Ummu Qais binti Mihsan berkata,
“Suatu hari aku datang menemui Rasulullah saw dengan membawa seorang bayi yang belum makan kecuali air susu Ibunya. Beliau menggendong bayi itu, dan bayi itu kencing di tubuh Beliau. Maka aku pun merenggut bayi itu dari Beliau. Ternyata Beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Kencing ini dapat hilang hanya dengan mengguyurkan air padanya. Tetapi betapa sulitnya menghilangkan renggutanmu yang kasar itu dari benaknya!” Beliau lalu meminta diambilkan air dan memercikkannya ke tubuh Beliau yang terkena air kencing.” ( HR Al Bukhari [516] dan Muslim [346] )
Beberapa murid saya sering cerita tentang perilaku orang tua yang mudah sekali mengeluarkan kata-kata kasar ketika anak-anak mereka melakukan sesuatu yang kurang berkenan di hati mereka. Bahkan ada yang dengan mudahnya bermain tangan dalam menasihati mereka. Ada juga yang ketika dia minta izin untuk pergi bermain bersama teman-temannya di hari Minggu, kemudian tidak diperbolehkan oleh orang tuanya tanpa alasan yang jelas. Ketika dia menanyakan kepada orang tuanya mengapa tidak boleh bermain?, bukan jawaban yang dia dapat, akan tetapi sandal jepit mendarat dengan sukses di pipinya. Tidak jarang juga anak pergi dari rumah karena tidak bisa mendapatkan rasa aman. Dia merasa apa yang ia lakukan serba salah dimata kedua orang tuanya.
Cerita di atas hanya sebagian kecil dari perilaku orang tua terhadap anaknya. Saya ingat bagaimana Emak saya dulu ketika dia sedang marah. Ketika dia sedang marah, bukan cacian yang keluar dari mulutnya, akan tetapi do’a-do’a “Semoga engkau jadi anak yang berguna, Nak” ini salah satu contoh dari ucapannya ketika sedang marah. Emak saya meyakini bahwa ucapan adalah do’a, ketika kita memaki anak-anak kita dengan kata-kata yang kasar, kata-kata itu akan membekas di hati mereka, dan secara tidak langsung kita sudah mendoakan mereka menjadi seperti itu. Lantas bagaimana kalau kata-kata yang sering keluar dari mulut kita adalah kata-kata yang tidak baik ?, misal “Anak kurang ajar, nggak pernah bisa bikin Papa senang” dan lain sebagainya.
Bila seorang anak sering dikritik, maka dia belajar untuk sering mengumpat
Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menghargai dirinya
Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta
(Dorothy Law Nolte : Children Learn What They Live)
kayak yang aku ceritakan kemarin B-)
ReplyDeleteidentitas yg cerita jgn sampai dipublikasikan dong :)
Delete