Kabut masih menyelimuti kota Purwokerto, udara dingin menusuk ke tulang, memaksa Adam untuk mengenakan jaket tebal. Ini kali pertama dia melihat kabut tebal sementara sudah hampir pukul tujuh pagi. Adam belum berani berangkat ke kampus. Jarak pandang terhalang oleh tebalnya kabut. Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan diperjalanan.
Pukul 07.15, kabut sedikit demi sedikit menghilang. Meninggalkan terangnya mentari pagi bersama dengan keriuhan jalanan. Adam menghidupkan motor kharismanya, kemudian menuju ke kampus. Ia meletakkan motornya di tempat parkir yang berada di samping bangunan berwarna cream. Ia memasuki bangunan Fakultas MIPA dengan tergesa-gesa. Sudah telat pikirnya. Ia mempercepat langkah menaiki tangga menuju lantai tiga. Adam menggerutu di dalam hati. Huh, setiap hari saya harus menaiki tangga, cukup menguras energi dan membuat saya berkeringat.
Adam sudah di depan ruangan, kemudian membuka pintu perlahan. Beberapa mahasiswa sudah berada di dalam kelas, namun masih ada beberapa bangku yang kosong. Adam meletakkan tasnya di meja, kemudian mengambil laptop dan meyambungkannya ke proyektor.
‘Selamat Pagi,” maaf saya terlambat.
‘Selamat pagi Pak’. Mahasiswa menyambut ucapannya.
Adam tersenyum dan mulai mengedarkan absensi ke mahasiswa yang paling depan.
‘Baik, hari ini kita akan mencoba untuk mengolah data yang kita peroleh dari lapangan minggu lalu’
Mahasiswa terlihat begitu serius memperhatikan penjelasan demi penjelasan dari Dosen muda itu. Bagaimana tidak, Adam adalah dosen termuda di kampus. Dia juga Dosen paling tampan. Rasanya hampir seluruh mahasiswa di kampus mengenal Dosen yang murah senyum itu. Sebelum mengakhiri proses pembelajaran, Adam melihat absensi. Ada satu nama yang tidak menandatangani daftar hadir. Dia tidak melihat ada Julia di kelasnya, tidak seperti biasanya, biasanya setiap kali tidak masuk , Julia biasa mengirim pesan singkat kepadanya. Kemana dia?, sakitkah?, Adam baru menyadari ketidakhadiran Julia.
“Ada yang tahu mengapa Julia tidak masuk?, Adam bertanya ke mahasiswa yang ada di kelas.
“Tidak tahu Pak”,
“Baik, terimakasih atas perhatian kalian hari ini, kita bertemu lagi minggu depan”.
Adam berjalan menuju ruangan laboratorium elektronik. Biasanya Julia sering menghabiskan waktu di ruangan tersebut. Namun ia tidak melihat Julia. Hanya ada beberapa mahasiswa yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.
2 Hari Sebelumnya
Julia duduk di teras depan masjid, menunggu Adam yang sedang shalat berjama’ah. Dia menunggu Adam sambil membaca sebuah buku. Setelah selesai shalat, Adam melihat ke arah Julia yang duduk dan hanyut dalam buku yang ia baca. Adam tersenyum, Julia memang sering menunggunya selesai shalat. Pun demikian, Adam sering mengantarkan Julia ke Gereja, dua minggu sekali. Keduanya memang sangat dekat. Meski berstatus seorang Dosen, namun Adam tidak canggung dengan penilaian orang tentang kebersamaannya dengan Julia.
“Saya jadi tidak enak, jika terus membuatmu menunggu”. Adam mengejutkan Julia yang tidak sadar akan kehadiran Adam yang baru selesai shalat.
“Nggak apa-apa kok Pak”. Julia menjawab sambil tersenyum simpul.
Mereka berdua menuju tempat makan cepat saji yang tidak jauh dari kampus. Di kantin terlalu berisik dan banyak orang, mereka berdua lebih memilih untuk makan di luar. Setelah selesai makan, Julia mengeluarkan skripsi yang baru selesai direvisi. Minggu lalu Adam memintanya untuk merevisi beberapa bagian dari isi skripsinya. Ada kesalahan dalam penggunaan rumus statistik di dalam skripsinya, sehingga menghasilkan penilain yang salah terhadap variabel-variabel yang ada di dalam skripsinya.
‘Sudah di revisi ?, adam bertanya sambil membuka halaman yang sudah diberi tanda oleh Julia.
“Sudah Pak”
Kamu tidak perlu memanggil saya Pak ketika di luar kampus. Panggil saja saya Adam.
“Tapi Pak….
“Nggak apa-apa, saya yang minta. Cukup panggil saya Adam”
Julia mengangguk tanda setuju. Adam membaca lembar demi lembar skripsi Julia. Sesekali tinta merah ia gunakan untuk menandai bagian-bagian yang masih perlu untuk diperbaiki.
“ Adam”, tiba-tiba seseorang menyebut nama Adam.
Adam dan Julia melihat ke arah suara.
“Silfia?”, Adam menyebut nama perempuan yang baru saja menyapanya.
Adam terkejut melihat kedatangannya. Silfia, teman satu kelas waktu masih kuliah. Setelah selesai kuliah, keduanya putus komunikasi. Padahal selama masih kuliah keduanya bisa dibilang cukup dekat. Bahkan pernah diisukan mereka berdua berpacaran.
‘Kamu apa kabar?’, Silfia menarik sebuah kursi dan duduk di antara Adam dan Julia.
“Baik-baik saja Alhamdulillah”.
Adam dan Silfia asik bercerita tentang kenangan-kenangan mereka sewaktu masih kuliah. Sementara kehadiran Julia sepertinya terlupakan oleh Adam. Mereka berdua tertawa dengan cerita-cerita yang kembali mereka kenang, bercerita tentang kesibukan masing-masing.
Julia pun akhirnya memilih untuk pergi tanpa permisi. Adam dan Silfia tidak menyadari bahwa Julia sudah pergi meninggalkan mereka berdua. Beberapa menit kemudian, barulah Adam menyadari bahwa Julia sudah tidak ada lagi di tengah-tengah mereka. Hanya sebuah skripsi yang di atasnya ada selembar kertas yang bertuliskan
‘Terimakasih atas waktunya Pak’
Hanya kalimat itu yang terukir di selembar kertas berwarna jingga itu.
2 Minggu Kemudian
Seperti biasa, Adam melaksanakan shalat dzuhur di masjid. Sudah dua minggu tidak ada yang menunggunya sampai selesai shalat. Biasanya Julia duduk sendirian di teras dan menunggunya. Akan tetapi Julia tidak pernah menampakkan diri di kampus.
Ada sesuatu yang hilang dari diri Adam semenjak Julia tidak pernah hadir di kelasnya. Semenjak mahasiswi berlesung pipit tersebut tidak pernah duduk di teras masjid dan menunggunya selesai shalat.
Ada kekosongan di hati Adam. Entahlah, biarkan waktu menjawab siapa yang akan menempati kekosongan hatinya. Adam kembali dengan rutinitas biasa meski tanpa Julia di kelasnya. Sedangkan Julia entah apa kabarnya. Tidak ada kabar yang sampai ke telinga Adam. Dunia seolah-olah menyembunyikan Julia dari Adam.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan