16 Desember 2014
Setiap orang pasti memiliki konsep
bahagia tersendiri, sesederhana apapun itu. Saya pun demikian, konsep bahagia
bagi saya adalah ketika apa yang saya jalani sesuai dengan kata hati saya, saya
tidak ingin menjalani sesuatu yang jelas-jelas tidak klik dengan hati saya,
karena sesungguhnya membincangi hati adalah cara termudah mencari kedamaian,
bukan?
Waktu terus berlalu, perjalanan ini
pun semakin jauh, kadang saya harus berhenti sejenak, menoleh ke belakang,
melihat orang-orang yang mungkin saja sedang berdiri tegak di belakang sana,
menunggu saya menoleh dan tersenyum kepada mereka. Kadang saya harus bergegas,
mengejar ketertinggalan, mengejar mimpi-mimpi yang tercatat rapi di buku harian
saya. Pun kadang saya harus mundur sejenak, menyiapkan langkah untuk melompat
lebih tinggi dan berlari lebih kencang dari biasanya. Begitulah hidup, bukan?
Detik demi detik yang kita lalui
tidak akan pernah bisa kita ulangi. Kita tidak akan pernah berada pada waktu yang sama di masa lalu. Itulah
masa lalu, sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali di hadapan
murid-muridnya, bahwa yang paling jauh dari kita adalah masa lalu. Sehebat apapun
kita, tidak akan pernah bisa kembali ke masa yang telah terlewati. Oleh karena
itu, maka sepatutnya kita bersyukur di setiap waktu, dengan cara menjalani
kesempatan yang telah Tuhan berikan sesuai dengan apa-apa yang menjadi
ketentuan-Nya.
Kalian tahu, saat menulis ini saya
sedang tersenyum bahagia, karena tersenyum adalah bagian dari tanda bahagia
dalam menjalani hidup. Saya tersenyum saat sedang bersama-sama dengan
orang-orang baru yang sekarang menjadi sahabat-sahabat saya, saya tersenyum
saat kahangatan begitu terasa saat bersama dengan sahabat-sahabat yang
akhir-akhir ini menjadi bagian dari hidup saya.
Tidak terasa, waktu berlalu begitu
cepat, kawan. Satu semester telah kita lalui bersama, ada banyak kisah yang
sudah kita lalui dan saya kembali tersenyum bahagia, ketika kita diberi
kesempatan untuk berada di kelas yang sama di masa-masa yang akan datang. Kita akan
tetap berada di dalam satu kelas yang sama, dengan tenaga pengajar yang berbeda
dari semester sebelumnya.
Hey, pekan depan kita sudah ujian,
kawan, are you ready to pass the test? Saya masih ingat dengan baik,
kita menghabiskan waktu sedemikian banyak untuk menggeluti tumpukan literatur yang
membuat kita seakan kekurangan waktu mengerjakan tugas yang tak kunjung usai. Saya
masih ingat saat kita berburu buku yang begitu susah mendapatkannya, kemudian
tersenyum bahagia saat buku yang kita cari akhirnya bisa kita miliki meski
dengan harga yang menguras kantong kita sebagai mahasiswa.
Ternyata, konsep bahagia itu cukup
sederhana, kawan, berada di dekat orang-orang yang bisa membuat kita tersenyum
itu adalah wujud dari bahagia. Tidak perlu muluk-muluk. Nyatanya kalian tetap
bisa membuat saya tersenyum, meski kadang dalam suasana diskusi kita saling adu
argumen, tidak jarang keluar ucapan yang kadang menyakitkan, kemudian kita
belajar bagaimana berdiskusi yang baik, bagaimana merespon komentar dengan
baik, dan bagaimana memberi masukan dengan cara yang baik. We did it, bro.
Pekan ini kita foto-foto bareng
dengan dosen-dosen yang sudah bersama kita sejak awal semester. Ada banyak
kesan yang kita rasakan, bukan? Dan kita tersenyum damai, saat para dosen
begitu mengidolakan kelas kita, the best class ever. Oh well, mungkin
karena mulut kita yang tidak bisa berhenti saat diskusi sedang berlangsung. Kadang
kita sering lupa waktu ketika sedang asik saling adu argumen, namun justru itu
yang membuat kelas kita hidup, kawan, And I tried to do my best.
Tuhan selalu mempunyai cara
tersendiri untuk membuat kita bahagia. Orang-orang yang ada di dekat kita tidak
datang begitu saja, mereka hadir di dalam kehidupan kita for a reason. Kita
diberi kesempatan untuk berada di suatu tempat tentu dengan alasan tertentu. Maka
sepantasnyalah kita berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap kesempatan
yang kita miliki. Karena hakikatnya hidup adalah bisa menjalani kehidupan
bersama dengan orang-orang yang ada di sekeliling kita, bersosialisasi, saling mengerti
satu sama lain, hingga terwujud sebuah tatanan kehidupan yang bermartabat.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan