Foto bersama pengurus masjid dan panitia amaliah Ramadhan
17 Agustus 2014
Setelah mengikuti tes masuk
pascasarjana UIN Malang, saya kembali ke Purwokerto, kembali ke sekolah,
bertemu dengan anak-anak, bertemu dengan para santri di Pesantren Mahasiswa
Masjid Fatimatuzzahrah, bertemu para jamaah Mafaza dan tentu saja kembali
menikmati lezatnya sajian mendoan yang dibuat khusus oleh Bu Darmaji, seorang
Ibu yang sejak satu tahun terakhir begitu dekat dengan kami yang merupakan
anak-anak masjid. Beliau selalu bangga melihat kebersamaan kami.
Ada rasa bahagia bisa kembali ke Kota
Satria ini, mengulang kenang tiga tahun kebersamaan. Ada banyak kisah yang
tidak bisa dikisahkan, ada banyak tawa yang tidak bisa diruntut, ada banyak air
mata yang tidak bisa dibagi, semua menyatu menjadi satu kesatuan, membentuk
satu kisah bahagia. Saya bahagia, bisa berada di lingkungan yang begitu baik, lingkungan
yang membuat saya semakin bisa mengembangkan diri.
Hari ini, tepat 25 tahun umur saya,
sudah seperempat usia, namun belum banyak yang bisa saya lakukan. Bisa dibilang,
tahun ini begitu berkesan bagi saya. Saat saya mulai membuka diri untuk berbaur
dengan masyarakat sekitar, membina para santri, dan berusaha menjadi pembicara
di berbagai tempat, saya dapat merasakan bahagia yang meluap-luap. Rasa takut
yang dulu sering menghampiri, kini perlahan mulai terkikis. Nervous yang kerap kali datang, kini
mulai berubah menjadi semangat. Semua itu tidak lepas dari para asatidz yang
selama ini ada di sekitar saya.
Tahun ini merupakan tahun yang begitu
berkesan bagi saya. Saya banyak menghadapi cobaan-cobaan berat, namun Allah
juga memberi ganjaran bahagia yang berlimpah. Di awal tahun lalu, Allah memberi
hadiah yang sangat saya damba sejak lama, adik perempuan saya sekarang sudah
berhijab. Tidak mudah membuatnya mau memakai hijab. Karena memang kita tidak
bisa memaksa orang-orang yang ada di sekitar kita untuk menjadi seperti yang
kita mau. Saya hanya bisa memberi arahan kepadanya, memberi motivasi, memberi
penjelasan-penjelasan logis akan kewajiban menutup aurat. Saya rajin membelikan
adik saya buku-buku tentang kewajiban menutup aurat, kami juga rajin berdiskusi
banyak hal, dan akhirnya Allah SWT. memberikan hidayah padanya untuk berhijab. Ada
tangis bahagia yang pecah saat pertama kali tahu dia memutuskan untuk berhijab.
Di tahun ini, saya kembali menulis,
karena memang ini adalah bagian dari diri saya. Menulis selalu membuat saya
bahagia, maka tidak ada alasan untuk berhenti menulis. Sebuah buku terbit di
awal tahun lalu, sebuah buku yang berkisah tentang Faris, seorang murid yang
mengalami cobaan hidup yang begitu berat. Saya menulis kisah kebersamaan dengannya,
saat menemaninya kembali berjuang untuk bisa berdiri tegak.
Di tahun ini juga, saya mulai dekat
dengan para santri di Mafaza. Kedekatan kami tidak hanya sekadar antara seorang
Ustadz dan Santri, tapi lebih dari itu, mereka adalah adik sekaligus sahabat
yang baik bagi saya. Ada banyak kisah bahagia kebersamaan kami. Dekat dengan mereka
ternyata banyak membuat dampak positif pada diri saya. Awalnya saya jarang
berinteraksi dengan mereka karena alasan kesibukan, setelah saya meluangkan
waktu untuk mereka, Allah memberi ganjaran bahagia berupa hangatnya kebersamaan
yang terjalin. Mereka begitu peduli akan saya. Saya masih ingat saat mereka
berbondong-bondong datang ke rumah sakit saat saya menjalani operasi beberapa
waktu lalu. Mereka meluangkan waktu mereka untuk menjaga saya secara
bergantian. Semoga Allah menjadikan mereka generasi muslim yang shaleh. Amin.
Ini ibu-ibu dan para akhwat PAR 2014
Hari ini juga bertepatan dengan halal
bihalal Panitia Amaliah Ramadhan Masjid Fatimatuzzahrah. Saya bertemu dengan
para jamaah masjid, saling memaafkan, menjalin ikatan silaturahmi dengan baik. Sedari
awal acara, saya mengukir senyum bahagia bisa berada di tengah-tengah mereka
semua. Sejak pertama berada di Masjid ini, saya menemukan bahagia yang tidak
pernah saya dapatkan sebelumnya. Saya bisa beribadah lebih baik sejak berada di
sini, bertemu dengan orang-orang shaleh. Setelah selesai acara, kami berfoto
bersama, mengukir kenangan kebersamaan kami. Semoga nanti, dimana pun kami
berada, kami akan mendapat ladang dakwah baru, dan tetap menjalin hubungan baik
satu sama lain.
Foto setelah maen bola pake sarung :)
Sore selepas ashar tadi, saya dan
para santri bermain bola kaki sambil memakai sarung. Jangan Tanya betapa
bahagianya kami. Canda tawa menemani permainan sore ini. Kami tidak peduli
siapa yang menang siapa yang kalah. Bisa bermain bersama saja sudah cukup
membuat kami bahagia. Setelah bermain, kami berfoto bersama lagi. Saya memang
suka mengabadikan kebersamaan kami. Karena bagi saya, foto-foto inilah yang
nantinya akan menjadi pengingat kebersamaan kami jika memang kami sudah tidak
lagi berada berdekatan. Cepat atau lambat, masing-masing dari kami akan
menempuh jalan tersendiri, dan semoga kami tetap menempuh jalan yang Allah
ridhai.
Pas maen bola bareng di depan masjid
Semakin hari, saya semakin menua,
semakin berkurang waktu saya di muka bumi ini. Semoga semakin hari, saya bisa
menjadi lebih baik lagi. Semoga saya semakin bisa mensyukuri hidup. Karena pada
hakikatnya kita tidak pernah menjalani hari yang sama, maka perlu adanya
syukur, setidaknya hari ini kita masih diberi kesempatan untuk hidup.
Hidup hanya sekali, maka menjadi
pribadi shaleh berlimpah manfaat tentu menjadi pilihan yang baik. Maka jangan
tunda untuk menjadi baik. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk terus
menjadi lebih baik lagi. Amin.
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan