31 Desember 2012
Selamat
pagi semua, hari ini konon katanya adalah tanggal 1 Januari 2013 (semalam saya
sudah molor dan katanya lagi tadi malam meriah banget perayaan tahun barunya,
erghhh ngabisin duit aja, deh hehe). Baiklah, di tahun 2012 yang lalu, banyak
yang sudah saya lakukan, terutama banyak cerita-cerita yang sudah terangkai
indah dalam hari-hari saya, banyak kenangan indah antara saya dan murid-murid
dan lain sebagainya. Saya bersyukur atas segala karunia yang sudah Allah
berikan pada saya.
Berbicara
tentang tahun lalu, saya tidak ingin membahasnya terlalu panjang (coz pagi ini
saya masih ngantuk #tarikaselimut lol) baiklah, jadi ceritanya kemarin saya itu
jalan-jalan ke dataran tertinggi di Jateng, yupzzz betul sekali, saya pergi
menikmati keindahan Dieng yang dingin itu.
Saya
pergi ke Dieng bersama dengan keluarganya M. Nur Faizi, yang merupakan salah
satu murid saya. Perjalanan dari rumah start pukul 9 pagi. Perjalanan menuju
Dieng dari Banjarnegara kurang lebih 2,5 jam. Kami melewati jalan yang
berbukit, berkelok-kelok dan sukses membuat saya pusing dan mual kayak orang
hamil (halahh kayak gue pernah hamil aja).
Setelah
menempuh perjalanan yang cukup panjang itu, akhirnya kami sampai juga di Dieng
dan sekitarnya. Sebelum menuju ke Dieng utama, kami mampir dulu ke Sumur
Jalatunda. Di sumur Jalatunda, banyak orang yang melempar kerikil ke arah
sumur, yang konon lagi katanya kalo berhasil melempar batu melewati sumur,
semua yang kita inginkan akan terwujud (berghhhh ini mitos nggak banget deh hehe)
Di dekat sumur Jalatunda
Setelah
narsis ria di kawasan Jalatunda, kami melanjutkan perjalanan ke Kawah yang
tidak terlalu jauh dari sumur Jalatunda. Beberapa meter sebelum sampai kawah,
saya sudah muntah-muntah. Akan tetapi saya nekad untuk foto di dekat kawah
meski dengan tahan nafas haha. Asli, itu kawah bahunya kebangetan.
Nah
setelah dari kawah ini, kami akhirnya melanjutkan perjalanan ke kawasan
candi-candi yang ada di Dieng. Hujan mengiringi kebersamaan kami, mengiringi
perjalanan kami. Setelah sampai dikawasan candi, kami menikmati gorengan yang
dinginnya kayak habis di masukin dalam kulkas haha, nggak ada enak-enaknya tuh
gorengan kalo dingin. Eh meski gorengannya dingin gitu, saya masih tetap bisa
menghabiskan enam potong gorengan, kok. Lol
Setelah
hujan reda, akhirnya saya bisa bertemu dengan Sang Arjuna alias candi haha,
sepanjang perjalanan menuju Dieng, yang kami omongin adalah tentang Candi
Arjuna terus dan tentang pertapa sejati yang ada di dataran tinggi Dieng.
Sebelum bertemu sang Arjuna, kami terlebih dahulu masuk ke dalam Museum Dieng
Kailasa. Kami menemukan candi-candi khas Dieng, peralatan-peralatan tani,
poster tentang anak-anak berambut gimbal, nonton sejarah Dieng dan lain
sebagainya.
Rutinitas
kalo pas jalan-jalan ya seperti biasa, makan, foto-foto di kawasan Dieng, celingak-celinguk
kesana kemari, pokoknya hampir tiap menit pengennya di foto dan motret haha,
jadi banci foto. Lah, jarang-jarang loh saya bisa berkunjung ke Dieng. Kalo
nggak bareng wali murid, saya mungkin nggak bakalan ke Dieng. Soalnya medannya
yang super itu, kemudian akses menuju sana yang juga jauh dari Purwokerto.
Kawah Sikidang
Setelah
puas menikmati keindahan Dieng, kami mengakhiri perjalanan kali ini dengan
mencari tempat Mbah Fanani yang merupakan pertapa sejati di dataran tinggi
Dieng. Konon katanya Mbah Fanani ini sudah bertapa lebih dari 20 tahun lamanya,
gilaaa, itu lama banget. Saya sangat penasaran dengan sosok yang bernama Mbah
Fanani ini
Di Depan tempat bertapa Mbah Fanani
Setelah
mencari-cari, akhirnya kami bisa menemukan tempat pertapaan Mbah yang super
mistis ini. Ini nih penampakan saya saat di depan tempat bertapanya si Mbah.
