Selasa 30 September 2014
Derap langkah ribuan mahasiswa
semakin cepat, aula di Lantai 5 gedung rektorat telah disesaki oleh ribuan
mahasiswa yang hadir. Kursi-kursi yang sudah tersusun rapih, terpaksa harus
ditata ulang, karena banyak mahasiswa yang tidak mendapatkan tempat duduk. Antusias
menghadiri kuliah tamu malam ini cukup luar biasa. Kali ini, dalam rangka
memberi semangat kepada mahasiswa agar semakin cinta pada Al Quran, kampus
mengundang KH. Muammar ZA yang tidak lain adalah seorang Qori Internasional. Keahlian
beliau dalam melantunkan ayat-ayat suci sudah tidak diragukan lagi.
Saya duduk di barisan tengah, sambil
mengikuti rangkaian acara yang dimulai dengan pembukaan, pembacaan kalam Ilahi,
menyanyikan Mars Hai’ah Tahfidz Qurany (HTQ) UIN, kemudian dilanjutkan dengan
menyanyikan Mars Ma’had Sunan Ampel Al ‘Aly, dan parade qori’ dan qori’ah UIN
Malang. Setelah itu, barulah giliran KH. Muammar ZA yang memberikan motivasi
kepada kami. Ada air mata yang menetes, saya menangis melihat begitu besar
antusias mahasiswa menghadiri kegiatan ini.
Sejak di UIN, saya melihat antusias
mahasiswa dalam menghafal Al Quran cukup baik. Saya sekarang menjadi anggota Hai’ah
Tahfidz Qurany, sengaja mendaftarkan diri agar bisa mengulang kembali hafalan
di hadapan seorang Guru yang kompeten di bidangnya. Berada di lingkungan UIN
Malang, saya menemukan lingkungan teduh dan menenangkan. Saya betah
berlama-lama di masjid Tarbiyah, belajar, menghafal ayat-ayat Allah hingga
larut, bahkan kadang saya terlelap di masjid hingga menjelang subuh.
Di UIN Malang, saya menemukan lagi
komunitas orang-orang yang sama-sama berjuang dalam menghafal ayat-ayat Allah
yang sejak beberapa tahun belakangan hilang dari kehidupan saya. Bahkan,
suasana seperti ini, tidak pernah saya dapatkan waktu kuliah sarjana di
Jakarta. Saya merasa tidak salah dalam memilih UIN Malang sebagai tempat saya
melanjutkan jenjang pendidikan Pasca sarjana.
Ada banyak air mata yang tumpah, saat
mendengar Sang Qori melantunkan ayat-ayat Allah, saya menangis terisak,
berulang kali menghapus air mata yang berkali-kali membasahi pipi. Saya menangis
haru, sambil merapal doa kepada Tuhan yang Mahakuasa, semoga saya termasuk
hamba-Nya yang selalu menjadikan Al Quran sebagai panduan hidup. Saya tidak
beranjak dari tempat duduk, mendengarkan lantunan indah dari Sang Qori hingga
selesai. Jarum jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 22.30, acara pun
usai. Diakhiri dengan tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin yang terkesima
dengan lantunan dan rangkaian motivasi bagi kami agar memiliki keseriusan dalam
mempelajari Al Quran.
Saat ini, saya sedang berusaha
mencari tempat tinggal yang dekat dengan Kampus Pusat UIN Malang, karena ingin
merasakan suasana pesantren yang begitu menenangkan. Saya tidak nyaman di
tempat kosan yang sebelumnya, karena sepi dari dunia akademik, dan saya merasa
tidak bisa berkembang. Sedangkan setiap hari saya hampir selalu pergi ke
Perpustakaan Kampus Pusat untuk membaca sekian banyak literatur yang ada. Saya rasa,
keputusan saya untuk mencari tempat tinggal di sekitar UIN pusat adalah
keputusan yang tepat.
Membumikan Al Quran di Kampus menjadi
sebuah slogan yang berhasil memupuk semangat dalam diri saya untuk terus
berusaha menghafal ayat-ayat-Nya. Meski kesibukan kuliah yang cukup menyita
waktu, nyatanya ada banyak mahasiswa yang mengikuti Hai’ah Tahfidz Qurany UIN
Malang, sebuah wadah bagi mahasiswa yang ingin menjadi orang-orang yang
menghafal Al Quran. Saat pendaftaran dibuka, sekian banyak mahasiswa yang antri
untuk mengikuti seleksi masuk ke dalam HTQ ini, dan ini menunjukkan bahwa animo
dari para mahasiswa yang ada di lingkungan UIN Malang cukup tinggi dalam
menghafal Al Quran. Tentu ini adalah sebuah kebanggaan, dimana sebuah
Universitas menyediakan wadah yang sedemikian baiknya bagi mahasiswanya untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT melalui Al Quran.
UIN Malang merupakan Universitas
Islam Negeri yang menyatukan pola pendidikan pesantren dan dunia Akademis
Kampus. Dari sekian puluh ribu pendaftar yang ingin menjadi bagian dari UIN
Malang, hanya 3000-an yang diterima setiap tahunnya, menyesuaikan dengan
kafasitas asrama yang hanya cukup menampung kurang lebih 3000-an mahasiswa.
Setiap hari, saya melihat mahasiswa
menyandang kitab suci, duduk di berbagai macam penjuru kampus, mencoba untuk
hanyut dalam ayat-ayat Allah SWT. Inilah wujud keseriusan mereka meraih cinta
Allah SWT melalui Al Quran. Pun demikian dengan saya, saya menemukan kedamaian
di UIN Malang, saya menemukan rumah hati di kampus Ulul Al Bab ini. Saya jatuh
cinta, sejak pertama kali menjejakkan kaki di kampus ini. Semoga Allah
memberikan saya kemantapan hati untuk menghafal Ayat-ayatNya, semoga anak-anak
kita kelak menjadi anak-anak yang senantiasa dekat dengan Al Quran, menjadi
generasi Qurany. Amin.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan