Alhamdulillah, sore ini saya sudah kembali menikmati kemacetan kota Jakarta, meski merasakan kemacetan yang tak kunjung usai, namun saya tidak bisa memungkiri bahwa saya merindukan suasana macet seperti ini (halahhh bo’ong banget).
Baiklah, kali ini saya akan bercerita tentang sebuah pertanyaan yang menurut saya sedikit mengusik kenyamanan saya. Yupzz sangat mengusik bahkan, belum 2 jam saya menginjakkan kaki di kota Jakarta ini, pertanyaan ini sudah berulang kali saya dengar. Bahkan sebelumnya memang sudah sangat sering diutarakan.
digaji berapa ?” Gede nggak gajinya ? kalo gede gue mau juga dong ngajar disana.
Pertanyaan diatas entah sudah berapa kali ditanyakan oleh beberapa orang teman yang satu fakultas dengan saya (fakultas pendidikan tentunya, bukan kedokteran :D). beberapa hari yang lalu saya pernah menuliskan bahwa menjadi guru itu harus dengan keihklasan, ikhlas bukan berarti nggak digaji, akan tetapi jika yang menjadi pertimbangan anda ingin mengajar hanya karena dapat gaji yang besar, itu salah besar.
Mengapa saya katakana salah besar? Karena kalo memang ingin dapat gaji yang besar ya jangan jadi guru, karena jadi guru itu ya hanya segitulah gajinya. Beda dengan gaji anggota DPR. Jadi pesan saya satu, saat anda memilih untuk mengabdikan diri menjadi seorang guru, guru apapun itu, yang harus anda benahi pertama kali adalah niat anda.
Seorang guru pernah menuliskan kalimat yang sampai sekarang selalu saya ingat :
“saya menjadi guru bukan ingin menjadi kaya, akan tetapi saya yakin Tuhan menjanjikan sesuatu yang indah buat saya”
Kalo boleh jujur, saya kecewa dengan kalian yang sudah menjadikan gaji sebagai pertimbangan pertama dalam mengabdikan diri menjadi guru. Kalo niat kita mengajar saja sudah salah, bagaimana hasilnya akan baik ?
Percayalah, Tuhan mempunyai rencana yang indah buat kita, jika kita mengajar dengan penuh keihklasan, maka kita pun akan merasakan kebahagiaan yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Tidak ada salahnya gaji juga dimasukkan dalam pertimbangan, toh kita pun memang butuh akan hal itu untuk biaya hidup. akan tetapi jangan jadikan besar kecilnya gaji sebagai tujuan utama anda menjadi guru.
Sekian celotehan saya malam ini.
Maaf rada esmosi saya …(minum teh botol dulu biar adem). :D
Tidak ada maksud apa-apa dari tulisan ini, hanya ingin menekankan kepada semua guru yang ada dimuka bumi ini, yakinlah bahwa pengabdian kita akan diberikan ganjaran yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa baik di dunia maupun dikehidupan selanjutnya. Yakinlah.
Mantap, Gan..! Kebetulan ane juga nyambi jadi pengajar .. gara2 kepengaruh ama serial Jepun, GTO: Great Teacher Onizuka <-- preman jadi guru.. keren !!
ReplyDeleteSerial itu juga yang jadi primbon ane selama ngajar di STM dan kampus.. ane bahkan gak punya akta-4, tapi alhamdulillah..murid2 yang superbandel kalo ke ane, manut aja.. soale selalu kubilang.. di luar sana, lo boleh aja preman atau bokap lo jenderal.. tapi di kelas ini..gue premannya, gue jenderalnya.. paham??!! hehehe..
Meski cuman part time job, menjadi guru adalah pilihan hati..kalo kata ane sih: Guru yang mata duitan gakan pernah bisa dibilang guru, meski udah puluhan taun jalani profesi itu. dia bukan pendidik, tapi ekonom privat.. hehehee..
"Jika Allah menghendaki kebaikan untuk seseorang, Allah akan menjadikannya sebagai orang yang menunjuki orang lain: dokter, pendidik, pembimbing, juru bahasa. Lampu dan matahari bagi manusia." (Syaikh Abdul Qadir Jailani)
PROFESIONALISME guru di negeri ini merupakan ungkapan semu dan bahkan tak dikenal dari segi praksis dunia pendidikan. Betapa tidak, profesi pendidik hanya menjadi profesi sambilan dan menjadi perhentian atau terminal terakhir setelah gagal mendapatkan profesi yang lain. Sungguh Ironis!
ReplyDeleteDunia pendidikan yang notabene merupakan ibu yang melahirkan berbagai sumber daya manusia yang mengisi berbagai profesi kehidupan dikhianati. Kita semua menjadi durhaka. Para elit politik, penguasa, pemegang kebijaksanaan negeri ini, dan budaya keliru yang beredar di masyarakat terhadap dunia pendidikan telah durhaka kepada ibu yang melahirkannya. Akibatnya, kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini menjadi kacau dan terjebak dalam dimensi krisis yang berkepanjangan. Moralitas dan sumber daya manusia negeri ini mengalami dekadensi terstruktur dan mekanis. Haruskah hal ini terus berlangsung? Dunia pendidikan harus ditempatkan pada altar yang tinggi di atas segala dimensi kehidupan yang lain.
*sedikit berapi-api nih mas ngomennya*
Setuju dengan yang Mas Arian sebutkan, menjadi guru itu harus dengan dasar dan niatan yang baik, jangan sampai malah sebaliknya.
MUXLIMO : saya juga senang dgn serial jepun Great Teacher Onizuka, dan itu memang keren ...semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan berkah dari apa yang kita lakukan, Amin.
ReplyDeletewholesketch : terimakasih sudah setuju * :D, semoga semua guru menyadari bahwa menjadi guru harus dengan dasar dan niatan yang baik, bukan malah sebaliknya.