Kirain berupa gua gitu, ternyata Cuma terpal yang disangga dengan dua buah drum
yang menjadi tempatnya berlindung dari panas dan teriknya matahari.
Saking
penasarannya lagi, kami akhirnya membuka kain yang menutupi terpal tempat Mbah
Fanani bertapa dan baunya itu superrrr banget. Tapi saya tetap nekad motret si
Mbah hehe.
Berdasarkan
info yang saya dapat, Mbah Fanani meyakini bahwa kawasan Wonosobo suatu saat
nanti akan digenangi air, dan saat hal itu terjadi, barulah ia akan pulang ke
rumahnya dengan sebuah perahu. Ahh saya nggak terlalu paham tentangnya. Saya
nggak sempat juga nanya-nanya tentang si Mbah pada warga yang ada di sekitar.
Ahhh
semakin nggak jelas ni cerita saya, yang penting intinya saya sangat menikmati
perjalanan saya bersama dengan Fai, Bapaknya Fai, dan Ari yang merupakan
kakaknya Fai. Terimakasih atas kebaikan kalian yang sudah bersedia mengajak
saya menikmati segala keindahan Dieng.
Nantikan
cerita jalan-jalan saya selanjutnya.
Minta No. HP Si Mbah Fanani gx gan???
ReplyDeletehaha nggak, gan :)
DeleteMbah Fanani ini menurut berita di Suara Merdeka berasal dari Cirebon. Wah, jadi pengin wawancara nih sama Mbah Fanani?
ReplyDeletepengen sih, masalahnya Mbah Fanani nggak pernah ngomong :))
Deletedengan bahasa hati... he2
DeleteAda kabar lebih lanjut tentang mbah Fanani nggak mas? Dia masih jumeneng atau tidak? Coz saya dan teman-teman ada rencana untuk menyambanginya kesana minggu depan.
ReplyDeleteSaya izin share foto mbah Fanani untuk di tampilkan di fb saya ya mas...
nggak ada kabar. silahkan di share :)
Deletesalam buat mbah
Deletemas mbah fanani bener g salam wat dia
ReplyDeletehaha gue nggak tahu kapan gue bisa ketemu Mbah Fanani lagi :p
Deletetolong jangan mempuplikasikan tentang mbah fanani karna sya takut jika ada apa2 jika mbah marah karna beliau mbah fanani bukan sembarang orang biasa dan merupakan ahli tasawuf dan wali ALLAH yg berasal dri cirebon yg msih keturunan sunan gunung jati.
ReplyDeleteBisa memberikan lebih jelas lagi nggak, bagaiman anda tahu bahwa dia adalah wali allah? soalnya seingat saya, yang tahu seseorang itu wali hanyalah seseorang yang wali, anda wali? :p
Deletesilakan tanya saya.. karena saya wali murid
Deleteok :D
DeleteDimohon Pemilik akun ini (mas Arian Sahidi) untuk menghapus foto Mbah Fanani. Karna Su'Ul Adzab. ini Pesan dari guru thoriqoh. Matur Nuwon
DeleteDimohon Pemilik akun ini (mas Arian Sahidi) untuk menghapus foto Mbah Fanani. Karna Su'Ul Adzab. ini Pesan dari guru thoriqoh. Matur Nuwon
DeleteDimohon Pemilik akun ini (mas Arian Sahidi) untuk menghapus foto Mbah Fanani. Karna Su'Ul Adzab. ini Pesan dari guru thoriqoh. Matur Nuwon
ReplyDeleteDimohon Pemilik akun ini (mas Arian Sahidi) untuk menghapus foto Mbah Fanani. Karna Su'Ul Adzab. ini Pesan dari guru thoriqoh. Matur Nuwon
ReplyDeleteKemarin hari Minggu 24 Nov 2013 baru saja ke Dieng dan sempat mampir ke tempat mbah Fanani ini.. Beliau masih ada.. masih di tempat yang sama..
ReplyDeleteKalau mau lihat fotonya ada di http://kasdamsutori.blogspot.com.au/2012/11/misteri-dieng.html
sebab saya ga pakai foto2 cuma mau lihat saja..
haha saya punya fotonya. tapi nggak saya share lagi, karena banyak yg protes :)
DeleteLho kok yang dikomentari paling banyak mbah Fanani-nya ya... walah... aku gak ikut ah, aku lebih baik komentari Dieng yang emang asli cakep banget viewnya. Suatu ketika pengen kesini dan nginep disini, Dieng pagi hari itu sesuatu banget dan mengenal Dieng lebih lebih lagi... one day
ReplyDeleteayo, let me know if you wanna go there :)
DeleteDalemnya Mbah Buyut Brawijaya V, beliau menunggu kedatangan Satrio Panandito Sinisihan Wahyu
ReplyDeletei think is it article very good news and i happy and ctrl=D
ReplyDelete