Melalui
lembaran-lembaran ini, kita akan menelusuri sebuah kisah tentang kekuatan sabar
dalam menghadapi ujian hidup. Kisah yang selalu diulang-ulang setiap hari,
yakni kisah pertentangan antara iman dan kekafiran.
Kita akan
menjumpai wanita pertama yang meninggal sebagai syuhada dalam sejarah
Islam. Dia adalah wanita suci yang telah menorehkan catatan keabadian dalam
lembaran sejarah dan Islam telah menetapkannya pada kedudukan yang sangat
tinggi.
Dia adalah Sumayyah
binti Khabat ra. yang mendapat kabar gembira dari Rasulullah Saw akan masuk
surga. Sungguh, itu merupakan kabar gembira yang membuat segala bentuk
penderitaan dan siksaaan terasa manis dan menyenangkan.
Kisah ini
diawali dengan kedatangan Yasir, ayah ‘Ammar, dari Yaman bersama dua saudaranya
Al-Harits dan Malik ke Kota Makkah untuk mencari saudara mereka yang menghilang
dalam beberapa tahun terakhir. Sejak itu, mereka terus mencari ke berbagai
pelosok negeri hingga sampai di Kota Makkah. Tapi, di Kota ini pun mereka tidak
menemukannya. Karena itu, Al-Harits dan Malik memutuskan pulang ke Yaman,
sedangkan Yasir tetap tinggal di Makkah, karena merasakan suasana bahagia dan
gairah yang aneh, sehingga dia memilih untuk tinggal di Makkah. Yasir tidak
tahu bahwa dengan keputusannya itu, dia telah masuk gerbang sejarah baru yang
terang benderang.
Ada tradisi yang
berlaku di masyarakat Arab, apabila orang asing ingin tinggal di suatu negeri,
maka ia harus mengikat perjanjian dengan salah seorang tokoh terkenal di kota
tersebut untuk melindungi dirinya dari segala bentuk gangguan masyarakat dan
dapat hidup dengan tenang dan nyaman di kota tersebut.
Yasir mengikat
perjanjian dengan Abu Hudzaifah bil Al-Mughirah Al-Makhzumi. Tokoh terkemuka
Makkah ini sangat menyukai Yasir karena sifat-sifatnya yang baik dan tindak
tanduknya yang menyenangkan, serta latar belakang keluarganya yang terhormat.
Abu Hudzaifah ingin memperkuat hubungannya dengan Yasir, sehingga dia
menikahkan seorang budak perempuannya yang bernama Sumayyah binti Khabat ra.
Dari
pernikahannya dengan Sumayyah binti Khabat, Yasir dikaruniai seorang putra yang
penuh berkah bernama ‘Ammar bin Yasir. Kebahagiaan mereka semakin sempurna,
ketika Abu Hudzaifah memutuskan untuk memerdekakan ‘Ammar dari statusnya
sebagai budak. Tidak lama kemudian, Abu Hudzaifah meninggal dunia.
Suatu ketika,
‘Ammar ra. mendengar keberadaan risalah Muhammad saw., maka ia segera membuka
hatinya untuk menerima seruan iman. ‘Ammar bergegas ke rumah Al-Arqam dengan
langkah-langkah ringan dan cepat seakan-akan sedang mengejar detak jarum jam.
Setibanya di rumah Al-Arqam dan melihat Nabi saw., serta mendengarkan wahyu
yang disampaikan olehnya, maka hatinya seperti terbang melayang-layang di
angkasa karena merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
‘Ammar pulang ke
rumahnya dengan langkah yang cepat untuk merangkul tangan kedua orangtuanya dan
membawa mereka menuju surga dunia yang akan membuahkan kenikmatan abadi di
surga akhirat. Setibanya di rumah, ‘Ammar ra. mengucapkan salam kepada kedua
orangtuanya dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Tidak perlu menunggu waktu
lama, hati-hati yang bersih dan suci itu langsung terbuka dan sangat senang
mendengar firman Allah swt. Yasir dan Sumayyah merasakan keberadaan cahaya yang
menyinari seluruh penjuru jagat raya, sehingga saat itu juga keduanya masuk ke
dalam Islam.
Tidak lama
berselang, berita keislaman keluarga Yasir tersebar dan sampai di telinga bani
Makhzum. Mereka marah besar dengan kejadian itu sehingga langsung mendatangi
keluarga yasir dan menyiksa mereka sekeras-kerasnya.
Ketika terik
matahari memuncak, mereka menyeret keluarga Yasir ke tengah lapang yang panas
dan menyuruh mereka memakai baju besi. Mereka tidak diberi minum dan tetap
dibiarkan terpanggang oleh sinar matahari. Mereka menerima penyiksaan yang
bermacam-macam dari bani Makhzum. Ketika benar-benar telah kepayahan, mereka
dibawa pulang ke rumah, kemudian disiksa kembali pada hari berikutnya.
Sumayyah ra. adalah
salah satu orang pertama yang menyatakan keislamannya secara terbuka dan
menerima penyiksaan dengan tabah demi tetap bertahan di Jalan Allah ‘azza
wajalla. Dia berada di garis depan wanita-wanita mukmin yang tulus dan
segera menerima Islam, sehingga meraih kehormatan sebagai orang-orang pertama
yang masuk Islam dan mendapat kabar gembira yang sangat mulia, yakni masuk
surga.
Orang-orang
musyrik terus menyiksa Sumayya, suaminya (Yasir) dan putranya (‘Ammar). Tapi,
mereka menerimanya dengan tabah dan tegar karena yakin bahwa siksaan itu
diterima karena mereka bertahan di jalan Allah swt.
Pada suatu hari,
Rasulullah saw. Lewat dan melihat mereka sedang disiksa. Beliau bersabda yang
artinya, “Berbahagialah, wahai keluarga ‘Ammar, karena sesungguhnya kalian
telah dijanjikan masuk surga.” Allahu Akbar! Semilir angin surga telah
menerpa hati mereka hingga menyejukkan bara penyiksaan yang sedang mereka
rasakan.
Saat itulah,
mereka mulai merasa lebih tenang dan nyaman ketimbang rasa payah karena siksaan
yang mereka terima. Mereka menikmati penyiksaan karena bertahan di jalan Allah
swt. dan terus merindukan kenikmatan surga sepanjang siang dan malam.
Sahabat wanita
agung, Sumayyah ra., tetap tegar dalam menerima siksaan yang bermacam-macam.
Tekadnya tidak pernah surut dan iman yang telah mengangkatnya kepada derajat
wanita-wanita agung dan sabar tidak pernah melemah.
Sumayyah menjadi
orang pertama yang meraih syahadah (mati syahid) dalam sejarah Islam.
Tombak pendek dihujamkan pada tempat kehormatannya hingga meregang nyawa.
Peristiwa pembunuhan ini terjadi pada tahun 7 Hijrah. Andaikan wanita-wanita
saat ini menjadikan perjalanan hidup sabahat wanita yang agung ini sebagai
contoh teladan yang diikutinya dalam hal pengorbanan, kesabaran dan ketabahan,
tentulah mereka akan menjadi wanita-wanita yang tegar dalam menjalani kehidupan
dan memiliki semangat untuk terus mendekatkan diri kepada Allah swt dalam
kondisi apapun.
Semoga Allah
meridhai Sumayyah ra. dan menjadikan surga Firdaus sebagai tempat persinggahan
terakhirnya.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan