Malam ini hujan. Malam ini mendung. Dan aku meringis, terpojok dalam sudut kamar berdebu yang penuh dengan tumpukan kardus usang. Dinding kamar sudah tidak lagi berwarna. Coklat, putih atau apa pun itu, sangat tidak jelas. Seperti diriku? Huh, aku hanya bisa mendengus kesal membayangkan perumpamaan yang aneh. Dan anehnya itu nyata.
Hei, kamu ingin berlari? Berjalan? Merangkak?
Hya! Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.
Seperti sekarang? Duduk terdiam tanpa kata dan keputusan?
Aku akan menentukan langkahku sendiri.
Kapan? Saat semua pintu sudah tidak ada yang terbuka? Saat jalan-jalan telah menjadi buntu?
Saat aku telah memutuskannya.
Sebuah keputusan tidak akan ada jika aku tidak memulai untuk memutuskan, dan setiap keputusan tentunya akan ada pertanggung jawaban atau pun resikonya. Baik atau pun buruk, aku harus siap menerima semua itu. Itulah gunanya hidup bukan?, berani menantang badai. Aku adalah perahu yang terbuat dari kayu terbaik, dengan layar gagah menantang badai. aku harus berani untuk memulai berlayar.
Aku tidak boleh terus-terusan berada di dermaga ini, menyesali kejadian masa lalu yang membuatku terpuruk, apalah artinya sebuah perahu yang kokoh, jika tidak berlayar. Aku harus berani menjadi lebih baik, berlayar ke sebuah pantai yang akan kusebut dengan pantai harapan.
Aku mengepalkan kedua tangan dan berdiri. Kedua kakiku kokoh menopang. Aku sudah siap. Aku sudah memutuskan. Aku akan menantang badai. Menerobos jutaan ombak. Aku akan mengambil apa pun resikonya.
Kau tidak takut terjatuh lagi? Terpuruk dalam kubangan kesalahan masa lalu?
Kepalan tanganku mengendur. Setiap sisi batinku saling berdebat. Memberontak. Aku tidak akan menyerah. Tidak seharusnya seperti itu, bukan? Lalu apa lagi? Bahkan malam yang pekat tidak mau menjawab tanyaku yang terus berteriak lantang.
“Bismillah” Insyaallah Aku bisa. Banyak jalan menuju Rhoma bukan?
Kegagalan kali ini akan aku jadikan cambuk agar bisa menjadi lebih baik ke depannya. Aku tidak boleh terpuruk karena gagal menuju mimpi yang sudah kusiapkan sedari dulu. Aku ingin pergi menyeberangi samudera, menggapai cita, aku ingin duduk manis di kampus itu, pergi ke Negeri Kangguru, dan menjadi mahasiswa di University of Melbourne. Aku boleh saja gagal pergi ke sana, karena aku yakin Tuhan sudah mempunyai rencana yang indah. Ini bukan kali pertama aku gagal, dan aku yakin ini bukanlah akhir dari perjalanan mimpiku.
Mimpi boleh lah mimpi tapi bukan hanya negeri Kangguru itu yang ada di dunia ini. Kegagalan demi kegagalan ini membuatku mengubah cara pandang. Banyak negeri yang bisa didatangi. Banyak cara masih bisa aku tempuh. Batinku boleh saja terus memberontak dan saling mengelak. Tapi aku punya masa depan yang harus aku perjuangankan, lebih dari harus selalu terpuruk dan berdebat dengan batinku sendiri.
‘Dengarkan kata batinmu’.
Aku mendengarnya dengan hati yang terbuka. Dan aku tahu Tuhan telah menyiapkan jalan yang indah untuk aku lalui. Kali ini tidak boleh gagal. Aku melirik tumpukan berkas di atas meja. Ya, aku bisa dan harus bisa.
*
Matahari siang ini terik, aku melangkah pelan tapi pasti memasuki sebuah kampus. Aku kembali mencoba keberuntungan lain, setelah beberapa kali gagal tembus ke luar negeri, kali ini aku mencoba untuk mengikuti tes beasiswa unggulan S2 Biologi. Semua persyaratan sudah kupenuhi. Hari ini jadwalnya adalah interview.
Sebuah pintu yang kaku mendadak menakutkan dan cukup membuat keringat terus mengalir deras. Ini bukan yang pertama, tapi entah mengapa rasanya seperti pertama kali aku mengikuti tes dan kali ini ada beban yang lebih berat. Aku menggumamkan doa dalam hati.
Kamu pasti bisa.
Ya. Tidak boleh gagal.
Tentu.
Bismillah. Aku membuka pintu ruangan ketika namaku dipanggil. Aku mengambil sebanyak-banyaknya udara. Menarik sudut bibir dengan yakin. Semua dimulai dari sini. Kurang lebih 15 menit aku berada di ruangan itu, penentuan akhir apakah aku layak mendapatkan beasiswa ini atau tidak. Hasil interview akan diumumkan dua minggu lagi. Aku sudah berusaha semampuku, selebihnya aku pasrahkan kepada-Nya.
*
Aku terus berdo'a memohon kepada-Nya, kali ini izinkan aku mendapatkan mimpi ini, namun jika memang ini bukanlah rencana yang Engkau takdirkan untukku, maka aku pun percaya ada jalan lain yang sudah Engkau siapkan untukku. Dua minggu rasanya begitu singkat. Hari ini akan ada pengumuman siapa yang berhak mendapatkan beasiswa tersebut. Daftar penerima beasiswa akan di post di website Kampus.
Kabur dan membuatku harus membaca berulang kali.
“Namaku dimana?” gumamku gugup.
Dan, ya, Tuhan menjawab pintaku, nama yang akan mengukir perjalanan hidupku terpampang jelas. Ini bukan hanya sekedar mimpi, kan?
Satu kali, dua kali dan berulang kali aku me-refresh halaman website itu. Berharap terburuk jika itu hanya tipuan, halunisasiku saja. Tapi, itu nyata.
“Kau berhasil”
Aku ingin berteriak. Aku ingin menangis. Ini benar-benar luar biasa. Mimpi itu tidak lagi hanya sekedar mimpi. Mimpi menjadi kenyataan yang harus aku jalani.
Kau tidak boleh goyah.
Tentu saja.
Aku tersenyum senang dan tidak bisa berhenti mengucapkan rasa syukur. Rasa syukur yang akan aku wujudkan dalam tindakan nyata. Keberhasilan.
#20HariNulisDuet
Kolaborasi Arian Sahidi dan @violetkecil
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan