Skip to main content

Juna

IBU

Kereta api Bromo jurusan Purwokerto-Jakarta baru saja berlalu dari hadapanku, aku masih memandang ke arah Kereta Api dengan penuh perasaan sedih melepas kepergiaan putra semata wayangku. Juna, dia adalah lentera hidupku, dia yang selama ini selalu menguatkanku dikala aku sedang terpuruk, dia yang selama ini membantuku mengumpulkan kayu bakar untuk dijual ke tetangga, dia juga yang kalo pagi menjelang menjadi imam sholatku. Juna, dia adalah mutiara hati yang telah Allah berikan kepadaku, diumurku yang sudah memasuki kepala lima, aku bahagia hidup berdua dengannya setelah Reza suamiku pergi meninggalkan kami berdua.

Kereta api semakin jauh dan tak terlihat lagi dari pandangan mataku yang sudah mulai rabun ini, aku beranjak meninggalkan Stasiun  Purwokerto bertemankan dingin dan rintik-rintik hujan, aku mengenakan jaket usam peninggalan ayah Juna guna membuat badanku hangat.

“Junanya sudah berangkat Bu Yasmin?”

Terdengar seseorang menyebut namaku, aku menoleh ke arah suara itu dan kulihat Pak Irul sedang duduk di atas motor Supra miliknya. Dia yang tadi mengantar  Juna menuju Stasiun.

“Iya, Pak, Juna sudah berangkat Ke Jakarta, mohon do’anya ya pak, agar Juna bisa menggapai apa yang ia impikan sedari dulu bisa terwujud”
“Amin, mari saya antar Bu Yasmin pulang ke rumah”
“Terimakasih Pak, saya naik angkotan umum saja”
“Hati-hati di Jalan Buk”
“Iya, terimakasih Pak”.

Aku berlalu meninggalkan Pak Irul dan masuk ke dalam sebuah angkutan umum menuju Jatiwinangun.

JUNA
Kurang lebih 6 jam perjalanan dari Purwokerto menuju Jakarta, aku tertidur lelap selama di perjalanan. Sekarang aku sedang berdiri di Stasiun Gambir Jakarta, aku memang sudah pernah sekali mendatangi kota Jakarta yang katanya kota besar dan semua orang berbondong-bondong ke Jakarta. Aku datang ke Jakarta karena ingin belajar di salah satu Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an Jakarta, Pak Meko yang merupakan Guru Agama sewaktu aku masih  di SMA mengatakan bahwa ini adalah perguruan tinggi yang mendalami ilmu-ilmu Al Qur’an. Aku tertarik masuk ke Perguruan Tinggi ini setelah melihat bagaimana Pak Meko bisa menghapal Al Qur’an dengan baik dan beliau merupakan salah satu lulusan terbaik. Pak Meko banyak memberikanku pengetahun-pengetahuan keagamaan, dia yang mengajariku bagaimana cara membaca Al Qur’an, Sholat, dan dia juga yang sudah memberikan saya inspirasi untuk menghapal Kalam-Nya.

Tidak jauh dari tempat aku berdiri, ada seorang polisi yang terlihat sedang menjaga pintu keluar Stasiun. Aku mendekatinya dan bertanya :

“ Pak, maaf mengganggu, saya mau ke Terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan, akan tetapi saya tidak tau naik angkutan umum yang mana ?”
“ Lebak Bulus?”
“Iya”
“Adik silahkan menyeberang, nanti akan ada Metro Mini nomor 20 jurusan Senen Lebak Bulus yang lewat sini”
“Terimakasih pak”

Aku segera menyeberangi jalanan yang penuh dengan kendaraan-kendaraan pribadi dan angkutan umum. Tidak lama berselang, Metro Mini berwarna merah dan bernomor 20 berhenti tidak jauh dari tempat aku berdiri, aku berlari ke arah metro mini tersebut dan duduk di bagian belakang. Seorang kernet terlihat sedang mengambil ongkos  setiap penumpang.

“Ongkosnya Mas”
‘Berapa Mas”
“Seperti biasa aja”
“Saya baru kali ini naik, jadi belum tahu berapa ongkosnya mas”
“2500 aja mas”
Aku mengeluarkan uang ribuan dua lembar dan lima ratusan.

Cuaca hari ini cukup terik, aku bermandikan keringat selama di dalam bis, sesekali orang yang disampingku mengeluh:

“Jakarta kapan nggak macet sih, dari zaman saya SD sampai saya punya anak yang sekolah SD tetep aja macet”

Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya, dalam hati aku berkata “ sudah tahu Jakarta itu kota besar yang terkenal dengan Macet dan Banjirnya, masih aja banyak  komentar”.
“Bulus, Bulus, Bulus, ayo habis, habis”
Aku melihat tulisan besar
“Terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan”

Alhamdulillah, akhirnya aku sampai juga di Lebak Bulus dan akan segera sampai di Asrama Mahasiswa, dari terminal Lebak Bulus, Kampusku ternyata sudah sangat dekat, aku bahkan bisa berjalan kaki dari Terminal menuju Asrama dan Kampus. Sesampainya di Asrama, aku langsung mendaftar di pihak pengelola Asrama dan memenuhi persayaratan administrasi. Setelah selesai mendaftar, aku baru diizinkan tinggal di kamar 310 yang ada di lantai 3.

Bersambung..... 

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...