Skip to main content

Pantai Goa Cina


17 November 2014
Halo, selamat pagi semuanya,
Ini sudah hari Senin lagi, bro, bangunnn, saatnya kuliah pagi (kucek-kucek mata yang masih mengantuk). Well, pagi ini saya mau cerita tentang kegiatan saya dan beberapa teman sekelas di hari Minggu kemarin. Baiklah, ini semacam tulisan tukang rusuh yang sengaja mengajak orang biar merasakan bahagianya kebersamaan yang saya rasakan kemarin. Entahlah, selalu ada bahagia yang menyeruak tiap kali berada di tengah-tengah sahabat-sahabat terkasih.
Kemarin, setelah sebelumnya sibuk dengan tugas (lagi-lagi tugas, bro, kapan berakhirnya ini #drama), saya dan 10 orang teman akhirnya memutuskan untuk pergi jalan-jalan. Sebenarnya ide ini sudah lama, tapi nggak kunjung direalisasikan dengan alasan kesibukan. Jalan-jalan ini juga lebih tepatnya karena saya yang menjadi virus alias tukang provokasi karena pekan sebelumnya saya pergi jalan-jalan dan mereka melihat foto-foto yang saya share di jejaring sosial, jadilah semangat untuk jalan-jalan menjadi berlebih. Jadi saya ini semacam virus, tapi in a good way, lol.
Tujuan kami kali ini adalah pantai Goa Cina, kurang lebih 3 jam dari Malang Kota, lama? Oh tidak, karena berangkatnya rame-rame, ada teman yang bawa mobil, kemudian satu lagi nyewa mobil buat sehari. Perjalanan menuju sana aman-aman saja pada awalnya, tapi menjadi tidak aman karena ada karnaval pas sudah dekat dengan lokasi dan kami harus berbalik arah dan melalui jalan kecil alias masuk ke kampung-kampung demi menghindari keramaian dan kami nyasar, bro. iya, nyasar. Ah, tapi sebenarnya ini bukan nyasar, semacam bonus jalan-jalan saja #lapkeringat. Seperti yang saya bilang di awal, perjalanan ini menyenangkan meski harus nanya sana-sini karena buta arah, namun selalu ada sahabat yang selalu menjadi teman setia untuk berbagi cerita selama perjalanan, tertawa, makan (jangan ditanya siapa yang paling banyak makan camilan), dan melakukan aneka ragam hal kocak saat di perjalanan.
Dzhuhur sudah tiba, (pengennya libur telah tiba sebenarnya #dijitakDosen), kami baru sampai lokasi pantai Goa Cina, pantainya masih terlihat alami, karena jalanan menuju ke pantai masih jalan ancur-ancuran alias belum diaspal mulus. Meski demikian, tetap saja ramai pengunjung yang datang. Setelah shalat dan dandan alias pakai sunblock haha, saya menjalankan sebuah rutinitas kalo jalan-jalan, 15 menit pertama adalah foto-foto pemandangan sekitar, selanjutnya adalah mandiiiii, iya, kalo ke pantai kemudian kagak mandi, fiuhh, garing, jendral.
Yang lain masih di pinggir, saya sudah kayak lepas control, semacam baru lepas dari rumah tahanan, merasakan kebebasan yang sedemikian rupa, tidur-tiduran di pasir, guling-guling, sementara yang lain masih di pinggir menikmati aneka camilan yang dibawa oleh teman-teman. Beberapa saat kemudian barulah rame-rame mandi, maen bola, melempar bola sejauh mungkin ke tengah dan bolanya selalu kembali ke pinggir, kejar-kejaran, lempar-lemparan air, maenin pasir dan tentu saja foto-foto bareng. Jarang-jarang kami bisa jalan bareng kayak begini. Meski formasi kali ini belum lengkap, karena hanya 11 orang yang ikut dari 21 teman di kelas, tapi tidak mengurangi kebahagiaan kami tentunya.
Setelah dirasa puas mandi, saatnya bakar-bakar jagung. Sebelum berangkat, teman sudah ke pasar, membeli jagung lengkap dengan keperluan untuk bikin jagung bakar. Semua duduk melingkar di perapian, menunggu dengan was-was jagung yang sedang dibakar hahaha. Dan saat jagung sudah siap untuk disantap, semua menikmati jagung bakar ala kami tentunya, dengan kreasi tersendiri. Tolong jangan tanya berapa banyak saya makan jagung bakarnya, ya, saya malu menyebutnya *iket perut pake tali*
Setelah makan jagung bakar, tahap selanjutnya adalah beli ikan segar, kemudian dibakar. Iya, jalan-jalan kali ini nggak jauh-jauh dari makan, makan, dan makan haha. Saya lebih banyak menjadi penonton dan tukang makan, ketimbang bantuin bakar-bakar ikan. Maklum, lingkaran perut saya sekarang lagi keren, jadi nggak takut makan banyak, secara udah kecil nih perut #curcol.
Setelah selesai makan ikan bakar, hujan turun, pas banget kami sudah mandi, sudah kenyang, sudah menjalani kebersamaan dengan bahagia, dan sekarang saatnya mandi. Sambil antri mandi, ngobrol ngalor ngidul, ngomongin masalah kuliah dan lain-lain. Setelah semua selesai mandi, saatnya foto-foto (lagi) dengan penampilan yang berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya foto pas saat basah-basahan, sekarang foto dengan pakaian rapi karena akan melanjutkan perjalanan ke Masjid Turen alias Masjid Tiban.
Di dalam perjalanan menuju Masjid Turen, saya tidur karena merasa lelah. Dinginnya malam membuat saya tidur nyenyak. Setelah menempuh perjalanan cukup lama, sampai juga di masjid Turen, dan jam sudah menunjukkan pukul 19.30, sudah mulai larut. Suasana di masjid Turen masih rame, sayang banget berkunjungnya pas malam, nggak bisa melihat warna masjidnya yang keren kalo siang hari. Maybe next time I will visit this mosque again, Insha Allah.
Kami berjalan dari lantai satu ke lantai selanjutnya, foto-foto, dan ada raut bahagia yang luar biasa, meski sebenarnya kami sudah merasa kelelahan. Setiap kali ada momen foto bareng, terlihat wajah-wajah yang sumringah, kami bahagia menjalani kebersaaan kali ini. Setelah dirasa cukup, akhirnya kami memutuskan untuk mencari makan. Kami mampir di salah satu warung makan, makan bareng-bareng, saling usil satu sama lain dan gelak tawa kami menunjukkan bahwa ada cinta yang terjalin dalam kebersamaan kami. Ya, kami mengenal satu sama lain baru dua bulan terakhir dan kebahagiaan kami begitu terasa, kedekatan satu sama lain terjaga dengan baik, saling pengertian dan inilah sebenarnya yang membuat saya betah menghabiskan akhir pekan bersama mereka semua.
Semoga kebersamaan ini akan selalu ada hingga nanti. Selamat menjalani aktifitas di hari Senin, kawan, semangat dengan tugas yang siap menyapa. 

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...