24
Desember 2012
Pagi ini saya pergi ke sekolah, setelah seminggu
kemarin saya liburan ke Jogja dan Jakarta. Saat masuk gerbang sekolah, saya
kaget melihat berbagai macam banner
yang bertuliskan kata-kata motivasi berbahasa Inggris. Di bawah kalimat yang
berbahasa Inggris tersebut tertulis artinya dengan bahasa Indonesia dengan
ukuran lebih kecil. Entah kenapa, kok saya tidak rela melihat bahasa Indonesia
berada di bawah kalimat berbahasa Inggris tersebut. Kesannya bahasa Indonesia
menjadi nomor dua, sedangkan bahasa Inggris berada di posisi teratas. Kenapa
tidak dibalik saja? Bahasa Indonesia di atas, baru kemudian bahasa Inggris di
bagian bawah. Dengan demikian, menurut saya lebih adil.
“Bahasa Indonesia-ku, apa kabarmu?”
“Pernah nggak sih kita berpikir bahwa sebenarnya
bahasa Indonesia sudah mulai tergeser keberadaannya oleh bahasa internasional
yang bernama bahasa Inggris?”
Kalo saya
pernah dan bahkan merasa khawatir dengan keadaan bahasa pemersatu bangsa ini,
ahh lo lebay deh, mungkin ada yang berkata gitu, tapi coba lihat deh lebih
lanjut. Coba kalian pergi ke Mall, berasa kayak bukan di Indonesia, semua
nama-nama toko, nama-nama jenis makanan yang dijual, dan lain-lain, hampir
semuanya menggunakan bahasa Inggris, terus dimana letak bahasa Indonesia? Masa
bahasa Indonesia kalah keren dengan bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing.
“Emangnya nggak keren, ya, kalo nggak pake bahasa
Inggris?”
Justru menurut saya itu keren, lagi. Karena kita
merasa bangga dengan bahasa Indonesia, bahasa nasional kita. Tapi kenyataannya,
bahasa Indonesia sedikit demi sedikit mulai kendur eksistensinya. Percaya atau
tidak, lama kelamaan bahasa Indonesia akan hilang. Mungkin akan ada yang bilang
kalo saya terlalu berlebihan menanggapinya, tapi, tidak menutup kemungkinan
juga, kan, bahasa Indonesia tidak lagi menjadi bahasa nomor satu di negeri kita
ini? Coba renungkan lagi.
Saudaraku setanah air, bukan berarti saya
melarang kalian menggunakan bahasa asing, silahkan, tapi jangan lupakan bahasa
kita, yaitu bahasa Indonesia. Negara kita merupakan Negara yang kaya akan
bahasa, hampir setiap daerah memiliki bahasa tersendiri, bahasa Bengkulu dengan
bahasa serawai-nya, pulau Jawa dengan bahasa jawa-nya, Medan dengan bahasa
Medan-nya, dan lain-lain. Bukankah kita kaya akan bahasa? Akan tetapi yang
menjadi kekhawatiran saat ini adalah, tidak sedikit generasi penerus tidak
mengerti bahasa daerahnya sendiri.
Saya ambil satu contoh “Bahasa Jawa”, saya
mengajar di Purwokerto, dimana seharusnya generasi muda bisa berbahasa Jawa,
karena mereka terlahir di Jawa, tinggal di jawa dan penerus kebudayaan daerah
Purwokerto. Saya mulai khawatir bahwa sepuluh tahun yang akan datang, bahasa
Jawa di Purwokerto akan menjadi bahasa asing, karena generasi muda banyak yang
tidak mengerti akan bahasa Jawa.
Saya ambil satu bukti, di sekolah tempat saya
mengajar, bahasa Jawa menjadi pelajaran yang menakutkan. Mengapa saya bilang
menakutkan? Anak-anak lebih memilih mengerjakan soal-soal berbahasa Inggris
dibandingkan dengan soal-soal ujian bahasa Jawa. Bahkan bahasa Jawa memiliki
nilai yang sangat rendah dibandingkan dengan nilai bahasa Inggris.
Masih ada yang tidak percaya dengan apa yang saya
tulis? Saya berikan satu bukti nyata lain, saya merupakan wali kelas, dari
semua nilai yang masuk, nilai bahasa Jawa memiliki poin yang sangat rendah.
Bisa dilihat dari nilai bahasa Jawa anak-anak, mulai dari yang paling pintar
sekalipun, nilai bahasa Jawa-nya tidak ada yang memuaskan. Ini menunjukkan
bahwa generasi penerus sudah mulai melupakan bahasa Jawa yang seharusnya
menjadi bahasa yang dibanggakan. Jika terus seperti ini, tidak menutup
kemungkinan, kan, bahasa Jawa akan hilang dari bumi pertiwi kita Indonesia?
Itu satu contoh dari segi bahasa Jawa. Tapi kembali lagi ke judul di atas,
"Bahasa Indonesiaku, apa kabarmu?"
Kalo seandainya bahasa Indonesia bisa berkomentar, mungkin dia juga akan berkomentar bahwa dia sudah tidak lagi menjadi utama di negerinya sendiri. Bahasa Indonesia sudah mulai digeser oleh bahasa asing. Kalo bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan bahasa Indonesia? Renungkanlah.
Itu satu contoh dari segi bahasa Jawa. Tapi kembali lagi ke judul di atas,
"Bahasa Indonesiaku, apa kabarmu?"
Kalo seandainya bahasa Indonesia bisa berkomentar, mungkin dia juga akan berkomentar bahwa dia sudah tidak lagi menjadi utama di negerinya sendiri. Bahasa Indonesia sudah mulai digeser oleh bahasa asing. Kalo bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan bahasa Indonesia? Renungkanlah.
Ehm, saya hanya bisa koar-koar di lapak ini,
berharap akan ada yang membaca tulisan saya ini, kemudian bersama-sama
melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nomor wahid di negeri ini. Yuk
berbicara bahasa Indonesia, yuk cintai bahasa Indonesia, yuk cintai tanah air
kita ini meski apa pun yang terjadi. Dengan segala yang terjadi di negeri kita
ini, kecintaan pada tanah air harus tetap ada. Aku Cinta Indonesia.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan