Mulai tanggal 16 kemarin, siswa sudah
kembali masuk ke sekolah. Mereka sudah melalui libur panjang. Kali ini saya
menjadi wali kelas kelas “VIII Al Abror”. Al Abror berasal dari
kata Al Birru yang berarti kebaikan. Dengan harapan, murid-murid saya
akan menebar kebaikan-kebaikan di permukaan bumi ini. Karena kebaikan itu
menunjukkan jalan menuju surgaNya.
Salah satu program saya sebagai wali
kelas adalah melakukan “subuh calling”. Subuh calling dilakukan guna mengajak
anak-anak untuk melaksanakan shalat subuh tepat waktu. Di kelas yang saya ampu
ada 33 siswa. Mereka saya bagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok ada
ketua yang bertanggung jawab atas anggotanya. Tekhnis pelaksanaan subuh calling
ini cukup sederhana. Misalnya kelompok B ;
Bagas Pamungkas
Bangun Setyo Dwi Prambudi
Bayu Azra Maulana
Rafi Anshari
Pratama Cahyo Nugroho
Naufal
Ibrahim
Saya
sebagai wali kelas akan miscall ke “Bagas Pamungkas”, kemudian dia akan
melanjutkan ke anggota yang ada di bawahnya yaitu “Bangun Setyo Dwi Prambudi”,
kemudian Bangun akan menghubungi “Bayu Azra Maulana”, Bayu menghubungi “Rafi
Anshari”, Rafi menghubungi “Pratama Cahyo Nugroho”, Cahyo
menghubungi “Naufal Ibrahim” dan Naufal akan menghubungi saya sebagai
tanda bahwa subuh calling sudah selesai untuk kelompok tersebut, dan
berharap mereka semua sudah bangun dan langsung mendirikan shalat subuh tepat
waktu, tidak terlambat.
Lantas,
adakah kesempatan bagi mereka untuk berbohong? Bisa saja kan setelah melakukan
miscall mereka tidur lagi? Celah itu pasti ada, namun jika setiap hari saya “Tanya”,
kemudian dia terus-terus berbohong, pasti akan ada sesuatu yang mengganjal di
hati mereka. Kali pertama mungkin berani berbohong, namun jika terus
diingatkan, maka saya yakin akan ada kegelisahan hati mereka saat ingin
berbohong, hingga akhirnya perlahan mulai melaksanakan shalat subuh dengan baik.
Semoga Allah merahmati mereka.
Begitu
juga dengan kelompok yang lain, saya hanya menghubungi ketua kelompoknya dan
anggota yang paling bawah akan menghubungi saya (miscall).
Satu
yang saya inginkan, saya ingin anak-anak terbiasa untuk bangun pagi, segera
mendirikan shalat subuh tepat waktu. Karena ada keutamaan yang akan kita dapat
jika melaksanakan shalat tepat waktu. Waktu subuh memang merupakan waktu yang
paling berat bagi kaum muslimin untuk “shalat”, bahkan ada yang mengakhirkan
waktu shalat, atau bahkan ada yang tidak shalat subuh sama sekali. Dan saya
tidak ingin murid-murid saya seperti itu.
Saya
percaya, suatu kebaikan yang dilakukan terus menerus akan menjadi karakter
mereka. Mungkin pada awalnya ini berat bagi mereka, namun saya percaya jika
mereka terus diingatkan dengan baik, diajak untuk selalu shalat lima waktu
dengan baik, Insya Allah mereka akan menjadi baik. Bukankah batu yang demikin
kerasnya bisa berlubang dengan tetesan air yang lembut setiap harinya? Pun
demikian dengan hati manusia.
Pagi
ini, saya tersenyum melihat mereka datang ke sekolah, meletakkan tasnya di
kelas kemudian menuju masjid untuk melaksanakan “shalat dhuha”. Kemudian saat
bel masuk berdering, saya masuk kelas dan melihat Al-Qur’an sudah di meja
masing-masing dan mereka sudah siap untuk “Tadarus Al-Qur’an”. Baarakallahu
Comments
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya Gan