Skip to main content

Bersabar Dalam Penantian

 
Saya mengajar di sekolah yang sebagian besar guru-gurunya adalah mereka yang belum menikah. Kalian bisa bayangkan ada berapa banyak rekan kerja saya yang juga belum menikah. Ada salah satu program sekolah untuk meningkatkan pemahaman para guru dalam hal ketaatan kepada Allah Swt. Program itu adalah halaqah. Satu pekan sekali, kami dibagi dalam beberapa kelompok kecil; ada seorang musyrif (ketua kelompok), ada seorang mu’allim (pemateri) dan beberapa guru sebagai anggota.
            Beberapa semester sebelumnya, saya selalu digabungkan dengan kelompok guru-guru yang masih bujangan, dan itu sukses membuat kelompok saya itu sebagai kelompok paling sering galau karena sering dijadikan bahan candaan para mu’allim dan rekan lain yang sudah menikah. Kadang saya bercanda dengan teman-teman satu kelompok, “kayaknya kita memang sengaja dijadikan satu kelompok, biar galau berjamaah”. Candaan saya diikuti oleh derai tawa semua yang hadir.
            Ada salah satu mu’allim yang cukup terkenal dengan guyonannya yang selalu mengarah ke arah pernikahan. Saya tidak tahu apakah ini adalah titipan dari pihak lembaga agar kami segera menikah, atau memang inisiatif beliau agar kami segera mengakhiri masa lajang ini. Yang jelas, materi apapun yang beliau sampaikan, semua pasti lari ke pernikahan. Entah bagaimana ceritanya beliau bisa menyangkutpautkan berbagai macam materi ke tentang pernikahan.
            Contohnya, saat kami sedang membahas tentang shalat, beliau selalu bilang, “kalo sudah menikah itu bangun malam jadi nikmat. Bangun malam jadi lebih semangat, karena bisa shalat malam berjamaah bersama dengan istri. Merangkai doa-doa yang diaminkan oleh istri dan para malaikat. Bukankah indah bisa beribadah bersama dengan seseorang yang kita cinta?”
            Jika sudah begitu, kami hanya bisa tersenyum dan kadang diikuti oleh tawa dari yang lain. Beliau selalu menyampaikan materi yang kadang membuat saya bertanya, “apa tidak ada materi lain selain membahas pernikahan?” saya bisa pastikan dari seratus persen yang beliau sampaikan, hanya 40 atau 50% tentang materi utama, selebihnya lebih banyak membahas tentang pernikahan. Seru? Terkadang ia, terutama bagi mereka yang memang sudah ingin menikah, tapi belum bertemu jodoh.
            Awalnya saya menganggap semua itu omong kosong, karena saya merasa tidak banyak mendapatkan pengetahuan baru dari materi-materi yang disampaikan, hingga akhirnya di beberapa pertemuan terakhir halaqah kami, ada beberapa guru yang akhirnya memutuskan untuk segera menikah.
            Saya iseng bertanya akan motivasi terbesar mereka menikah. Dan ternyata, salah satu motivasi mereka menikah adalah dari Sang Guru yang selalu membahas tentang pernikahan saat proses halaqah sedang berlangsung. Bagaimana dengan saya? Apakah pada akhirnya saya termotivasi juga untuk segera menikah? Iya, meski pada awalnya saya merasakan jenuh yang luar biasa dengan materi yang itu-itu saja.
            Pada suatu kesempatan, mu’allim tidak bisa hadir untuk memberi materi di kelompok halaqah kami. Jadilah kami sekelompok pria lajang yang curhat satu sama lain. Oh iya, kalian jangan tanya siapa yang paling semangat curhat dari sekian guru yang ada, karena jawabannya pasti saya. Bakat iseng saya memang super, tapi kalau ditanya balik bisanya cuma senyum-senyum nggak jelas, kemudian menjawab singkat, “Insya Allah segera”.
