Skip to main content

Banci Foto

Tuh masih seribuan yang belum dihapus, sepertinya kudu manual alias satu-satu ngapusnya #hikz 

Pernah mendengar istilah keren ini? Hehe, kayaknya kalo kalian mencari di dalam KBBI, kalian nggak akan menemukan pengertian utuh dari istilah Banci Foto ini, palingan nemu satu persatu, istilah banci dan Foto, selebihnya kagak bakalan nemu *songong tingkat dewa*
Saya (dulunya meski sekarang masih agak) sangat suka difoto, banget malah. Apalagi zaman-zaman masih pake camdig pocket gitu, duh narsisnya nggak ketulungan sumpah. Hari ini saya sengaja membuka kembali foto-foto saya dari sekian abad yang lalu (please Rian, lebay jangan kebangetan) kemudian saya menemukan foto-foto yang aduh saya sendiri malah malu pake banget melihat sekian banyak foto-foto itu. Saya nggak bakalan berani majang itu foto di jejaring sosial setelah umur seperempat abad gini. Beneran. Banyak banget foto yang alay super parah. Fiuhhh, ternyata saya pernah alay juga, bro *tutupin muka pake selimut*
Ini bermula dari kerjaan saya dan Renat pas malam tahun baru. Kerjaan kami berdua malam itu adalah mantengin foto-foto di laptop Renat. Mulai dari kedua orangtuanya, kakaknya, saudaranya, neneknya, kakeknya, teman-temannya,  foto-foto pas dia pertama kali di Indonesia dan seabrek foto yang lainnya. Maklum, libur, Bro, waktunya malas-malasan di kamar. Saya baru sadar ternyata Renat juga sangat suka dengan yang namanya foto, meski koleksi foto saya jauh lebih banyak ketimbang dia *mulai sombong kemudian dilempar DSLR*. Renat lebih suka video ketimbang gambar, saking sukanya, gue naik motor aja direkam. Kami berdua kadang ketawa ngakak pas melihat aneka pose foto dan video yang ada di laptop Renat.
Setelah puas melihat foto, timbul satu pertanyaan yang kemudian membuat saya merenung pake lama banget, saking lamanya, gue sampe ketiduran (emang dasar tukang tidur). Jadi begini, Renat bukan tipe orang yang suka share foto-foto. Coba aja lihat FB Renat, nggak bakalan nemu foto selain foto profile yang sudah sekian abad kagak diganti, palingan foto dari temannya yang sengaja nge-tag dia. Selebihnya nggak ada foto-foto dia. Itu keren. Lah gue? Duh, foto saya di facebook itu ribuannn, saya ulangi, ribuaaannn, ada kali lima ribuan lebih. Kok bisa ini orang kagak share foto-foto di jejaring sosial? Kenapa saya nggak bisa menahan diri seperti Renat? Saya itu bawaannya pengen jingkrak-jingkrak kalo pas punya foto yang kebetulan bagus (menurut gue haha) meski sebenarnya akhir-akhir ini saya lebih suka share foto yang berbau alam *ghaib* mendadak horror*.
Berdasarkan obrolan dengan Renat yang tidak suka foto-fotonya dipajang di jejaring sosial atau tempat yang lain. Akhirnya saya mikir lama. Setelah mikir lama, akhirnya saya memutuskan untuk menghapus foto-foto di facebook. Iya, hari ini kerjaan saya adalah menghapus ribuan foto yang sudah saya share di facebook, baik yang sendirian, maupun bersama orang lain. Baik foto jalan-jalan ataupun foto alay. Saya hapus semua. Tersisa foto-foto yang pernah dijadikan foto profile, cover, dan beberapa foto yang saya share melalui mobile yang kayaknya kudu dihapus satu persatu dan itu butuh waktu lama. Fiuh,, lama loh saya menghapus seabrek album foto yang ada di facebook. Kenapa saya memilih untuk menghapus? Biarlah foto-foto itu saya simpan sendiri saja.
