“Tidak ada teladan sebaik Rasulullah Saw. Barang siapa yang
meneladani Rasulullah, maka dia akan menjadi teladan bagi orang-orang yang ada
di sekelilingnya.”
Apakah kalian
mengidolakan seseorang? Penyanyi? Aktor? Pemain bola? Atau mungkin yang lain.
Coba perhatikan anak-anak zaman sekarang, lihatlah bagaimana mereka mengartikan
“idola”, lihatlah bagaimana mereka melakukan banyak hal demi sang idola.
Percaya atau tidak, ada orang yang menangis histeris saat melihat idolanya
berada di hadapannya. Ada yang rela berdesak-desakan demi bersalaman dengan
sang idola. Ada yang rela datang ke pertujukan sang idola, meski jarak yang
ditempuh cukup jauh. Itulah yang terjadi pada anak-anak zaman sekarang.
Coba perhatikan di stasiun televisi,
di acara musik, ada banyak anak-anak remaja yang menangis, berteriak histeris
saat bertemu dengan idolanya. Ada juga yang bergaya layaknya sang idola, mulai
dari gaya rambut, gaya berpakaian, dan lain sebagainya.
Seingat
saya, seumuran mereka, saya tidak pernah melakukan hal seperti itu. Kalau pun
ada penyanyi yang saya sukai, atau aktor yang saya kagumi aktingnya, atau
cendekiawan muslim yang saya kagumi keluasan ilmunya dan lain sebagainya, saya
tidak pernah bertindak seperti itu. Bagi saya, bisa menikmati karya mereka
sudah cukup. Saya tidak merasa wajib untuk datang pada setiap pertunjukan
mereka, saya tidak merasa rugi tidak datang pada launching album mereka dan
lain-lain. Saya tidak pernah memaksakan diri untuk melakukan itu semua. Dan sebenarnya
saya tidak pernah mengidolakan siapapun.
Kecintaan anak-anak remaja zaman
sekarang dengan sang idola, kadang melebihi batas kewajaran. Bahkan mereka
sampai hafal semua hal yang berkaitan dengan idola.
Murid-murid saya di sekolah,
kebanyakan memang fans berat sepak bola, entah itu Manchester United, Milan,
dan lain sebagainya. Saya tidak terlalu paham tentang dunia bola. Saya sama sekali
tidak melarang anak-anak untuk menyukai grouf yang mereka idamkan. Sama sekali
tidak melarang. Namun saya sering melihat banyak hal yang berlebihan yang
mereka lakukan. Sehingga keseharian hanya berbicara tentang bola, bola, bola
dan bola. Pagi hari, saat bertemu di sekolah, topik pembicaraan adalah tentang
pertandingan sepak bola, siang hari juga demikian, dan terus seperti itu.
Saya memang tidak pernah merasakan
gila bola, yang rela bangun malam demi melihat pertandingan tim kesukaan. Saya
sama sekali tidak pernah merasakan itu, karena saya tidak menyukai bola. Dan
jangan sampai saya menjadi orang yang rela melakukan kegilaan-kegilaan itu.
Yang ingin saya tekankan disini
adalah, jangan sampai kecintaan kita kepada sang idola mengalahkan kecintaan
kita kepada Allah Swt selaku Tuhan semesta alam ini. Jangan sampai hanya
gara-gara bola, kita rela bangun di tengah malam dan saat subuh menjelang kita
terlelap tidur karena mengantuk. Jangan sampai kita bangun malam hanya sekedar
untuk menyaksikan pertandingan tim yang diagungkan, sementara kita tidak pernah
bangun malam, membasahi anggota badan kita dengan air wudhu, dan menghadap
Allah Swt, bermunajat kepada-Nya. Jangan sampai kita hanya menjadi budak dari
kecintaan kita pada sesuatu.
Cinta kepada Allah harus menjadi
nomor satu. Jika kita rela berjuang, rela berdesak-desakan demi bertemu dengan
idola, demi menyaksikan pertandingan tim kesukaan, dan lain-lain, coba tanyakan
pada diri, pernahkah kita merasakan kecintaan yang sama saat ingin menghadap
Allah? Atau bahkan ada yang rela meninggalkan shalat demi menyaksikan
pertandingan tim yang disukai? Naudzubillah.
Coba tanyakan lagi, pernahkah kita
menyengaja datang ke masjid, meski adzan belum berkumandang, berdzikir terlebih
dahulu sambil menunggu masuknya waktu shalat? Pernahkah kita merasakan
kekhawatiran yang sama saat kita tidak bisa melaksanakan shalat berjemaah di
masjid, layaknya khawatir kehabisan tiket karena tidak bisa menyaksikan
pertandingan bola? Pernahkah? Coba Tanya lagi. Mungkin cinta kepada makhluk
melebihi kecintaan kita kepada Allah.