            Kami berbargi cerita satu sama lain tentang alasan masing-masing, mengapa masih memilih untuk sendiri. Ada beberapa teman yang ternyata sudah sejak lama ingin menikah, umur mereka sudah hampir tiga puluh tahunan, bahkan ada yang sudah lebih dari tiga puluh tahun.
            “Sebenarnya saya sudah lama ingin menikah, tapi belum ada calonnya,” ujar salah seorang rekan guru.
            Suasana mendadak hening dengan pikiran masing-masing. Mungkin semua sedang berpikir bagaimana caranya teman yang satu ini bisa segera mendapatkan jodohnya. Eh, jangankan mencarikan dia pasangan hidup, kami saja masih belum punya (malah curhat).
 “Antum sendiri kenapa belum menikah, Ustad?” saya cuma bisa senyum-senyum sendiri saat pertanyaan itu ditanya balik.
Saya suka membantu teman-teman yang ingin segera menikah, saya berusaha untuk mencarikan mereka pasangan. Tapi sampai hari ini masih belum pernah ada yang berhasil saya jodohkan, karena memang semua itu adalah rahasia Allah Swt. Saya hanya sekedar berusaha. Saya pernah beberapa kali memperkenalkan teman saya dengan akhwat yang juga ingin segera menikah, tapi semuanya gagal dengan alasan masing-masing.
Bagaimana dengan saya? Mengapa saya tidak berusaha mencari jodoh untuk diri sendiri, malah sibuk mencarikan jodoh untuk orang lain? Tenang, tidak usah khawatir. Sekarang saya juga sedang berproses ke arah sana.
Ada satu hal yang selalu menjadi kekhawatiran teman-teman yang usianya sudah lebih berumur dari saya. Kekhawatiran mereka kadang membuat hidup menjadi tidak nyaman; resah, gelisah. Ditambah lagi dengan pandangan masyarakat kita yang kadang membuat mereka semakin gelisah akan jodoh yang tak kunjung datang.
Saya selalu berpesan kepada sahabat saya, agar mereka tidak menjadikan itu beban pikiran yang membuat keadaan menjadi tidak nyaman. Jalani semuanya sebaik mungkin, berusaha, kemudian diiringi doa kepada Dia yang Mahacinta. Percayalah, bahwa jodoh itu sudah Allah gariskan dalam perjalanan hidup kita.
Biasanya, masalah usia adalah bagian kekhawatiran terbesar dari para perempuan. Ada banyak perempuan yang khawatir dan gelisah karena usianya sudah lebih dari 30 tahun, atau bahkan sudah memasuki umur kepala empat dan masih belum menemukan pasangan hidupnya. Bahkan ada yang sampai putus asa karena merasa terlambat mendapatkan jodohnya.
Saudariku, tidak ada kata terlambat untuk menikah, berapapun usiamu. Ada banyak orang yang menikah di atas umur 30, bahkan di atas umur 40 tahun. Tidak perlu gelisah dan resah karena jodoh tak kunjung datang. Gelisah dan resah tidak akan merubah semuanya, bukan? Jadi untuk apa gelisah. Jalani kehidupan sebaik mungkin, seringlah mengadu kepada Allah Swt. dalam shalat malammu. Sampaikan keinginanmu untuk segera menikah. Bersabarlah, karena kesabaran akan mengajarkanmu tentang indahnya hidup. Gelisahmu tidak akan menyelesaikan permasalahan, saudariku.
            “Siapa yang membiasakan bersabar maka Allah memberikan kesabaran kepadanya. Dan tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas melebihi kesabaran” (Muttafaq ‘alaih)
            Percayalah, Allah Swt. sedang mempersiapkan seseorang yang akan menjadi pendampingmu, teruslah memperbaiki diri, jangan hanyut dalam kegelisahan dan resahmu. Buang semua itu jauh-jauh dari benakmu, yakinkan dalam diri bahwa Allah Swt. Tidak akan pernah mengingkari janji-Nya, bahwa setiap orang akan mendapatkan pasangannya (jodohnya).

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...