Skip to main content

Mencintai


Mungkin aku hanya ditakdirkan untuk “mencintai”, bukan “dicintai” apalagi mencintai dan dicintai. Aku hanyalah seseorang yang terlalu sering mencintai, tanpa pernah merasakan indahnya dicintai. Atau apakah aku terlalu takut dengan sesuatu yang baru? Seperti ketika ada seseorang yang memberi perhatian lebih dalam hidupku.
Kadang aku lelah, jika terus harus mencintai, tanpa pernah dicintai oleh seseorang yang kucintai. Aku adalah pangeran cinta yang hanya memiliki sebelah sayap cinta yang tidak bisa membawaku terbang menuju cinta. Aku hanya sendiri, bergelimang cinta yang tidak pernah berhasil berlabuh ke hati seseorang yang bisa mencintaiku layaknya cinta yang kumiliki.
“Itu karena kamu terlalu pemilih, Mas,” ucap salah seorang sepupuku.
Aku? Pemilih? Aku bahkan tidak memiliki pilihan. Adakah wanita di hadapanku yang siap untuk kupilih? Tidak ada. Kalian salah jika mengatakan bahwa aku adalah seorang laki-laki yang terlalu pemilih dalam mencari pasangan hidup. Aku bahkan tidak memiliki pilihan itu.
“Kamu pernah ngungkapin perasaanmu ke wanita itu nggak, Mas?” Tanya salah satu temanku.
Mengungkapkan? Selalu. Aku selalu mengungkapkan rasaku kepada wanita yang kucintai. Tapi, aku hanya berhasil mengungkapkan rasaku, bukan berhasil merasakan betapa indahnya dicintai.

Aku hanyalah laki-laki yang terkena kutukan dewa cinta
Sendiri, merasakan indahnya mencintai
Tanpa pernah merasakan indahnya dicintai
Inilah aku, laki-laki yang penuh cinta Tapi sendiri
Adakah wanita di luar sana yang ingin memilikiku?

Mereka bilang, aku hanyalah laki-laki yang terlalu menikmati hidup, hingga lupa untuk membangun keluarga yang diridhai Tuhan. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa aku mencoba untuk itu. Apa aku harus berteriak di hadapan semua orang bahwa aku sedang berusaha untuk mencari seseorang yang memang telah Tuhan takdirkan untukku? Haruskah?
Sepertinya aku memang terkena kutukan. Hanya ditakdirkan mencintai, bukan dicintai.
“Pernah nggak seseorang menyatakan cintanya padamu?” Tanya sahabat dekatku.
Harus kuakui, ada beberapa wanita yang pernah menyatakan cinta kepadaku. Tapi, tiap kali mereka menyatakan cinta kepadaku, aku tidak memiliki rasa yang harus kuberikan kepada mereka. Hatiku tidak mencintai dan memilih untuk tidak menerima dan merasakan dicintai.
“Mungkin karena itu, Mas, sekarang mas merasakan hal yang sama, seperti yang pernah mas lakukan kepada mereka yang menyatakan cinta kepada, Mas.”
Mungkin, jawabku sambil mengembuskan nafas panjang, mencoba untuk menerima jalan hidup.
“Tidak ada yang namanya kutukan cinta, hanya saja Tuhan belum mempertemukanmu dengan belahan jiwamu. Kamu harus percaya, bahwa Tuhan sedang menyiapkan seseorang yang akan menjadi pendamping hidupmu. Perbaiki diri, siapkan diri untuk menjadi suami yang baik, ayah yang baik dari anak-anakmu kelak. Percayalah, bahwa Tuhan tidak buta. Panjatkan doa kepada-Nya dalam tiap sujudmu, pinta pada-Nya istri yang shalehah, yang akan membuatmu lebih mencintai-Nya.” Seorang ustadz memberiku pencerahan saat kukatakan bahwa aku terkena kutukan cinta.
Aku tenang, mencoba untuk bernafas teratur. Setelah mendengarkan panjang lebar penjelasan dari ustadz itu, aku merasakan ketenangan. Tuhan, aku percaya dengan janji-Mu.

NB;Abaikan tulisan ini haha #kabur

Comments

Post a Comment

Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan

Popular posts from this blog

Rumah Singgah Keren di Batu

Tempat tidur super nyaman Kota batu adalah salah satu kota yang menjadi favorit saya saat ini, selain karena saya memang stay disini sejak 1,5 tahun yang lalu, kota ini memang memiliki daya tarik luar biasa, apalagi kalo bukan alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan beberapa tempat wisata yang modern seperti Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, dan masih banyak lagi. Jadi, Batu merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat berlibur bersama orang-orang yang dicintai.             Meski sudah stay di Batu selama kurang lebih 1,5 tahun, namun saya belum berhasil mengunjungi semua tempat wisata di Batu, biasalah saya ini pengangguran yang banyak acara, sibuk sama buku-buku di perpustakaan (ini pencitraan banget). Baiklah, saya tidak akan membicarakan tentang liburan saya yang tak kunjung usai, akan tetapi, saya akan memberi satu tempat rekomendasi yang bisa kamu jadikan tempat ...

Malaikat Kecil Itu Bernama Faris

saya dan Faris Ersan Arizona Kenal dengan anak kecil yang ada di foto di atas? Dia adalah Faris, saya yakin, bagi pembaca setia blog saya sudah tidak asing lagi dengan sosok Faris, ada banyak kisahnya yang saya tulis di blog ini. Foto ini adalah satu-satunya foto selfie bareng dia, namun memiliki kesan yang begitu dalam bagi saya. Foto ini diambil sehari sebelum Faris menjalani operasi yang keempat kalinya. Saya tidak bisa menemaninya seperti saat operasi pertama dan kedua. Maaf, ya, fotonya rada burem, maklum, saya belum bisa membeli windows phone ascend W1 dari Smartfren untuk bisa menghasilkan foto selfie yang lebih keren dari ini. Faris adalah satu dari sekian anak yang memiliki hubungan yang begitu erat dengan saya, dimulai dari perkenalan kami ketika saya menjadi wali kelasnya, sampai musibah itu terjadi, saat dimana Faris mengalami kecelakaan, kehilangan sosok Ayah dari hidupnya dan harus mengalami operasi yang berulang kali. Kebersamaan yang tidak pernah kami renc...

Tentang Tato

Bermula dari tweets saya yang membahas tentang tato, sekarang saya ingin menjadikannya sebuah artikel. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, atau menghakimi orang-orang yang mempunyai tato. Tulisan ini dari sudut pandang agama (Islam) dan medis. Tentunya ini hanya sebatas pengetahun saya saja. Saya pernah menanyakan alasan bertato kepada teman-teman yang mempunyai tato. Sebagian besar jawabannya adalah “seni, keren, punya makna tersendiri, laki banget, dan sebagainya” . Tato tidak hanya digemari Kaum Adam, namun Kaum Hawa pun juga menggemari tato. Saya pernah membaca, tato berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang berarti “tanda”. Para ahli menyimpulkan bahwa tato sudah ada sejak tahun 12.000 Sebelum Masehi.  Lantas bagaimana Islam memandang tato?  Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Keduanya sebagai landasan utama umat Islam hidup. Allah swt. memberikan kita pedoman dalam menjalani hidup. Di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat...