Hamzah dan saya
8 Desember 2014
Sepekan terakhir saya cukup sibuk
dengan seabrek tugas yang nggak berhenti-berhenti, ditambah ada kesalahan dalam
salah satu makalah saya karena ternyata makalah yang saya buat salah judul dan
tentu saja salah isi. Rencana untuk santai akhir pekan kali ini gagal, karena
saya harus menulis dari awal lagi. Jadi untuk meluangkan waktu menemani sahabat
saya, Hamzah yang akan kembali ke Libia cukup susah. Karena dia sudah
menyelesaikan studi masternya di UIN Malang, jadi dia akan kembali ke
negaranya. Sedih? Aih jangan ditanya, ya. Kadang kita merasa betapa berartinya
orang-orang yang ada di sekitar kita justru saat perpisahan di depan mata,
meski sebenarnya masih tetap bisa komunikasi dengan skype dan berbagai macam
aplikasi lainnya.
Hari Kamis yang lalu, saya dan Hamzah
pergi ke kantor imigrasi, perpanjang masa tinggal dia selama 14 hari sebelum
kembali ke Libia. Pas menuju Kantor Imigrasi, hujan lebat, untung sudah dekat,
jadi masih aman dari basah kuyup. Setelah sampai dan mengurus semuanya, hujan
masih lebat banget, saya lupa bawa jas hujan, sementara Hamzah sengaja bawa jas
hujan di dalam tasnya, jadilah agenda selanjutnya adalah nunggu hujan reda,
kali aja segera berhenti. Dan taraaaa, hujan nggak kunjung berhenti. Hamzah
nyodorin uang 100.000, untuk beli jas hujan, keukeuhhh maksa biar saya beli,
katanya ini hadiah, haha. Saya sudah bilang nggak apa-apa, saya sudah punya di
kosan dan nggak apa-apa juga kalo basah, tapi bukan Hamzah namanya kalo nggak
berhasil memaksa saya untuk beli jas hujan. Akhirnya beli jas hujan dan kami
melanjutkan perjalanan ke salah satu tempat jualan tiket, untuk membeli tiket
dari Jakarta ke Kairo.
Saat membeli tiket, masalah terjadi,
semua dokumen milik Hamzah sedang berada di Imigrasi, dia nggak punya identitas
apapun, nggak punya foto kopi sama sekali, jadi ketika ditanya nama lengkap
(dalam tulisan latin) dia bingung, masa berlaku passport dsb nya tambah bingung
haha, akhirnya nggak jadi, besok disuruh datang dengan membawa identitas diri
biar mudah pemesanan tiketnya.
Hujan masih deras banget, kami ke
Kampus Pusat, shalat ashar disana, istirahat sejenak dan perjalanan dilanjutkan
keeseokan harinya setelah shalat jumat. Habis jumatan di masjid kampus Pasca
sarjana, kami pergi ke Bank BNI untuk ngambil duit dalam dolar, lagi-lagi
terjadi masalah karena dia masih nggak punya identitas, karena semua identitas
masih di Imigrasi dan baru bisa diambil habis ashar. Hamzah hanya punya buku
Bank. Akhirnya, setelah ditanya macam-macam, dan saya berusaha menerjemahkan
semuanya ke dalam Bahasa Arab, urusan pun selesai. Kami bisa ambil duit. Fiuh,,
akhirnya setelah hujan-hujanan dapat juga duitnya.
Setelah itu, kami kembali ke
penjualan tiket, Hamzah baru inget kalo ternyata dia punya file foto copian
passport, jadi bisa buat beli tiket karena identitasnya sudah jelas. Saat mau
bayar, kirain mereka minta dolar, ternyata mintanya rupiah, padahal kemarin
bilangnya dolar, Hamzah sudah ngambil $
500 untuk bayar tiket. Hujan masih deras banget, akhirnya ke money changer,
nukar duit dolar ke rupiah biar bisa beli tiket. Hikzz. Dinginnya udah nggak
nahan. Setelah selesai nukar duit, selanjutnya kembali ke penjualan tiket,
dapat tiket dan kabur untuk mengambil passport dan lain sebagainya dan taraaaaa
ternyata sudah tutup hahahaha, hancur sudah rencana. Saya cuma nyengir melihat
Hamzah yang terlihat lelah. Udah hujan-hujanan malah nggak bisa ngambil karena
sudah tutup. Padahal kemarin bilangnya habis ashar.
Karena sudah capek, lapar, dingin
pula, akhirnya kami berhenti makan di rumah makan khas Arab. Hamzah pesan kabsa
dua porsi, satu porsinya 45.000, Bro haha, ampun dah, mahal. Hamzah memang suka
makan disini, dalam sebulan bisa 3 kali dia makan disini. Dia sering bilang,
kamu harus ikut makan di rumah makan Arab sebelum saya kembali ke Libia. Well,
akhirnya kesampaian juga, meski sebelumnya saya sudah beberapa kali makan di
rumah makan khas Arab bersama teman-teman timur tengah yang lain.
Sambil makan, cerita ngalor ngidul,
tertawa, berusaha mengingat kembali awal-awal kenal dulu, berusaha untuk tetap
berjanji menjalin komunikasi yang baik, dan saling mendoakan semoga semua tetap
sehat. Hamzah akan melanjutkan S3 di Mesir, meski belum tahu kapan. Rencana dia
seperti itu.
Hamzah termasuk orang yang sangat
rajin dan cerdas. Dia sudah menyelesaikan S2-nya di Madinah International
University kalo nggak salah, kemudian mengambil S2 lagi di UIN Malang. Keren,
kan? Saya aja udah ngos-ngosan kuliah S2, dia malah udah dua kali S2.
Setelah selesai makan, selanjutnya
adalah mencari hadiah buat keluarganya di Libia. Kami pergi ke Batu, sementara
hujan masih mengguyur malam yang dingin. Setelah selesai, selanjutnya adalah
membeli koper segede gajah, haha, belinya di Plaza Batu. Dan akhirnya pulang
istirahat.
Minggu, 7 Desember 2014
Dari habis ashar saya sudah di
telepon oleh Hamzah, nyuruh ke rumahnya, kebetulan rumah kontrakannya tidak
jauh dari kosan saya. Katanya malam ini perpisahan dengan sahabat-sahabatnya. Jadilah
saya pergi ke rumahnya meski hujan deras banget. Kami ngobrol, kemudian memesan
hotel tempat tinggal dia selama di Jakarta, karena penerbangan dari Jakarta
adalah hari Kamis, sementara Senin besok dia sudah terbang ke Jakarta karena
ada hal yang harus diurus di kedutaan Mesir yang ada di Jakarta. Andai saya
bisa ke Jakarta, tentu saja dia bisa tinggal bareng saya di rumah Mami.
Habis isya, teman-teman dari Libia
datang, rumah jadi sumpek tapi seru meski saya hanya satu-satunya orang
Indonesia yang nyumpel disana, haha. Hamzah memahami, kalo saya tidak mengerti
lahjah Libia. Saya hanya bisa memahami bahasa Arab fashohah. Jadi dia sengaja
berbicara dengan temannya dengan Bahasa Arab fashohah, agar saya nggak jadi
kambing congek di kerumunan anak-anak Libia. Sampai jam 10 malam masih pada
ngumpul, malah makin rame. Mata saya sudah ngantuk banget, akhirnya saya pamit
ke teman-teman, karena besok ada kuliah pagi, jam 07.00 pagi.
Nah, di momen ini nih yang rada-rada
sedih, ketika Hamzah bilang,
“Terimakasih sudah menjadi sahabat
yang baik, saya akan menghubungimu ketika sampai di Libia.” *tissue mana tissue*
Pertemanan saya dengan Hamzah memang
baru 3 bulan, karena memang saya baru kurang lebih tiga bulan di Malang. Meski demikian,
kami akrab, saling bantu sama lain. Maklum, bahasa Arab saya ancur-ancuran pas
pertama kesini dulu. Sekarang sudah tidak ada masalah berbincang dengan mereka,
sudah nyambung, meski kadang ada kata-kata yang tidak saya pahami. Intinya, Hamzah
adalah sahabat yang baik. Ada banyak cerita lucu, seperti saat beli kemeja, dan
dianya mau kemeja yang sama persis seperti yang saya pakai, jadilah
hujan-hujanan ke pusat Eiger yang ada di Malang dan ternyata kosong. Karena tidak
dapat, akhirnya lari ke Matahari, dan saya memberikan pilihan-pilihan kemeja
gaul anak muda, maklum saya kan masih tujuh belas tahun *umpetin KTP ke kolong
meja*. Saya dan Hamzah beda selera, akhirnya gagal beli kemeja karena banyakan
mikirnya haha, dan masih banyak lagi hal yang kami lakukan.
Senin, 8 Desember 2014
Pagi ini, saya kewalahan, karena Whatsapp
saya off, kan, pas buka WA sudah jam 6 lebih, ada pemberitahuan bahwa dosen
minta masuk jam 06.30 pagi, sementara saya masih di dunia antah berantah dengan
pakaian acak adut. Haha. Buru-buru mandi, kemudian pergi ke kampus.
Andai saja tidak ada kuliah hari ini,
tentu saja saya bisa pergi ke airport nganterin Hamzah, karena lagi-lagi
kendala bahasa memang menjadi momok buat dia, meski sudah setahun setengah di
Indonesia. Dia masih sangat membutuhkan seseorang yang bisa membantunya
berkomunikasi dengan orang yang tidak mengerti bahasa Arab. Apa mau dikata,
saya kudu kuliah.
Saat jam istirahat, pukul 09.15 saya
kabur ke kontrakannya bertepatan dengan taxi yang baru datang. Hamzah lagi
masukin barang-barang ke dalam taxi dan tersenyum.
“Rayyan, kaifahaluk?” sapanya.
Saya bantuin dia masukin barang ke
dalam taxi, kemudian saatnya foto bersama, haha. Sejak awal saya cuma punya
foto dia pas lagi makan di rumah makan Arab, belum pernah punya foto berdua. Supir
taxinya berusaha motret pakai DSLR saya dan gagal untuk beberapa waktu, haha. Setelah
saya ajarin pelan-pelan, akhirnya bisa, jadilah punya satu foto kenangan
kebersamaan, satu-satunya foto pula. Fiuh.
Hamzah berangkat dan saya kembali ke
kampus karena masih ada kuliah.
Sahabat adalah orang yang akan selalu
berusaha membantumu, meski yang lain enggan untuk mengulurkan bantuan ketika
engkau sedang lelah tak berdaya. Dia adalah seseorang yang akan selalu berusaha
membawamu menuju jalan yang diridhai Tuhan. Sahabat adalah dia yang senantiasa
berusaha membuatmu memahami bahwa perjuangan itu adalah sebuah keniscayaan,
masalah hasil serahkan saja sepenuhnya kepada Yang Mahakuasa. Sahabat adalah
orang yang selalu berupaya berjalan beriringan bersamamu, meski langkahmu
tertatih.
Sampai berjumpa lagi, Hamzah, semoga
Allah selalu meridhai-Mu. Amin.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan