Kemarin, sahabat-sahabat
seperjuangan di UIN Malang mengirimkan beberapa photo ketika mereka yudisium,
besok insha Allah mereka semua akan diwisuda. Di kelas kami, hanya 5 orang
yang belum bisa wisuda karena alasan masing-masing. Sempat berkaca-kaca melihat
photo-photo mereka, sempat tidak ikhlas mengapa saya tidak bisa bersama-sama
dengan mereka kemarin dan esok hari. Seharusnya saya bisa berada di
tengah-tengah mereka, wisuda bareng, karena kami memulai semuanya secara
bersama-sama dan seharusnya kami bisa mengakhiri semuanya berbarengan. Saya sempat
tertegun lama ketika selesai shalat, kemudian mengelus dada yang gamang, hingga
akhirnya saya kembali menata diri, kembali menata niat yang mungkin saja salah.
Harusnya saya bisa lebih ikhlas dalam menjalani semua ini.
Rencana saya untuk wisuda
bulan ini pupus, bukan karena kesalahan orang lain, tapi karena saya belum
mampu mengatur waktu dengan baik, antara keluarga dan juga pendidikan. Memang,
ada beberapa hal yang tidak mungkin untuk saya tinggalkan, sehingga rencana
saya ke Malang untuk bertemu dengan Dosen Pembimbing harus tertunda lama. Saya pun
berusaha mengikhlaskan itu semua, karena saya percaya bahwa selalu ada hikmah
dari setiap kejadian.
Ada bulir-bulir hangat
yang menggumpal di ujung sana,
Sahabat-sahabatku, saya ingin sekali hadir di hari bahagia
kalian kemarin, namun kondisi belum memungkinkan, karena bidadariku sedang
tidak mungkin untuk ditinggal. Meski demikian, rindu ini ingin sekali bertemu
dengan kalian, karena entah kapan lagi kita akan bertemu jika bukan di saat
wisuda, tidak ada yang tahu. Setelah wisuda, masing-masing akan membuka lembar
cerita baru dengan semangat perjuangan baru. Saya selalu berdoa, semoga kita
semua diberi lindungan oleh Allah SWT, menjadi manusia-manusia yang bisa
memberi manfaat. Karena hakikatnya cinta adalah ketika doa terus dipanjatkan
meski wajah tak mampu bersua.
Sahabat-sahabatku, meski jarak memisahkan kita, namun
cerita-cerita tentang kalian akan tetap saya nantikan.
Perjalanan hidup memang
tidak pernah ada yang tahu, Allah selalu memiliki kejutan-kejutan indah untuk
hambaNya, kita hanya perlu melakukan yang terbaik, selebihnya biarlah Ia yang
mengatur mana yang memang baik untuk hambaNya.
Saat ini, saya sedang
mendampingi istri saya yang sedang sakit. Sejak pernikahan kami, dia memang
sering sakit-sakitan, mulai dari sekedar batuk, pusing, sempat masuk IGD, sakit
persendian, pernah juga dirawat di Rumah Sakit beberapa hari karena gangguan
pernapasan, dan pernah juga ada inflamasi di kakinya. Hingga saat ini, dia
masih belum benar-benar pulih. Maka waktu saya memang banyak dihabiskan
menemani istri hingga pulih. Beberapa kali rencana saya untuk bimbingan Tesis
harus diundur karena harus menemani istri hingga pulih. Saya selalu berusaha
untuk tetap ikhlas, Allah sedang memberi saya waktu lebih lama untuk bersama
istri saya, Allah memberi waktu bagi saya untuk memberi pelayanan terbaik
ketika kondisi istri sedang tidak baik.
Tesis memang sudah
selesai saya tulis sejak 1 bulan lalu, saya hanya butuh bertemu untuk
mengajukan draft tesis yang sudah selesai, berharap akan segera disetujui,tapi
Allah memberi saya waktu lebih lama untuk menyelesaikan pendidikan S2 ini.
Allah sedang menyiapkan rencana yang indah bagi saya, saya percaya itu, asal
saya berusaha lebih giat lagi.
Usaha yang saya lakukan
saat ini adalah “meluruskan niat”, harusnya doa-doa yang selama ini saya
panjatkan haruslah tulus. Seperti saat ini, saya terus berdoa demi kesembuhan
istri saya, namun kadang doa-doa yang dirapal tak sepenuhnya ikhlas. Kadang doa
yang saya pinta hanya sebatas menginginkan ia segera pulih, agar saya bisa
segera bisa menyelesaikan pendidikan saya dengan baik, bukan agar dia bisa
benar-benar sehat dan menjalani kehidupan lebih baik lagi. Maka disinilah
pentingnya kembali menata niat dalam berdoa. Ikhlas dalam berdoa adalah salah
satu kunci di-ijabahnya doa oleh Sang Pencipta.
Kalian tahu siapa yang
paling pandai dalam mendesain kehidupan manusia? Tiada lain adalah Allah SWT. Kerap
kali hal-hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba terjadi. Masalah
kadang datang silih berganti, disinilah kesiapan kita dalam menghadapi
kehidupan diuji olehNya. Apakah mau sabar? Atau malah menyerah? Tentu sabar
adalah pilihan terbaik untuk dipilih.
Hidup ini hanya sekali,
maka menjalaninya sesuai dengan aturan Allah SWT adalah keharusan. Niat yang
ikhlas diperlukan demi memudahkan diri dalam menggapai keridhaanNya. Niat itu
seperti surat, salah tulis alamat akan sampai salah tempat. Jangan pernah lelah
untuk istiqamah di jalanNya, meski Ia setia memberi cobaan demi cobaan
hambaNya, itulah bagian dari wujud cintaNya.
Luruskan niat, segala
yang kita lakukan tidak akan bernilai jika niat itu sudah salah.
Duhai Engkau yang menguasai hati, tetapkan hati ini di
jalanMu, jangan biarkan kami lalai dalam taat kepadaMu.
Duhai Engkau yang segala Maha, berilah kesabaran sebagai
bekal kami dalam menjalani kehendakMu.
Duhai Engkau yang Maha Cinta, tanamkanlah cinta padaku dan
istriku, agar kami bisa bersama-sama berjuang menuju surgaMu.
ditunggu tulisan lainnya ya...
ReplyDeleteinsha Allah
DeleteJangan nyerah yah..
ReplyDeletemungkin gua harus ngulang apa yang dibilang mama gua dulu..
"gapapa nak..
yang penting kamu lulus.."
So, tetep semangat
insha Allah :)
DeleteSemangaaaattttt Ustadz ^^
ReplyDeleteSemangat... insyaAllah berbuah manis mas.
ReplyDeleteniat memang merupakan hal yang paling penting
syukron :)
Delete