Skip to main content

Semarang



Seharusnya postingan ini sudah berada di blog ini sejak sebulan yang lalu. Tapi lagi-lagi karena kesibukan yang luar biasa (baca: sok sibuk), membuat saya melupakan sejenak menulis di rumah kedua saya ini.

Awal bulan September yang lalu, saya berkesempatan pergi ke Semarang untuk yang pertama kalinya. Berhubung ini adalah tugas dinas, jadi tentu tidak ada waktu untuk jalan-jalan. Tapi bukan saya namanya kalo tidak nekad hehe. Tugas dinas dimulai pada hari Senin, 9 September 2013. Berhubung weekend saya tidak ada kegiatan, saya langsung kabur ke Semarang sore Sabtu, 7 Septembernya. Lumayan hari Minggunya bisa jalan-jalan.

Saya sudah menghubungi penginapan sehari sebelum keberangkatan. Sengaja booking penginapan yang lumayan bagus, karena selama ini selalu menginap di hostel yang super jauh dari kata bagus haha. Ya, harap maklum, mental backpacker abal-abal kayak saya ini kadang mengharamkan menginap di penginapan mahal. Mungkin di Semarang ini adalah hostel termahal yang pernah saya jadikan tempat nginap pas jalan-jalan.

Saya menginap di Imam Bonjol Hostel, yang berada di Jl. Imam Bonjol 177 B, Tlp. 02474039769. Ada banyak pilihan tipe kamar disana. Saya pilih satu kamar yang single bed. Mau pesan yang double bed kebanyakan, kan saya masih sendiri #modus.

Sampai di Semarang sudah pukul 1 malam. Saya sudah sukses tidur di sepanjang perjalanan dari Purwokerto menuju Semarang. Perjalanan malam hari terasa lebih nyaman, karena bisa tidur puas di dalam mobil. Setelah sampai di Hostel, saya langsung check in, kemudian meletakkan barang bawaan saya ke dalam kamar. Setelah itu saya ke Alfamart yang berada di depan hostel. Perut saya sudah teriak minta asupan gizi. Pas lagi asik makan roti bantal, ada dua orang penghuni hostel yang juga ikut nimbrung dengan saya di seberang Hostel. Mereka berdua dari Belanda.


Ada satu hal yang saya kagumi dari dua orang yang dari Belanda ini, mereka menawarkan sebatang rokok pada saya, kemudian saya menjawab bahwa saya tidak merokok. Kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya? Mereka berdua langsung mematikan rokoknya dan tidak mau merokok di hadapan saya. Keren, nggak tuh? Orang Indonesia mana ada kayak gitu. Mungkin ada, tapi saya belum pernah menjumpai yang demikian. Yang ada malah marah-marah kalo diingatkan untuk berhenti merokok di depan orang yang tidak merokok. Nggak Cuma sampai disitu, keesokan harinya pun demikian. Pas waktunya sarapan, mereka izin merokok ke belakang. Setelah selesai merokok baru gabung lagi ngobrol dan lain sebagainya. Mereka respect juga dengan saya sebagai seorang muslim. Saat tahu saya adalah muslim, mereka malah nggak mau minum alkohol di depan saya. Itu sih sekilas pertemanan dadakan saya dengan dua orang yang dari Belanda ini.

Setelah selesai sarapan, mandi, dan berpakaian ngasal. Saya memulai perjalanan ke Lawang Sewu yang cukup dekat dari hostel. Saya hanya perlu berjalan kurang lebih 10 menit untuk sampai ke Lawang Sewu. Lawang Sewu yang katanya terkenal angker itu, akhirnya bisa saya jajaki juga. Saya menyewa seorang guide, karena saya ingin tahu banyak tentang sejarah Lawang Sewu dan lain sebagainya. Setelah puas berkeliling, saya memutuskan untuk menyudahi menikmati suasana yang ada di Lawang Sewu.


Saya melanjutkan perjalanan ke Sam Poo Kong, semacam tempat peribadatan orang-orang china gitu. Sam Poo Kong yang hampir semua bangunannya berwarna mereha ini cukup menawan dan mewah untuk dijadikan tempat foto-foto hehe. Tapi sayang, disini tidak ada guidenya. Jadi saya malah bengong nggak tahu sejarah Sam Poo Kong. Kalo nggak ada guide juga bingung siapa yang bakalan motretin saya hehe. Harap maklum, jalan-jalan kalo nggak ada foto kan hoaksss kata mereka.

Saya sempat masuk ke tempat peribadatan yang ada disana. Dengan membayar tiga ribu rupiah saya sudah bisa masuk kawasan Sam Poo Kong. Tapi untuk masuk ke tempat ibadahnya, pengunjung harus merogoh kocek lumayan dalam, yaitu 20.000, mahal nih menurut saya. Masa mau ibadah doang kudu bayar. Saya nekad masuk, kemudian menyaksikan mereka yang sedang ibadah disana. Kata penjaganya nggak boleh foto-foto. Saya cuekin aja sih, masih tetap nekad motret-motret disana.
“Nanti bisa bahaya kalo mas motret di tempat ibadah ini. Makhluk halusnya bakalan marah.” Begitulah kira-kira yang dijelaskan oleh penjaga gawang, eh maksud saya penjaga rumah ibadah itu. 


Karena emang dasar sayanya nakal, masih tetap aja nekad motret tanpa sepengetahuan yang jaga.
Setelah selesai di Sam Poo Kong, saya pergi ke Masjid Agung Jawa Tengah. Masjidnya keren banget, berasa kayak sedang berada di Madinah. Wow banget. Saya menyempatkan diri untuk shalat dzuhur berjamaah di masjidnya, kemudian baru naek ke menara masjid untuk menyaksikan kota Semarang dari ketinggian. Saya melihat kota Semarang dari atas Menara, ditemani oleh beberapa teman yang baru saya kenal. Mereka adalah mahasiswa-mahasiswa dari berbagai macam Negara yang sedang belajar Bahasa Indonesia di Undip. Keren.

Setelah capek seharian muter-muter. Saya kembali ke hostel. Istirahat. Karena besoknya sudah harus memulai dinas di dinas pendidikan provinsi Jawa Tengah. Nantikan cerita jalan-jalan selanjutnya. Can’t wait for the next trip. I will go to Bali on December, Insya Allah.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Paralayang Batu

Salam. Tiga hari terakhir, saya lagi banyak kerjaan (baca: tugas kuliah ama jalan-jalan, hehe). Kebetulan Reimer, sahabat saya dari Rotterdam-Holland sedang berkunjung ke Malang. Sebagai sahabat yang baik, tentunya saya mau mengajak dia menjelajahi Malang dan sekitarnya, dong, hehe. Sejak Minggu saya sudah menemani Reimer jalan-jalan. Saya hanya menemai ketika kuliah sudah selesai aja, sih. Biasanya dari ashar sampai malam. Nah, selain kelayapan di Malang, saya mengajak Reimer untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas ketinggian Gunung Banyak yang merupakan tempat bagi kamu yang berani uji nyali untuk terbang dari ketinggian dengan bantuan parasut atau biasa dikenal dengan Paralayang.

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...