after cooking class
Sometimes
you meet a person and you just click – you are comfortable with them, like
you’ve known them your whole life, and you don’t have to pretend to be anyone
or anything. Finding a loyal friends is as hard as finding a tear drop in the
ocean, if you make them, cherish them.
I always
though loving someone is the greatest feeling, but I realized that loving a
friend is even better. We lose people we love, but we never lose true friends.
True friends are the ones who have nice things to say about you behind your
back.
Abaikan tentang
tata bahasa di tulisan di atas, ya, anggap saja sudah benar semua #krik. Berbicara
tentang persahabatan, saya jadi teringat tentang obrolan sambil menunggu waktu
maghrib kemarin. Jadi ceritanya kemarin saya dan teman-teman saya, lagi pada
iseng masak gitu, tahu sendirilah, ya, saya, kan emang lagi suka banget kuliner
akhir-akhir ini, jadi nggak usah heran kalo berat badan saya itu naik drastis dalam
satu bulan terakhir ini #curhat. Sambil menunggu Manti (salah satu masakan khas
daerah Renat), kami ngobrol santai tentang sahabat.
“Saya
bukan tipe orang yang mudah nyaman dalam persahabatan, namun ketika saya sudah
nyaman, saya bisa terbuka, bercerita banyak hal, seolah saya sudah mengenalnya
sejak lama. Rasa nyaman itu yang kadang sulit saya temukan, maka saya lebih
suka menyendiri dan sesekali bergaul. Saya tidak terlalu suka berbicara dengan
orang yang tidak dekat dengan saya, namun ketika sudah dekat, dengan sendirinya
semua akan mengalir begitu saja, seolah tidak ada beban.” Ucap salah seorang di
antara kami.
Seperti yang
saya tulis di atas, kadang kita bertemu seseorang, kemudian kita ngerasa
nyambung, cocok, klik, seolah kita sudah mengenal mereka sejak lama, nggak ada
canggung satu sama lain, saling terbuka, dan itu membuat ikatan yang terjalin
begitu dekat. Saya tipe orang yang rada bawel akhir-akhir ini, suka ngoceh, dan
tentu saja perlu pendengar setia. Siapa yang menjadi pendengar setia? Tidak lain
adalah sahabat-sahabat yang ada di sekeliling saya. Namun adakalanya saya harus
memosisikan diri, kapan saya harus menjadi pendengar yang baik atau pembicara
yang baik.
a man who is able to cook is a perfect future husband :p
Dalam empat
bulan terakhir, saya memang dekat banget dengan Renat dan Mir ‘Athoullah. Dengan
Farhad baru dua bulan terakhir ini saya dekat. Bersahabat dengan mereka, saya
merasa nyaman. Meski sebenarnya ada kalanya salah paham satu sama lain, namun
semua diselesaikan dengan cara yang baik. Setelah itu selesai ya, sudah, semua
berjalan seperti biasa. Bersahabat bukan berarti semuanya akur-akur saja,
semuanya sejalan, tidak demikian, adakalanya kita berseberangan dan berusaha
memahami lebih baik lagi. Dan yang paling terpenting bagi saya adalah,
bagaimana bisa lebih bijak dalam memahami sebuah perbedaan. Mereka adalah
sahabat-sahabat seiman yang membuat saya merasa lebih baik lagi dari sebelumnya.
Ada banyak
hal yang saya pelajari dari Renat, bagaimana dia sedemikian sungguh-sungguh
menggapai apa yang menjadi mimpinya, bagaimana dia memberi perhatian sedemikian
besar pada sahabatnya, selalu berusaha menjadi seorang pendengar yang baik, dan
tentu saja dengan guyonan khasnya yang membuat kami menjalin persahabatan
sedemikian dekat selama ini. Dengan Mir Athoullah, saya belajar bagaimana lebih
berani dalam menjalani hidup, do something yang memang kamu sukai,
jangan takut, karena tidak ada yang sepenuhnya mulus dalam menggapai apa yang
kita inginkan. Saya memang tipe orang yang kadang ragunya lebih banyak
ketimbang yakinnya dalam melakukan sesuatu, kemudian saya belajar kembali
menata diri, bagaimana menjadi lebih baik lagi. Dengan Farhad, saya belajar
bagaimana menjadi sosok yang berusaha mencintai orang-orang yang ada di
sekeliling kita, bagaimana berusaha memberi perhatian terhadap sahabat, tidak
egois, bagaimana menjadi sosok yang bisa menjadi pemimpin. Saya melihat sosok
Farhad sebagai sosok yang berwibawa, bisa menjadi sosok yang mampu menjadi
seseorang yang didengar omongannya. Tidak mudah menjadi sosok yang demikian.
Let's eat, dude :p
Ada banyak
hal yang saya ambil pelajaran sejak kebersamaan saya dengan mereka. Ada banyak
teman yang lain sebenarnya, namun saya memang lebih dekat dengan mereka, Renat,
Mir Athoullah, dan Farhad. Kami sering menghabiskan akhir pekan bersama, meski
kadang hanya kumpul dan ngobrol ngalor ngidul, namun selalu ada makna dalam
sebuah kebersamaan. Selalu ada yang bisa diambil sebagai pelajaran hidup. Mereka
bukan sekadar sahabat di kala suka, namun juga sahabat di kala suka dan duka.
Dalam persahabatan,
jangan hanya meminta orang lain untuk mengerti kita, namun bagaimana kita
berusaha agar orang lain paham akan kita. Jika kita tulus dalam menjalin sebuah
persahabatan, akan ada ketulusan dari orang-orang yang ada di sekeliling kita,
karena kita memberi mereka cinta yang tulus.
arabian foods in Cairo Restaurant :)
Making a
millions friends is not a miracle. The miracle is to make a friend who will
stand by you when millions are against you. If someone ask me who is your best
friend? I will simply say….”Someone who will never avoid me just because of
someone else.”
Good
friends are like starts, you do not always see them, but you know they are
always there. A friend gives hope when life is slow, a friend is a place when
you have nowhere to go, a friend is honest, a friend is true, a friend is precious,
and a friend is YOU.
Teman yang baik, adalah teman yang mengerti apa yang kita alami dan mendukung kita tanpa banyak tanya. Bahkan teman yang baik, tetap membuat kita merasa nyaman walau jauh dan jarang berkomunikasi. Setidaknya itu yang kami rasakan selama 25 tahun persahabatan. Tulisannya mencerahkan dan melegakan. Nice sharing :)
ReplyDeletesemoga kita selalu di kelilingi oleh orang-orang yang baik, ya :)
Delete