18-19
Februari
Pernah mendengar
nama pantai ini? Mereka yang lahir dan besar di daerah Kebumen saya yakin sudah
tidak asing lagi dengan pantai ini, sebuah pantai cantik dan menawan yang
memerlukan perjuangan ekstra untuk bisa sampai kesini. Tapi jangan ciut dulu,
Bro, meski perjalanan menuju pantai ini cukup serem karena jalannya super berliku,
curam, kiri-kanan lembah, namun akan terbayar dengan keindahan pantainya nan
cantik. Pasir putih yang berpadu dengan birunya laut rasanya cukup menjadi
pengobat dag-dig-dug selama perjalanan menuju pantai ini.
Duh,
sampai lupa memberitahu dimana letak pantai ini. Pantai Menganti terletak di Desa
Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Kurang lebih 40 KM dari
Gombong. Untuk menuju pantai ini, saya sarankan dengan menggunakan sepeda motor
saja, deh, dan pastikan sepeda motor yang digunakan dalam keadaan prima. Jika ingin
menggunakan mobil, pastikan juga kamu sudah lihai menaklukkan jalanan yang berliku
dan tebing yang curam, karena memang jalan menuju sana cukup terjal. Dan jangan
pake bus, ya, mau diparkir dimana? :p
Ini kunjungan
pertama saya ke Pantai Menganti ini, bermula dari ajakan teman yang mendadak
alias tanpa rencana. Sehabis Isya kemarin, tiba-tiba langsung diajak pergi ke
pantai ini. Sudah lama saya mendengar nama pantai ini, namun baru kemarin bisa
sampai kesana, maklum, kesibukan saya itu super parah akhir-akhir ini (sibuk
tidur). Setelah berkemas secara mendadak, nggak bawa baju ganti, cuma bawa kaos
kaki, jaket, sarung, uang secukupnya, dan DSLR, saya ikut rombongan. Kam berangkat
dari Purwokerto kurang lebih pukul delapan malam.
Perjalanan
di malam hari menuju pantai ini sangat tidak saya sarankan, karena memang
penerangan menuju kesana sangat terbatas. Tapi bukan Arian dong namanya kalo
tidak bisa menaklukkan terjalnya jalan menuju kesana (halah, padahal dibonceng
hahaha). Dan seperti biasa dong, saya itu nggak keren kalo nggak ngantuk di
atas motor, fiuhhhh, kebiasaan jelek banget. Masa iya kudu diikat dulu biar
nggak jatuh dari motor (ih, ini malah curhatnya kebanyakan).
Setelah menempuh
perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya sampai juga di pantai menganti. Batas
jalanan beraspalnya itu berada di bukit, selanjutnya jalannya cuma tanah merah,
nggak ada lampu sama sekali. Kami mengandalkan lampu dari sepeda motor dan
senter yang sengaja dibawa. Setelah sampai di bukit yang bersisian dengan pantai,
kami langsung menuju pondokan-pondokan kecil yang ada disana. Rencana awal mau
mendirikan tenda, tapi nggak jadi, karena merasa cukup dengan pondokan-pondokan
kecil yang ada di tebing bukit. Karena capek, saya langsung molor, sementara
yang lain masih sibuk ngobrol dan maen kartu kayaknya (saya nggak ngerti mereka
maen apaan).
Tidur di
pondokan yang dindingnya cuma seuprit itu tentu saja dingin, Jendral. Saya tidur
pakai kaos kaki, pake jaket tebal, kemudian nutupin kepala pake sarung, lengkap
kayak satpam kompleks dah pokoknya. Tapi tidur saya nyenyak. Saya bangun paling
awal, kemudian langsung wudhu dari air yang sengaja saya bawa. Setelah selesai
shalat, yang lain akhirnya pada bangun dan langsung turun ke bawah, menuju
karang-karang kokoh di bawah bukit untuk berwudhu. Saya cuma nyengir melihat
mereka berwudhu disana.
Setelah shalat,
agenda selanjutnya adalah menyiapkan alat pancing, menyiapkan peralatan masak
seadanya. Ada yang mancing, ada yang masak, ada yang sibuk motret pake HP (siapa
lagi kalo bukan gue) karena ternyata saya cuma bawa DSLR tanpa MEMORY, hikz. Jalan-jalan
nggak bisa motret pake DSLR, cuma ngandalin kamera HP yang cuma bisa motret
beberapa foto karena baterainya low pake banget itu bikin nyesek banget.
HP Cuma berhasil motret sedikit, kemudian mati deh, baterainya habis. Tamat
sudah riwayat motret kali ini.
Setelah selesai
masak, dilanjutkan dengan makan bareng, sambil ngobrol ngalor ngidul dan karena
bertujuh ini semuanya jomblo, maka tentu saja obrolan yang paling asik adalah
tentang pernikahan, haha. Eh, lupa, ada satu orang deh yang sudah menikah. Ada aja
obrolan pagi hari, teman-teman saya ini super banget idenya, mulai dari rencana
bulan madu di tengah laut dengan perahu, bulan madu di pondokan di atas bukit
sambil mendirikan tenda, sampai mengunjungi pulau Lombok maupun Bali masuk
dalam obrolan. Saya? Oh saya mah jangan ditanya bulan madunya kemana, nikah aja
belum #berdoaKhusyu.
Mancing selesai,
masak selesai, makan juga sudah selesai, selanjutnya adalah santai sambil
menuruni bukit, duduk di atas batu karang yang menjadi tempat berlabuhnya
ombak-ombak yang cukup besar. Setelah dirasa cukup, akhirnya kami memutuskan
untuk langsung pulang. Sebenarnya tidak langsung pulang, kami melanjutkan
jalan-jalan ke arah Baturaden, menuju Curug Bayan dan mandi di bawah air terjun
yang sukses membuat saya menggigil.
Sampai jumpa
di cerita liburan selanjutnya. Liburan saya masih belum selesai, masih sepekan
lagi waktu saya untuk menjelajah.
Wah keren euy pantainya
ReplyDeletebanget, haha. mari kesana :)
Deleteya Allah, bagus banget pantainya... Biru dan alami..
ReplyDeletedi Gresik kota saya, itu juga ada nama Menganti. Sebuah kecamatan penghasil mebel :)
aih ternyata nama pantainya pasaran, ya :p
Deletebikin ngiri mas -_-
ReplyDeletehahaha silahkan ke menganti :p
Deletebikin ngiri mas -_-
ReplyDeletepantainya serasa mengundang untuk ke sana. Mudah-mudahn kelak bisa ke sana suatu waktu bersama keluarga
ReplyDeleteamin :)
Delete