“Tidak
ada manusia yang sempurna, kesempurnaan itu hanya milik Allah.”
Mungkin
itu kata yang tepat untuk saya ungkapkan di depan mereka. Iya, tidak ada
manusia yang sempurna dan bukan berarti dengan ketidak sempurnaan itu seseorang
lantas tidak bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, kan? Pun
dengan saya. Bukan berarti karena saya seorang “Guru”, lantas apa yang saya
lakukan adalah “benar”. Mungkin pernah ada murid yang tersakiti dengan ucapan
saya, tingkah laku saya, dan lain sebagainya.
Saya sengaja
menyebarkan angket kepada murid-murid tentang “Kesalahan” apa yang pernah saya
lakukan pada mereka?, “Kritik dan Saran” yang mungkin selama ini mereka tidak
berani untuk mengungkapkan, maka kali ini saya beri mereka kesempatan untuk
mengungkapkannya dalam selembar kertas. Selembar kertas yang mana isinya nanti
akan jadi perbaikan diri, agar saya bisa menjadi Guru yang baik bagi mereka, bisa
menjadi teladan yang baik.
Karena
“Guru yang baik adalah guru yang bisa menjadi teman yang baik bagi murid-muridnya,
dan bisa menjadi teladan yang baik.” Dan saya ingin menjadi Guru yang baik. Saya
sangat bersyukur, mereka akhirnya mau menuliskan unek-unek mereka selama ini
yang kadang saya sendiri tidak menyadari semua itu. Kadang ada hal yang mungkin
menurut saya benar, akan tetapi menurut murid itu tidak baik untuk mereka, atau
mungkin mereka tidak menyukai hal itu.
Saya
rasa, semua guru pun harus melakukan hal yang sama. Dalam artian memberikan
kesempatan pada murid untuk memberikan “Kritik dan Saran” kepada Guru. Dengan
demikian, kita bisa lebih mengerti “Apa sebenarnya yang diinginkan oleh murid
agar proses belajar mengajar jadi lebih baik?” dengan baiknya proses belajar
mengajar, maka tentu akan memberikan pengaruh yang baik bagi keberhasilan siswa.
Setelah
saya bagikan angket, akhirnya saya banyak tahu tentang keluh kesah mereka
selama ini yang mana saya tidak pernah menyadari itu. Kadang saya menganggap
semuanya “Baik-baik saja”, namun ternyata ada sesuatu yang mengganjal pada diri
murid. Dan sekarang saya baru menyadari itu.
Ketika saya
bertanya tentang “Kesan” mereka saat pertama kali bertemu dengan saya, mereka
banyak yang menjawab “Saya kurang bisa berbicara bahasa Indonesia.” hehe
Atau
saya sempat nyengir ketika ada murid yang menulis di bagian terakhir kertasnya
“Ojo suwe-suwe nunggu mbojo,” “Angger wis gede, ustadz aja
jomblo bae,” hadeuhh saya butuh penerjemah dan setelah tahu artinya, saya
pun paham bahwa mereka begitu perhatian dengan saya J
Insyaallah,
niat baik saya untuk berbakti, mendidik putra-putri bangsa ini bisa lebih “Ikhlas”,
sehingga apa yang saya ajarkan pada mereka bisa dimengerti dengan baik. Karena,
kadang murid tidak bisa memahami apa yang kita ajarkan karena tidak adanya
keihklasan Guru saat mengajar. Atau adanya kesalahan kita yang membuat mereka
enggan untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Jadi, beri mereka
kesempatan untuk memberikan “Kritik dan saran” yang membangun, guna menjadikan
kita lebih baik. Mari terus benahi diri, agar kita bisa menjadi teladan yang
baik bagi mereka. Sehingga dengan pancaran kebaikan itu, nantinya akan mengetuk
hati murid-murid kita untuk terus menjadi lebih baik.
=))
ReplyDeleteini kenapa senyum? haha
Delete