Ini bukan berarti saya akan langsung berhenti share foto, nggak, belum ada rencana sejauh itu. Paling sekarang lebih suka share foto-foto hasil jepretan yang berupa pantai, hutan, hewan dsb dimana saya nggak ada di dalamnya. Walaupun ada sayanya, pastikan fotonya tidak saya sesali setelah sekian tahun yang akan datang. Nggak kayak kejadian hari ini, saya malu sendiri melihat banyaknya foto-foto super nggak enak dilihat.
Pernah suatu ketika, lagi makan di salah satu Mall (jiahhh Gaya, mahasiswa makannya di Mall *sekali doangggg*) di Malang, saya dan kawan-kawan asik ngobrol, kemudian Renat nyeletuk setelah melihat sekelompok muda-mudi yang makan bareng, dimana masing-masing dari mereka sibuk selfie, kemudian motret makanan dan kegiatan foto bareng lainnya. Renat bilang, “pasti setelah makan mereka bakalan share foto-fotonya di jejaring sosial”, duh, saya pernah kayak gitu. Itu nohok banget, meski sekarang sebenarnya masih suka motret makanan, tapi tidak separah dulu. Dan saya nggak suka selfie *mendadak galau melihat foto di instagram yang ternyata ada beberapa foto selfienya*. Tuh, kan. Ternyata selama ini saya itu masih belum sepenuhnya move on dari kebiasaan jadi banci foto ini.
Saya menyadari, kita boleh kok share foto, asal jangan kelewatan sharenya. Apa-apa di share. Saya sudah mengalami masa-masa itu, dan berharap bisa lebih dewasa lagi dalam memilah mana foto yang memang layak untuk dibagi, mana foto yang memang harusnya hanya menjadi konsumsi sendiri, bukan konsumsi publik.
Saya memang sudah mulai mengurangi kebiasaan akut saya yang terlalu hembreng sendiri tentang masalah share foto ini. Sekarang saya memilih share di blog saja, yang lebih terbatas, karena palingan hanya beberapa foto saja yang dipajang, jarang sampai banyak dalam satu postingan, dan terlihat lebih nyaman pas dilihat. Saya obrak-abrik foto-foto di blog masih aman, nggak ada yang bikin dahi saya berkerut karena melihatnya. Sepertinya foto-foto di blog masih dalam tahap aman dan biasa saja.
Ya sudahlah, ya, udah terlanjur juga. Setidaknya sekarang dikasih waktu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang mungkin tidak seharusnya dilakukan. Kayak pas lagi ngumpul ama temen, ya jangan pada sibuk masing-masing ama HP. Saya dan teman-teman saya udah jarang ngurusin HP kalo pas lagi ngumpul bareng, lebih suka ngobrol. Kalo pas jalan-jalan juga, HP kadang disimpen di kamar, biar fokus liburan. Well, semua orang punya pendapat sendiri-sendiri. Selamat malam dan salam TAMPAN *capslockON*

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat bermalam selama kamu berada di Batu. Saya jamin, tempa

16 Website Belajar Bahasa Arab Online

Saat ini, rasanya mau belajar apapun terasa lebih mudah. Saya termasuk orang yang suka belajar otodidak. Saya belajar bahasa Inggris otodidak. Pernah ikut les beberapa kali dan masih merasa tidak begitu memberi dampak pada kemampuan saya dalam berbahasa Inggris, saya merasa lebih nyambung ketika belajar bahasa Inggris secara online, memanfaatkan beberapa situs yang cukup membantu saya dalam mempelajari bahasa Inggris. Selain bahasa Inggris, saya juga belajar bahasa Rusia dan juga bahasa Arab. Semuanya otodidak. Nah, jika kita mau memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini, belajar bahasa memang menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Kali ini kita akan membahas bahasa Arab. Bahasa Arab menjadi salah satu bahasa yang sangat ingin saya kuasai, makanya saya berusaha belajar sebaik dan seefektif mungkin. Bahasa Arab menjadi penting bagi umat Islam karena bahasa Arab yang digunakan oleh dua sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Ketika seorang muslim menguasai bahasa Arab, m

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.