah Rai International Airport, dan kami pun langsung mencari taxi, kemudian menuju ke penginapan di Jl. Poppies Line 2, yang berdekatan dengan Pantai Kuta (Baca: Pantai sejuta Umat). Setelah check ini, kami langsung tewas di kamar, kemudian berjemur sebentar di Pantai Kuta, biar kulit saya lebih eksotis hehe.

Hujan semakin deras, dan kami pun kembali tidur di penginapan sampai maghrib. Berghhh ini mau jalan-jalan atau mau numpang tidur doang di Bali?

23 Desember 2013

1.      Pantai Lovina

Setelah puas tidur semalaman, pukul tiga pagi kami langsung cabut menuju Pantai Lovina, demi bertemu dengan lumba-lumba yang keren disono. Perjalanan dengan sepeda motor kurang lebih memakan waktu tiga jam perjalanan, lama banget, kan? Yah demi melihat lumba-lumba nggak apa-apa deh. Setelah nyasar hampir satu jam, kami pun sampai dan melihat suasana pantai yang sudah sepi, sepertinya sebagian pengunjung sudah pulang dan sudah puas melihat lumba-lumba di bagian tengah. Karena nyasar, kami jadi kesiangan, dan mungkin saja tidak bisa melihat lumba-lumba yang hanya menampakkan diri di pagi dan sore hari saja. Tapi, kami masih tetap nekad, menyewa satu perahu dengan membayar 120.000, demi melihat lumba-lumba ke tengah. Dan bahagia banget rasanya saat melihat lumba-lumba nan cantik di hadapan kami. Keren pokoknya, meski sejujurnya saya sempat mual-mual dan gemetar waktu perjalanan dari pinggir menuju ke tengah laut (ini rahasia, loh, jangan bilang siapa-siapa kalo saya mabuk laut). Tapi semua itu terbayar dengan keindahan lumba-lumba yang beramai-ramai di hadapan kami.

2.      Git Git Waterfall

Setelah puas melihat lumba-lumba, perjalanan pun dilanjutkan ke air terjun Git Git, dari pantai Lovina menuju ke air terjun ini tidak begitu jauh. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit, kami sampai di lokasi air terjun. Sayang banget waktu kesono, saya tidak membawa baju ganti. Padahal enak banget kalo mandi disini, seger. Next time kalo kesini lagi saya bakalan mandi deh. Pas di lokasi, nggak ada pengunjung selain kami berdua, berghhh, sepi dan menenangkan. Udaranya juga sejuk banget. Airnya juga nyessss dingin. Saya sempat terpeleset disini, dan membuat kaki saya sedikit terluka, tapi nggak apa-apa, kok.

3.      Bedugul

Setelah dari air terjun Gig Git, kami melanjutkan perjalanan menuju Bedugul, dan disinilah pemandangan hebat yang membuat saya terkagum-kagum; danau yang cantik, pura yang menawan, kemudian bukit-bukit yang hijau. Pokoknya seneng banget bisa kesini, pengen deh nyebur ke danau, tapi nggak bawa pakaian ganti dan nggak boleh juga ama yang jaga disana, hikz.

Kalian pernah lihat gambar yang ada di uang 50.000, ? nah itu berada di Bedugul. coba lihat deh. Saya sempat duduk di pinggir danau, kemudian menyentuh dinginnya air dengan kedua kaki, memainkan air dengan lembut. Semua terasa begitu menenangkan.

4.      Tanah Lot

Sebelum ke Tanah Lot, kami mampir sejenak ke Joger, berbelanja kaos joger yang super terkenal itu. Saya beli cuma satu, tapi ngantrinya super lama, wuahahha parah. Setelah ngantri dan bayar, kami melanjutkan perjalanan ke Tanah Lot yang terkenal dengan keindahan sunset-nya itu. Tapi sayang, hujan membasahi perjalanan kami menuju tempat ini. Kami sempat terdampar di warung makan, sebelum akhirnya memaksa diri demi melihat tanah lot, meskipun hujannya cukup deras.

Dengan memakai kain Bali, ikat kepada layaknya orang Bali, saya pun pergi ke Pura yang ada di Tanah Lot. Di Pura ini, ada sumber air yang dianggap suci oleh penduduk setempat, sedangkan saya cuma numpang foto doang.

“Kenapa nggak diminum, Mas?” tanya seorang penjaganya.

Saya cuma diam dan tersenyum. Bukan malah menjawab pertanyaannya, saya malah mengajak Bapak itu foto bersama haha.

Perjalanan hari pertama berakhir disini, setelah selesai melihat pemandangan yang ada di sekitar Tanah Lot, kami pun pulang ke penginapan dengan pakaian yang sudah basah. Meski demikian, perjalanan hari ini cukup keren. Tapi kasihan juga teman saya yang menjadi pengemudi di depan, karena saya tidak berani mengemudikan motor dengan kondisi jalan yang licin.

Setelah sampai di penginapan, langsung mandi, cari makan, kemudian langsung merencanakan perjalanan untuk keesokan harinya. Eh mencari makanan halal disini nggak susah kok. Nggak jauh dari penginapan kami ada Warung Makan Indonesia yang sudah ada sertifikat halal-nya. Selain itu ada banyak juga warung Jawa, meski memang letaknya di gang-gang sempit. Jadi nggak usah khawatir mencari makanan halal disini.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...