Miris melihat banyak anak-anak
remaja yang mengenakan jilbab, kemudian rela memeluk idolanya, bahkan ada yang
sampai mencium sang idola. Lantas dimana letak ajaran yang terkandung dalam
sehelai kain yang menutupi kepala itu? Benarkan idola mampu meruntuhkan
keimanan? Lantas apa arti hijab yang kalian kenakan?
Anak-anakku, ada banyak hal lebih
penting yang bisa kalian lakukan selain menjadi gila karena idola, karena tim
bola kesukaan kalian, karena aktor yang kalian puja dan lain-lain. Jika memang
kalian menyukai semua itu, jangan sampai menjadikan kecintaan kepada makhluk
mengalahkan kecintaan kita kepada Allah Swt yang telah memberikan kita anugerah
dalam tiap embusan nafas kita. Jangan sampai kalian lupa, ada ayah dan ibu yang
di dekat kalian, yang seharusnya kalian cintai sepenuh hati, bukan malah
mengabaikan mereka karena kecintaan kalian pada sang idola.
Di dalam Alquran, Allah sudah
menjelaskan bahwa Rasulullah Saw adalah teladan yang seharusnya kita jadikan
teladan dalam kehidupan kita. Rasulullah seharusnya menjadi orang yang kita
cinta karena keluhuran budi pekertinya. Allah menjelaskan sendiri bahwa
Rasulullah adalah makhluk ciptaan-Nya yang paling baik akhlaknya. Sudahkah kita
mencintai Rasulullah? Atau bahkan kita sama sekali tidak menjadikan Rasulullah
teladan dalam hidup kita sehari? Naudzubillah.
“Sungguh telah
ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang
berharap kepada Allah, hari akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Cinta kepada makhluk tidaklah abadi, cinta kepada Allah lah yang abadi. Kecintaan kita kepada Allah akan membuatmu merasakan ketenangan di dalam hati. Hakikatnya cinta mampu membuat kita semakin dekat dengan-Nya, bukan malah menjauh dari-Nya.
bismillah
ReplyDeletememang miris ketika permasalahan remaja sekarang, coba us diajak diskusi saja. saya juga pernah merasakan tentang hal demikian. teman2 kecil saya sangat senang bahkan mengidolakan "SJ". sampai2 setiap kali mereka bermain, berjalan dan disetiap aktivitasnya. lalu kami berdiskusi sekelas, membahas apa manfaat dari setiap perkataan yang mereka ucapkan. subhanallah diskusinya berlangsung aktiv dan mereka menemukan jawaban dari perkataan mereka sendiri. lalu mereka membaca buku2 tentang shiroh Nabi, sehari di rumah Rosulullah sampai saat ini alhamdulillah menu santapan pagi mereka adalah membaca shiroh Nabi. alhamdulillah seiring dengan ikhtiar dan do'a semoga mereka menjadi generasi yang sholih nan sholihah kini disetiap aktivitasnya ucapan yang mereka keluarkan adalah hafalan mereka, dan topik yang mereka diskusikan adalah "kamu udah hafal surat ini...? atau aku udah hafal surat ini loh...
semua memang butuh pengorbanan dan suri tauladan yang baik. komunikasikan pula tentang perkembangan anak kepada orangtuanya, bagaimanapun juga pendidikan dan pengasuhan anak harus sinergi antara disekolah dan dirumah.
selamat mencoba untuk berkarya.
Terimakasih karena sudah berbagi. Insya Allah saya akan selalu berusaha untuk mengajak mereka berbincang dari hati ke hati :) semoga mereka tumbuh menjadi anak2 yg shaleh dan shaleha. Amin :)
DeleteHi there colleagues, its great article regarding educationand
ReplyDeletefully explained, keep it up all the time.
Here is my webpage; buy phen375
Hi! Do you know if they make any plugins to assist with SEO?
ReplyDeleteI'm trying to get my blog to rank for some targeted keywords but I'm not seeing very good
results. If you know of any please share. Appreciate
it!
My weblog :: theuniversethewars.com
Allahu Akbar...
ReplyDeletebegitulah penyembahan idola (berhala) modern...
kini kita berada pada zaman jahiliyyah modern...
masjid berdiri megah, ketika adzan yang sholat hanya 1 shaf kurang...
Allahu Akbar...layakkah kami menjadi ummat-mu ya Rasulullah ? :'(