Anak berkebutuhan
khusus (ABK) adalah mereka yang mempunyai hambatan fisik dan atau mental
sehingga memerlukan layanan khusus untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada
dalam dirinya. Karakteristik penyandang cacat atau anak berkebutuhan khusus
menurut Kauffman & Hallahan adalah: tunagrahita (mental retardation),
kesulitan belajar (learning disabilities), hyperactive (attention
deficit disorder with hyperactive), tunalaras (emotional or behavior
disorder), tunarungu wicara (communication disorder and deafness),
tunanetra (partially seing and legally blind), anak autistik (autistic
children), tunadaksa (physical disability), tunaganda (multiple
handicapped), dan anak berbakat (giftedness and special talents).
Sudah disepakati oleh masyarakat
di dunia, bahwa setiap anak harus memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.
Berkaitan dengan hal tersebut UNESCO mengadakan sebuah konferensi yaitu, The
Salamanca World Conference on Special Needs Education pada tahun 1994. Pada
paragraf ketiga dari The Salamanca Statement and Framework for Action on
Special Needs Education yang dihasilkan dari konferensi tersebut disepakati
bahwa:
“…schools
should accommodate all children regardless of their physical, intellectual,
social, emotional, linguistic or other conditions. This should include disabled
and gifted children, street and working children, children from remote or
nomadic populations, children from linguistic, ethnic or cultural minorities
and children from other disadvantaged or marginalized areas or groups…”
Poin tersebut secara
langsung memberikan kewajiban kepada sekolah untuk mengakomodasi seluruh anak
termasuk anak-anak yang memiliki kelainan fisik, intelektual, sosial,
emosional, linguistik maupun kelainan lainnya. Sekolah-sekolah juga harus
memberikan layanan pendidikan untuk anak-anak yang berkelainan maupun yang
berbakat, serta anak-anak yang berasal dari golongan-golongan termajinalkan
yang lain. Sejalan dengan hal tersebut, UNESCO mencetuskan prinsip “pendidikan
untuk semua” atau Educational for All. Prinsip Educational for All
tersebut mengandung makna bahwa pendidikan tersedia untuk semua tanpa memandang
perbedaan, atau wajib mengakomodasi keberagaman kebutuhan siswa yang normal
maupun yang memiliki kebutuhan khusus. Filosofi Educational for All lahir
sebagai konsekuensi logis dari adanya pernyataan Salamanca yang menegaskan
perlu adanya penyelenggaraan pendidikan yang inklusi dan tidak diskriminatif.
Di antara pendidikan yang
sangat penting bagi anak berkebutuhan khusus adalah Pendidikan Agama.
Pendidikan bagi special needs students sangat membutuhkan role models,
begitu pun dengan pendidikan Agama. Karena kebanyakan ASN "susah"
menerima deskripsi mengenai hal-hal yang berbau abstrak, maka role models
ini sangat dibutuhkan bagi Mereka. Menerangkan tentang keberadaan Allah, surga,
neraka, pahala dan dosa adalah hal-hal yang paling sulit untuk mereka pahami
bila hanya didiskripsiksan. Uswah dan Qudwah dari para pendidik
yaitu orangtua, guru dan masyarakat memegang peranan amat penting bagi
perkembangan ASN.
Islamic Habit Forming
tidak akan berjalan dengan baik jika role models yang ada di sekitar
mereka tidak kondusif mendukungnya. Contoh: mengajarkan shalat, tidak akan
sampai ke memori mereka jika role models tidak menjalankannya dengan
istiqamah. Pelajaran yang perlu juga adalah mengenai sex education
secara islami. Misal, mempersiapkan mereka ketika masuk usia baligh yaitu
wet dream dan haid. Sejak awal mereka harus diajarkan tentang Aurat,
diawali dengan pengenalan public and private room, mana yang
boleh mana yang tidak, pengenalan organ tubuh dan lain sebagainya. Bagi ASN
baligh secara bioligis belum tentu dia mumayyiz, karena banyak yang mature
age-nya sangat jauh intervalnya dengan calender age, terutama ketika
situasi-situasi kritis semacam sedang panik, ketakutan ataupun sedang punya
masalah yang tidak mampu ia ungkapkan.
Jika menilik di teori
psikologi sekuler, onani diperbolehkan bagi ASN, padahal ini bertentangan
dengan apa yang diajarkan dalam Islam. Para psikolog sekuler tidak
merekomendasikan mengajarkan agama bagi ASN terutama untuk anak-anak Autis.
Padahal agama adalah Fitrah, bisa dijalankan oleh semua manusia sesuai
kondisinya "mastatho'tum". Ini prinsip. Jika ingin menerangkan
tentang keberadaan Allah maka terangkan tentang penciptaanNya bukan DzatNya. Salah
satu yang agak sulit untuk dijelaskan kepada ASN adalah masalah dosa dan
pahala, karena konsep Punish and Reward agak sulit bagi mereka
untuk mencerna, tapi bisa diterangkan. Ini merupakan tantangan bagi kita semua,
jika bisa menghasilkan karya tentang pendidikan Agama bagi ASN, insya allah
manfaatnya sangat besar sekali bagi mereka dan dunia pendidikan, jangan sampai
mereka "buta" di dunia juga "buta" di akhirat.
agama adalah hal yang paling mendasari manusia untuk kehidupan ketika dia dewasa hingga mati kan kak :)
ReplyDeleteiya, Mas :)
ReplyDeleteAgama ini jadi faktor penting pertumbuhan anak yg kelak akan jadi orang bener atau 1/2 bener
ReplyDeleteya ampun, komentarmu, loh, Mas, keren gitu :p
Deletepenting banget
ReplyDeletenyimak dulu ya gan,intinya menurut saya agaman memang sangat penting khususnya bagi mereka yang berkebutuhan khusus..
ReplyDeleteiya :)
DeleteSangat Bermanfaat Artikel Yang Di Posting , Kunjungi Juga Ya Blogger Saya Tentang Macam – Macam Usaha di Indonesia Agar Menjadi Sukses hanya di https://primapengusahamuda.blogspot.co.id/
ReplyDelete