“Aku tidak pernah bermimpi menjadi seorang pengagum, bahkan
kupikir aku sangat amatir dan norak. Kau benar, aku sudah sangat menganggu dan
nekat luar biasa. Jutaan kali keluar kata dalam benakku yang mengutuk perbuatan
bodoh ini. Jutaan kali aku memangkas rasaku padamu, namun jutaan kali pula ia
kembali tumbuh setiap kau hadir di hadapanku. Jutaan pula rasa berdosa dan
pengkhianatan terurai padanya yang telah Rabb tetapkan padaku.
Padamu aku malu, terlebih pada-Nya nanti ketika bertemu,
duhai jauh lebih memalukan rasa-rasanya aku ini di hadapan Tuhanku. Karena itu,
setelah ini aku akan berhenti sepenuhnya dari mengejarmu, aku tahu Tuhan hanya
sedang mendiamkanku dalam kubangan, dan disana aku diminta-Nya untuk berpikir
panjang.
Kau tahu, aku pernah pula membencimu. Mengapa harus kau yang
tak terjangkau? Tapi kau dan aku sudah tahu jawabannya, bahwa cinta adalah
anugerah yang tak bisa ditolak. Kau benar, aku salah memahami satu ujian ini,
aku belum selesai, doakan semoga aku lulus.
Aku tidak tahu ini cinta versi apa, kau sebut versi pragmatis
atau versi gombal pun tak apa. Aku tak tahu kapan kita bisa kembali berjumpa.
Yang ku tahu, kau pernah ada dalam salah satu lembaran mimpi yang masih jauh
untuk kuraih.
Duhai, seperti katamu. Allah lebih dekat keberadaan-Nya
padaku.
Duhai, aku akhirnya tahu mana yang harus kusambut.
Aku akan menyucikan diriku
Kembali menata rapi hati dan meredam luka perih ini.
Semoga waktu kembali merekatkan yang retak dan Allah
mengelusnya dengan lembut hingga hilang sempurna. Aku juga berterima kasih,
karena kau telah mengenalkan cinta-Nya padaku. Suatu saat, hanya jika Allah
mengizinkan, kau akan tahu tentang cintaku.
Di akhir musim hujan nanti semua akan selesai. Aku akan
mengembalikan setiap potongan hati ke tempatnya semula. Mengembalikanmu ke
dalam benak yang tidak pernah tahu. Mengembalikanmu pada Tuhan yang telah
menebar cinta ini sejauh hati berkisah tentangmu.
Jika ada selembar keajaiban yang turun dari langit, aku harap
keajaiban itu akan mempertemukan kita kembali di waktu yang entah kapan lagi.
Aku jatuh cinta, hanya ketika tahu bahwa aku tidak pernah tahu alasan hati
memilihmu.
Ada bunga yang mekar meranum di hati, meski hari tak pernah
memihakku, namun waktu telah mengantarkan pelajaran indah untukku memahami
cinta.
Teruntukmu, sang penghuni sepi. Semoga kau temukan bidadari
syurgamu suatu saat nanti. Suatu hari ketika Tuhan telah memoleskan pemahaman
cinta-Nya kepadamu.
Cinta adalah penerimaan yang tak terperi, meski tak selalu
berbalas serupa, karena kita jarang sekali menang dalam urusan cinta, namun
sakit hatinya pun tetap indah. Begitulah bagaimana Tuhan mengajarkan makna
mencintai kepada hamba-Nya.”
*NoteTulisan di atas adalah email bersambung yang saya dapatkan dari seseorang via email
mantap dah tulisannya
ReplyDelete:)
Delete